Pengalaman sebagai imam Ordo Fratrum Minorum (OFM) atau Ordo Saudara-Saudara Dina membuat hati Pastor Didimus Kosi, OFM terpanggil untuk menyapa dan ‘memeluk’ anak-anak yang kurang beruntung.
DALAM benak Pastor Didimus Kosi, OFM selalu muncul kegelisahan melihat keberadaan anak-anak asli tanah Papua, khususnya suku Amungme dan Kamoro serta suku-suku kekerabatan lainnya di lereng Gunung Nemangkawi dan Papua Tengah umumnya, yang masih terlantar, terabaikan, dan terlupakan (marginal) di tengah kekayaan permukaan tanah dan alam perut bumi Nemangkawi melimpah, terutama hasil tambang.
Didimus mengaku, kata-kata Yesus selalu terngiang di telinga dan merasuk dalam dinding hati imam Fransiskan putra asli Papua ini. Karena itu, melalui Yayasan Pengembangan Talenta Papua (YPTP) yang diluncurkan (launching) tahun 2021, potensi anak-anak asli bumi Cenderawasih yang tinggal di Papua Tengah, khususnya di lereng Nemangkawi, dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan agar kelak mereka menjadi pribadi mandiri di atas tanah leluhurnya.
“Tuhan Yesus berkata, ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku’ (Matius 25:40),” ujar Pendiri Yayasan Pengembangan Talenta Papua Pastor Didimus Kosi, OFM kepada Odiyaiwuu.com dari Timika, kota Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, Rabu (19/6).
Pastor Didimus Kosi, imam Fransiska Duta Damai Papua, mengakui, pengalaman hidup sebagai seorang anak asli Papua sekaligus anggota Ordo Fratrum Minorum atau Ordo Saudara Dina menggerakkan hatinya untuk menyapa dan ‘memeluk’ setiap anak yang terlantar dan terabaikan.
Anak-anak asli tanah Papua yang termarginalkan di tanah leluhurnya di hadapan PT Freeport Indonesia, anak usaha raksasa tambang dunia Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc di Arizona, Amerika Serikat. Wajah anak-anak asli Papua yang dilihat itu ibarat wajah Yesus yang tersalib di palang penghinaan. Kegelisahan seolah mendera batin imam Fransiskan ini.
“Di dalam diri setiap anak yang terlantar, saya melihat dan menemukan wajah Yesus yang tersalib. Pengalaman spiritual bersama Tuhan Yesus dan Bunda Maria menggerakkan saya untuk memberikan perhatian kepada anak-anak terlantar dan terlupakan, anak-anak yang putus sekolah, yang ada di tanah Papua, secara khusus di Mimika,” kata Pastor Didimus lebih lanjut
Masa depan bangsa
Mengapa imam Saudara Dina ini terpanggil ambil bagian dalam kegelisahan anak-anak asli tanah Papua, ada jawaban di balik itu. Bagi Pastor Didimus, anak-anak adalah harapan masa depan suatu bangsa. Anak-anak juga merupakan harapan Gereja. Pada anak-anak terletak hidup atau matinya suatu generasi suku, bangsa dan Gereja.
“Maka, seyogianya anak-anak sejak usia dini, bahkan sejak di dalam rahim mamanya mendapatkan perhatian serius. Ironisnya, di tanah Papua, secara khusus di Mimika masih banyak anak putus sekolah dan terlantar. Mereka adalah anak-anak Tuhan sekaligus merupakan anak-anak dari negara Indonesia yang kita cintai ini,” kata Pastor Didimus.
Secara pribadi, ia bersama rekan-rekan yang mengelola yayasan ini mengalami perjumpaan dengan anak-anak yang putus sekolah dan terlantar di Mimika. Mereka berasal dari stasi Santo Agustinus, Paroki Santo Stefanus Sempan, Keuskupan Timika, tahun 2016. Perjumpaan itu membuat imam ini dan pengurus yayasan gelisa.
“Kenyataan itu mendorong kami berpikir keras, bagaimana cara untuk memberikan perhatian kepada anak-anak terlantar itu? Mereka yang putus sekolah, isap lem aibon, konsumsi minuman keras, narkoba, seks bebas dan lain-lain. Kami berpikir bagaimana caranya agar anak-anak putus sekolah dan terlantar ini memiliki masa depan yang baik? Itulah sejumlah pertanyaan yang terus merasuk benak kami,” katanya.
Menurut Pastor Didimus, anak-anak yang didampingi semakin hari semakin bertambah jumlahnya. maka ia bersama rekan-rekannya berpikir perlu ada sebuah lembaga. Lembaga ini memberikan perhatian kepada anak-anak putus sekolah dan terlantar di Mimika. Melalui sejumlah pertemuan dengan orang-orang baik, yang memiliki hati untuk anak-anak di Mimika, di antara Abrahan Timang, dan kawan-kawannya, pada 15 Desember 2020, didirikan YPTP.
Wadah belajar
Pastor Didimus mengatakan, melalui Yayasan Pengembangan Talenta Papua, anak-anak yang hidup dan akrab dengan lem aibon, narkoba, seks bebas, dan lain-lain bisa mendapatkan kembali kesempatan untuk belajar melalui pendidikan non-formal. Lewat yayasan ini, anak-anak aktif dan diwadahi dalam kegiatan pelatihan seperti pertukangan, meubel, dan lain-lain.
