Judul : Membangun Papua dengan Hati: Antara Ucapan dan Realita
Penulis : Paskalis Kossay
Prolog : Ikrar Nusa Bhakti
Epilog : Mathias Rafra
Penerbit : Tollelegi, Jakarta
Terbit : Maret 2013
Tebal : xii + 110 halaman
ISBN : 978-602-98799-6-4
PAPUA adalah surga kecil yang jatuh ke bumi. Ungkapan klasik itu ada dalam potongan syair lagu Aku Papua, yang dipopulerkan Franky Sahilatua. Franky, penyanyi legendaris Indonesia itu juga jatuh cinta pada orang-orang Papua dengan tanah dan kekayaan alamnya melimpah rua. Mata dunia tak akan pernah mengingkari, Papua adalah pulau penuh pesona.
Tak ayal, Aku Papua, lagu itu pun kian memasyarakat tatkala Edo Kondologit, penyanyi asli Papua saat dibawakan dengan penuh penghayatan. Sebuah bentuk kecintaan Edo, putra asli tanah Papua, yang lahir dan besar di honai, di kampung, di bawah pelukan hutan dan bukit tanah Melanesia.
Presiden Joko Widodo pun mengagumi keindahan alam Papua. Jokowi, mantan Walikota Solo itu juga mengibaratkan Papua sebagai surga kecil yang jatuh ke bumi. Di Merauke, Jokowi mengungkapkan kekaguman pada Papua. Apa kata Jokowi, wong deso yang pernah melewati masa-masa sulit dari bantaran sungai ke bantara sungai lainnya saat masih bersama kedua orangtuanya di Solo?
“Hari ini kita berada di tanah Papua, tanah yang diberkahi Tuhan dengan sumber daya alam yang berlimpah. Tanah yang indah laksana surga kecil yang jatuh ke bumi. Tanah yang hidup dalam kebhinekaan budaya, bahasa dan tradisi,” kata Jokowi saat saat meresmikan Monumen Kapsul Mimpi: Impian Indonesia 2015-2085 di lapangan Kantor Bupati Merauke, Papua, Rabu, 30 Desember 2015.
Susilo Bambang Yudhoyono saat menjabat Presiden juga mengatakan bahwa masyarakat dan Papua juga berada dalam hatinya. Juga hati seluruh rakyat Indonesia. Hal tersebut diucapkan Yudhoyono saat menyampaikan Pidato Kenegaraan dalam rangka Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-67 pada 16 Agustus 2012 di hadapan Sidang Bersama DPR dan DPD RI, kompleks DPR/MPR RI Senayan, Jakarta.
Pertanyaan segera muncul. Apakah setiap berganti rezim, negara sungguh membangun Papua dengan hati melalui komitmen anggaran bersumber APBD yang mengalir ke tanah Papua sebagaimana diharapkan pemerintah dan masyarakat Papua melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua? Pertanyaan penting lainnya: apakah sungguh Pemerintah Provinsi Papua bersama rakyat sungguh bekerja serius memanfaatkan peluang otonomi khusus dengan anggaran jumbo, yang menyasar hingga kampung-kampung di tanah Papua?
Buku Membangun Papua Dengan Hati: Antara Ucapan dan Realita, Paskalis Kossay paling kurang melihat Papua dengan problematika yang menyertai bahkan membelit provinsi paling timur Indonesia itu selama ini. Lalu melangkah lebih jauh menjawab pertanyaan di atas. Apakah setiap berganti Presiden Republik Indonesia, Papua sungguh dibangun dengan hati ditopang dengan dukungan pemerintah propinsi dan kabupaten/kota serta masyarakat dan semua pemangku kepentingan di tingkat lokal?
Siapaun Presiden, tentu sungguh menyadari bahwa membangun Papua untuk sedikit bergerak lebih maju, sejahtera, aman dan damai bukan perkara mudah. Perlu kesabaran tingkat tinggi. Mengapa? Papua menyimpan kompleksitas persoalan yang memerlukan langkah-langkah spesifik, mendasar, dan menyeluruh atau holistik.
“Kita satukan langkah untuk mempercepat pembangunan bagi rakyat Papua. “Otonomi Khusus bagi Papua dan Papua Barat adalah kerangka dasar kita dalam mengelola pelayanan publik, pembangunan, dan pemerintahan daerah,” kata Yudhoyono sebagaimana dikutip Paskalis Kosay, putra asli yang pernah tercatat sebagai anggota DPR RI dari Partai Golkar Daerah Pemilihan Papua (hal. 6).
