JAKARTA, ODIYAIWUU.com — Menteri Perindustrian Republik Indonesia periode 2014-2019 Dr Saleh Husin, SE, MM, Rabu (9/10) meluncurkan buku berjudul Hilirisasi Sawit Cegah Middle Income Trap di Gedung Pusat Industri Digital (PIDI) 4.0, Jakarta.
Peluncuran dihadiri Wakil Presiden ke-10 dan 12 Muhammad Jusuf Kalla, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.
Selain itu, hadir juga rektor terpilih Universitas Indonesia Prof Heri Hermansyah, sejumlah anggota DPR, pimpinan Kamar Dagang dan Industri (Kadin), pimpinan media massa, dan sejumlah pejabat eselon I dan II kementerian serta para sahabat.
“Buku ini saya susun dari disertasinya di Universitas Indonesia berjudul Hilirisasi Industri Sawit untuk Memperkuat Perekonomian Nasional dan Meningkatkan Posisi Tawar Indonesia dalam Perdagangan Dunia,” ujar Saleh Husin kepada Odiyaiwuu.com di Jakarta, Kamis (10/10).
Menurut Saleh, Managing Director Sinar Mas, dalam buku itu dikupas tajam dan mendalam tentang hilirisasi sawit secara komprehensif. Substansi buku tersebut secara garis besar meliputi mimpi Indonesia mewujudkan produksi sawit sebesar 100 juta ton per tahun.
Kemudian, meraih devisa ekspor produk sawit senilai 100 miliar dolar AS per tahun, melawan kampanye negatif negara-negara maju yang mendiskreditkan sawit, optimalisasi bursa sawit Indonesia, peta persaingan minyak nabati dunia, kemajuan hilirisasi yang dicapai Indonesia, strategi dan roadmap hilirisasi sawit ke depan serta berbagai tantangan yang dihadapi.
“Hingga di ujung bab membahas detail pengaruh hilirisasi sawit dalam mencegah Indonesia terperangkap ke dalam negara berpendapatan menengah, middle income trap,” kata Saleh, mantan penjual kue dan ikan semasa kecil di Baa, Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.
Saleh mengatakan, kelapa sawit merupakan produk unggulan dan anugerah Tuhan yang dimiliki bangsa Indonesia. Karena nilai ekspor sawit bisa mencapai 30 miliar dolar AS. Sayangnya, Indonesia menguasai pasar dunia tetapi harga dikendalikan oleh pihak lain seperti bursa di Malaysia maupun bursa di Rotterdam, Belanda.
“Ini hal yang sangat aneh. Kita yang menguasai produk tapi harga ditentukan oleh orang lain. Karena itu, pentingnya hilirisasi kelapa sawit secara langsung sehingga memberikan banyak manfaat bagi perekonomian. Misalnya, penggunaan bahan bakar biodiesel B35 saat ini yang dapat menghemat devisa negara hingga Rp 161 triliun serta menciptakan lapangan kerja hingga 18 juta orang dari ekosistem tanaman sampai hilirisasi sawit,” katanya.
Selain itu, hilirisasi sawit mendorong terwujudnya Net Zero Emission (NZE), mengingat bisa melakukan dekarbonisasi sampai 35 juta ton CO2. Saleh berharap buku yang diterbitkannya tersebut bisa berkontribusi bagi industri sawit Indonesia. Indonesia, katanya, pernah punya banyak komoditas yang berjaya tapi lenyap begitu saja.
“Saya berharap lumbung sawit tidak seperti rempah-rempah yang berjaya di abad 15 dan 16 tapi sekarang sayup-sayup saja terdengarnya. Jangan seperti itu kondisinya. Ini pekerjaan penting Pemerintahan Prabowo nanti,” kata Saleh, anggota Fraksi Partai Hanura DPR RI tahun 2009-2014.
Sementara itu Agus Gumiwang Kartasasmita memproyeksi nilai keekonomian kelapa sawit dari hulu ke hilir tembus Rp 775 triliun tahun ini. Angka tersebut, kata Agus, lebih tinggi dari realisasi nilai ekonomi kelapa sawit di Indonesia pada 2023 yang mencapai Rp 750 triliun.
“Nilai ekonomi sektor sawit pada kuartal II-2024 telah mencapai Rp 193 triliun. Berdasarkan data nilai Produk Domestik Bruto (PDB) nasional kuartal II-2024, tercatat mencapai Rp 5,536 triliun,” kata Agus.
Agus memperkirakan kontribusi sektor industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya mencapai 3,5 persen. Untuk mencapai itu, diperlukan strategi hilirisasi kelapa sawit dari hulu ke hilir.
“Kelapa sawit yang termasuk dalam industri agro merupakan salah satu dari 10 industri prioritas yang ditetapkan oleh Kementerian Perindustrian. Produk hilirisasi dari turunan sawit telah mencapai 200 jenis atau naik dari tahun 2011 yang tercatat hanya ada 48 jenis produk turunan kelapa sawit, kata Agus, politisi Partai Golkar.
Tak hanya itu, pemerintah juga telah berhasil mengimplementasikan B30 sebagai salah satu produk hilirisasi dari kelapa sawit. Saat ini, ujar Agus, Kementerian Perindustrian tengah mengupayakan implementasi B40. Pemerintah juga membuka peluang untuk mengembangkan B100.
Sedangkan Budi Karya Sumadi mendorong hilirisasi industri kelapa sawit dikembangkan menjadi energi terbarukan bioavtur agar bisa mendukung industri penerbangan.
“Saya prediksi bioavtur akan bisa digunakan massal pada tahun 2060. Di dunia aviasi kami sedang bicara membuat bioavtur. Jika mendapatkan itu, kita mendapatkan banyak bonus,” kata Budi. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)