Dengan demikian, ujar Pastor Didimus, ada secercah asa, harapan yang akan diraih terutama kemandirian dalam hidup dan tak tergantung pada pihak lain. Yayasan ini merupakan lembaga pendidikan formal dan nonformal yang dikembangkan serta diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal.
“Yayasan memberikan kesempatan belajar kepada seluruh lapisan masyarakat agar mereka mampu membangun dirinya sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk itulah yayasan berperan sebagai tempat pembelajaran berbagai pengetahuan dan keterampilan dengan memanfaatkan sarana, prasarana dan potensi yang ada di sekitar lingkungannya baik di desa maupun kota agar masyarakat memiliki keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup,” katanya.
Menurut Pastor Didimus, visi yayasan yaitu Hidup Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Memanusiakan Manusia Yang Tertinggal. Sedangkan misi yayasan yaitu mengangkat harkat dan martabat anak-anak penerus Amungme-Mimika Wee yang berkualitas dan mandiri serta menciptakan lapangan kerja bagi anak-anak Amungme-Mimika Wee
Pastor Didimus mengatakan, ada sejumlah tujuan kehadiran yayasan ini. Pertama, mempersiapkan generasi penerus Amungme-Mimika Wee agar memiliki keterampilan dan siap terjun ke dunia kerja. Kedua, mempersiapkan generasi penerus Amungme-Mimika Wee dalam menghadapi era globalisasi. Ketiga, mempersiapkan pemimpin yang berakhlak baik dan profesional
Sasaran yayasan
Menurut Pastor Didimus, program kerja yayasan ini meliputi sejumlah aspek. Pertama, pembangunan pendidikan berpola asrama untuk membentuk fisik dan mental peserta. Untuk program pembangunan fisik, ujarnya, yaitu pengadaan tanah yayasan, pembangunan asrama, gedung laboratorium komputer serta Bahasa Inggris dan Jerman.
Kemudian, program pembinaan mental spiritual meliputi pendidikan karakter, seni budaya lokal, bimbingan belajar, pola hidup mandiri. Seluruh proses pendidikan dan pembinaan mental spiritual berlangsung di dalam asrama.
Program beasiswa untuk biaya studi di tingkat SMP sampai dengan pendidikan tinggi tingkat. Beasiswa untuk studi S2 dan S3 diberikan secara selektif, sesuai kriteria dan kebutuhan yang disertai dengan pendampingan bagi para penerima beasiswa. Kemudian, pelatihan kepemimpinan bagi penerima beasiswa.
Selain itu, program pendidikan luar sekolah (PLS) meliputi pembangunan fisik. Misalnya, pembangunan gedung balai latihan kerja (BLK) pertukangan, mebeler, welder, elistrick, listrik, otomotif, operator, komputer, Bahasa Inggris dan Jerman, tata boga dan pengembangan usaha. Di samping itu, pengadaan fasilitas BLK sesuai keahlian.
Program PLS lainnya yaitu pendampingan atau pelatihan. Misalnya, menyelenggarakan pendidikan keterampilan berorientasi pada bidang keahlian dan marketing.
“Kami juga memiliki program studi lanjut ke SMK PIKA Semarang. Pemberantasan buta aksara melalui kelompok-kelompok belajar atau taman baca masyarakat serta penyelenggaraan pendidikan Paket A, B dan C,” ujar Pastor Didimus.
Menurut Pastor Didimus, YPTP hadir untuk menjawab kebutuhan pendidikan formal dan non formal bagi anak-anak putus sekolah dan terlantar di Mimika. Meski demikian, diakuinya, yayasan ini tidak bisa berjalan sendiri.
Yayasan juga masih membutuhkan dukungan dari seluruh komponen masyarakat, Fransiskan Duta Damai Papua, Pemerintah Kabupaten Mimika, dan gereja di Mimika. Karena itu, ia mengharapkan agar setiap orang tergerak ikut membantu anak-anak putus sekolah dan terlantar melalui yayasan ini.
“Kami kami menyampaikan limpah terima kasih kepada semua pihak terutama Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro atau YPMAK, PT Freeport Indonesia, Pemerintah Kabupaten Mimika, tokoh adat dan masyarakat yang telah membantu anak-anak melalui yayasan ini,” ujar Pastor Didimus.
Pastor Didimus, imam Saudara Dina putra asli Papua, juga berharap agar kerjasama pemberdayaan tersebut tetap berlanjut demi mendukung anak-anak kita di Mimika yang putus sekolah dan terlantar di lereng Nemangkawi dan tanah Papua umumnya agar memiliki masa depan yang lebih baik dan sejahtera. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)
Yayasan Pengembangan Talenta Papua (YPTP)
Pendiri : Pastor Didimus Kosi, OFM
Pembina
Ketua : Abraham Timang
Anggota : Dominggus Kapiyau
Anggota : Elisabeth Cenawatin
Anggota : Gabriel Kosay
Anggota : Yafet Hisage
Pengawas
Ketua : Isak Lokobal
Anggota : David Daud Kossaye
Anggota : Ignasius Valuk
Pengurus
Ketua : Didimus Kosi
Sekretaris Umum : Yulina M. Jeujanan
Sekretaris : Inosensius Yoga Pribadi
Bendahara : Rosalia Woso