Wartawan Muda Putra Asli Papua Terbitkan Buku Karya Perdana, Naskah Disiapkan Sejak SMA - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Wartawan Muda Putra Asli Papua Terbitkan Buku Karya Perdana, Naskah Disiapkan Sejak SMA

Buku Jejak Kata di Tanah Papua: Kisah Balik Tulisan karya wartawan papua.tribunnews.com Yulianus Magai. Foto: Istimewa

Loading

JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Wartawan papua.tribunnews.com Yulianus Magai, Rabu (5/6) menerbitkan buku Jejak Kata di Tanah Papua: Kisah Balik Tulisan, karya perdananya. Buku setebal 88 halaman itu berisi catatan harian Magai sejak duduk di bangku SLTA, liputan aneka peristiwa mini kemudian menjadi karya jurnalistik yang lebih kompleks untuk diterbitkan di media di tanah Papua.

Buku karya pertama ini diberi pengantar Roberthus Yewen, jurnalis Kompas.com liputan Papua. Dari tangan Roberthus, jurnalis senior putra asli Papua, karya Magai tersebut akhirnya rampung lalu diterbitkan Penerbit Samudra Biru di Banguntapan, Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Catatan harian dan feature karya jurnalistik dalam buku ini saya tulis dan siapkan sejak duduk di bangku SMKN 3 Kota Jayapura, Papua. Kadang saya terlambat ke sekolah hanya karena masih mencari berita dan menulis untuk mengasah kemampuan menulis. Puji Tuhan, buku ini bisa rampung lalu diterbitkan Mei lalu. Kemudian hari ini baru saya terima dari penerbit di Yogyakarta,” kata Magai dari Jayapura, Papua, Kamis (5/6).

Wartawan asal Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah, mengaku ada kebanggaan dengan terbitnya buku perdana setelah melewati perjalanan waktu yang terbilang panjang. Awalnya ia sedikit pesimis buku ini bisa terbit tetapi bermodal semangat pantang menyerah akhirnya proses editing, layout hingga berada di tangannya di Jayapura.

“Saya sudah memendam rindu menggeluti dunia tulis-menulis dengan terus berlatih, berdiskusi dengan para senior, dan memulai menulis. Setelah mendapat dorongan dan semangat para senior dan rekan-rekan wartawan akhirnya buku karya perdana saya ini hadir ke tengah publik,” ujar Magai.

Menurut Magai, ia juga menyadari ada potensi yang dimiliki sebagai karunia Tuhan paling istimewa. Meski demikian, menjadi penulis dimulai dari media-media lokal kecil hingga menjadi wartawan di grup media nasional, bukan sekali jadi tetapi butuh proses belajar tanpa lelah.

Magai mengatakan, proses menjadi wartawan ibarat air yang jatuh ke pelimbahan. Ia butuh waktu dan proses terus-menerus sembari melihat realitas, refleksi, dan belajar menuangkan dalam bentuk tulisan dengan berpijak kaida jurnalistik dan aspek linguistik menuju kematangan. Dukungan para senior juga sangat membantu memompa semangatnya.

“Saya menyampaikan terima kasih kepada kaka Roberthus Yewen, jurnalis senior yang berkenan menjadi editor buku ini. Tanpa dukungan beliau, tentu saya masih tertatih-tatih merampungkan buku karya perdana ini. Kerja sama mutualistik ini menjadi penyemangat saya ke depan menghasilkan buku karya lanjutan. Terima kasih, kaka Roberthus,” kata Magai. (*)

Tinggalkan Komentar Anda :