Menurut Kosay, menyebut bahwa “saudara-saudara di tanah Papua senantiasa berada dalam hati kita semua” menunjukkan ada kemauan politik membangun Papua dengan kebijakan yang terukur. Sayangnya, ia mengeritik Yudhoyono yang disebutnya tidak menyinggung langkah-langkah konkrit dan spesifik yang akan ditempuh membangun Papua dengan hati.
Namun, di mata Jokowi, Papua merupakan titik balik bagi bangsa Indonesia untuk melaksanakan cita-cita pendiri bangsa. Cita-cita yang dimaksud Jokowi ialah berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian secara budaya. Karena itu, dari Merauke, ujung timur negeri, Jokowi menggalakkan semangat bekerja kepada warga. Jokowi mengatakan, impian-impian yang telah dimasukkan ke dalam kapsul waktu tersebut diharapkan bisa memicu semangat untuk bekerja.
Impian yang dimaksud yaitu impian setiap anak bangsa di setiap provinsi yang dijadikan satu menjadi impian bersama: satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. Oleh karena itu, kata Jokowi, menjadi tugas kita untuk memastikan impian-impian itu terwujud. Apa yang kita lakukan hari ini adalah warisan untuk generasi di depan kita.
Jokowi menegaskan, impian-impian tersebut hanya bisa dicapai dengan bekerja keras. Sembari mengingatkan bahwa visi kita ke depan adalah visi kompetisi. Kepala Negara yakin dengan kerja bersama, dengan semangat gotong royong, kita mampu memenuhi impian kita. Kita mampu mewujudkan impian kita.
Namun, diakui atau tidak, Papua masih berkubang dalam kemiskinan dan ketertinggalan. Berbagai program yang digulirkan masih seperti menggali lubang di atas pasir untuk menampung air. Papua tetap seperti kerakap yang tumbuh di atas batu: hidup enggan mati tak mau. Di tingkat implementasi, otsus dan gelontoran dana belum sepenuhnya menjadi juruselamat ketertinggalan rakyat dan daerahnya. Wajah kemiskinan dan ketertinggalan masih akan terus menguras dasar jiwa setiap berganti rezim.
Dalam buku ini, Profesor Riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Ikrar Nusa Bhakti menegaskan, korupsi seakan dibiarkan merajalela asal pejabat daerah mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Padahal, korupsi yang menggerogoti uang rakyat bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar NKRI, yaitu bagaimana sumber daya alam dan sumber daya manusia seharusnya digunakan meningkatkan taraf hidup rakyat.
Anggota Komisi I DPR Hj. Lily Wahid berpendapat, membangun Papua dengan hati adalah cara memperbaiki paradigma yang salah itu. Artinya, menurut anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Daerah Pemilihan Jawa Timur, harus ada kemauan untuk mendengarkan dari bawah, selalu berkomunikasi dialogis, dan mengembangkan pendekatan kemanusiaan.
Buku ini menarik dibaca untuk mengetahui pergumulan pemerintah pusat dan daerah serta rakyat membangun Papua sejak integrasi. Berikut kendala-kendala yang dihadapi, terutama kondisi topografi yang sangat sulit dan kondisi sosial-kemasyarakatan yang masih lengket dengan budaya dan kultur masyarakat yang kebanyakan beretnis Melanesia tersebut.
Buku ini juga boleh menjadi persembahan karya intelektual Kossay, anak asli di tengah kesibukannya sebagai wakil rakyat. Buku ini, layak dibaca dan diperlukan siapa saja dengan harapan agar dapat mencermati dan memberikan sumbangan ide dan gagasan demi kemajuan tanah Papua sehingga pulau paling timur Indonesia itu tetap memenuhi rongga hati.
Buku ini boleh jadi digunakan sebagai referensi penting bagi siapa saja yang kebelet jatuh cinta pada Papua, surga kecil yang jatuh ke bumi. Surga dengan aneka dinamika sosial, politik, dan pertahanan keamanan yang menyelubunginya. Buku ini –meminjam motto Majalah Berita Mingguan TEMPO– enak dibaca dan perlu. Kalo ko tara baca, tara rame.
Peresensi Ansel Deri
Sekretaris Papua Circle Institute