JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Lis Tabuni menyampaikan ucapan duka berpulangnya keluarga seorang guru menyusul insiden kekerasan yang terjadi di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan, Sabtu (22/3). Dalam insiden itu, sejumlah guru dan tenaga medis mengalami luka ringan dan berat.
“Saya menyampaikan duka cita mendalam meninggalnya seorang guru dalam peristiwa di Anggruk. Semoga amal baiknya semasa hidup diterima Tuhan. Semoga pula keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan,” ujar Lis Tabuni kepada Odiyaiwuu.com melalui keterangan tertulis kepada Odiyaiwuu.com dari Jayapura, Papua, Senin (24/3).
Anggota DPD Daerah Pemilihan (Dapil) Papua Tengah ini juga menyampaikan simpati kepada para guru serta tenaga kesehatan yang jadi korban. Pihaknya berdoa dan berharap agar korban yang saat ini sedang menjalani perawatan medis segera sembuh sehingga kembali berada di tengah keluarga.
“Saya mengecam para pelaku karena tindakan sangat tidak manusiawi. Saya mengecam keras siapapun orang yang menyerang para guru dan nakes. Para guru itu mendidik anak-anak kita. Begitu juga tenaga kesehatan setia melayani masyarakat kita yang membutuhkan pelayanan medis,” kata Lis yang juga Wakil Ketua Badan Kerjasama Parlemen (BKSP).
Lis Tabuni mendesak pihak keamanan untuk menangkap pelaku agar menjalani proses hukum atas tindakannya. Selama ini Anggruk merupakan daerah yang aman dari berbagai gangguan keamanan. Ia tak menyangka insiden kekerasan yang dialami para guru dan tenaga kesehatan terjadi.
Menurutnya, bangunan sekolah dan fasilitas kesehatan yang dibakar sangat dibutuhkan anak-anak dan masyarakat di berbagai daerah, termasuk Anggruk. Apalagi, sekolah yang dibakar itu bangunan milik Yayasan Pendidikan Kristen di Tanah Papua.
“Saya kaget. Orang-orang juga pasti kaget. Anggruk ini jarang kita dengar ada masalah seperti ini karena daerah ini dibangun berdasarkan Injil oleh misionaris. Sebelum pemerintah ada, Gereja yang masuk duluan untuk melayani masyarakat, termasuk pendidikan dan kesehatan. Jadi sangat disayangkan fasilitas ini rusak dan guru-guru menjadi korban,” ujar Lis.
“Saya berharap para pelaku kekerasan yang merenggut nyawa guru dan melukai korban segera ditangkap agar pertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum. Saya juga berdoa dan berharap agar kondisi keamanan di Anggruk dan sekitarnya segera pulih. Dengan begitu, mama-mama bisa beraktivitas lagi tanpa ada rasa takut. Begitu juga para guru dan anak-anak kita juga segera aktif dalam kegiatan belajar dan mengajar,” katanya.
Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Candra Kurniawan, SE, MM mengaku geram dengan kebohongan gerombolan OPM yang mengklaim melancarkan aksi biadabnya membunuh dan membakar hidup-hidup para guru dan tenaga kesehatan (nakes) dengan alasan para korban tersebut sebagai anggota atau agen intelijen militer Indonesia.
“Semua korban kebiadaban dari gerombolan OPM penjahat kemanusiaan itu korbannya jelas adalah guru dan tenaga kesehatan, bukan anggota atau agen militer. Silahkan bisa dikonfirmasi ke semua pihak terkait,” ujar Candra Kurniawan kepada Odiyaiwuu.com dari Jayapura, Papua, Minggu (23/3) malam.
Candra kembali menegaskan, OPM gerombolan penjahat kemanusiaan memang seperti itu ketika membunuh masyarakat. OPM kemudian mencari sejuta alasan pembenaran. Kini, katanya, masyarakat sudah mengetahui kebohongan OPM.
Candra menerangkan, pantas saja masyarakat luas selalu mengutuk dan menyebut gerombolan OPM sebagai penjahat kemanusiaan, pelanggar HAM berat karena selalu berulang dengan terang-terangan secara biadab.
“OPM membunuh masyarakat kemudian mencari-cari alasan pembenaran dengan menuduh para korban sebagai anggota atau agen intelijen militer. OPM harus bertanggungjawab aksi biadabnya. Aparat keamanan akan bertindak tegas,” ujar Candra. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)