Ia salah seorang dari enam misionaris Fransiskan yang pertama di tanah Misi Nederland Nieuw Guinea atau Papua.
PASTOR Nerius Louter, OFM lahir 17 Januari 1902 di Scahorl, Belanda. Ia terlahir dalam keluarga Katolik yang amat saleh dalam iman kekatolikan. Seluruh masa kecil hingga remaja dihabiskannya bersama keluarga.
Di dalam keluarga asalnya, tanda-tanda panggilan menjadi imam sudah nampak. Sehingga tidak mengherankan bahwa Nerius Louter di kemudian hari akan menjadi seorang imam Fransiskan dan diutus menjadi misionaris angkatan pertama untuk wilayah misi baru di Papua.
Setelah menyelesaikan pendidikan pada seminari milik Fransiskan di Weert, Belanda, Nerius Louter bergabung bersama Persaudaraan Fransiskan Belanda pada tahun 1921. Maka, pada tahun 1921-1922 ia menjalani masa Novisiat Fransiskan di Belanda.
Pada September 1922, ia mengucapkan kaul pertama sebagai Fransiskan muda. Pasca kaul pertama, ia melanjutkan studi filsafat dan teologi di Belanda. Dengan langkah yang kuat serta panggilan yang matang, Nerius Louter mengucapkan kaul kekal dalam persaudaraan Fransiskan Belanda pada tahun 1925.
Ia ditahbiskan menjadi imam Fransiskan pada tahun 1928 di Belanda. Setelah ditahbiskan menjadi imam Fransiskan di Belanda, ia mula-mula bertugas sebagai pastor muda di Belanda, sebelum akhirnya diutus menjadi misionaris di tanah misi Fransiskan di Papua.
Pastor Nerius Louter kala diutus menjadi misionaris di tanah Papua, umurnya masih sangat muda, yakni 34 tahun. Dengan umur yang muda ini, tidak menjadi halangan buat Pastor Nerius menjalan tugasnya di tanah Papua.
Pastor Nerius datang ke Nieuw Guinea (sekarang, Papua) pada 18 Maret 1937. Ia merupakan salah satu misionaris Fransiskan pertama yang datang untuk berkarya di Papua. Pastor Nerius datang bersama lima saudara Fransiskan yang lain. Mereka itu adalah Pastor Saturninus Van Egmond, OFM, Fillip Tetteroo, OFM, Sebastianus Vendrig, OFM, Fulco Vugts, OFM, dan Zeno Moors, OFM.
Mereka ini adalah keenam misionaris pertama yang datang ke Papua. Setelah berkarya selama 30 tahun di Papua, pada tahun 1966 Nerius kembali ke Belanda untuk menghabiskan masa pensiunnya.
Ia mulai bekerja di Fak-Fak, Papua Barat bersama dengan Fillip Tetteroo. Pada permulaan Perang Dunia II melanda seantero jagat ini, ia ditawan oleh tentara Jepang beberapa tahun sebagai tawanan perang. Setelah perang usai, Nerius dipercayakan untuk mengelola pendidikan guru untuk sekolah-sekolah di kampung di pedalaman Papua.
Atas kebijaksanaan dan ketangguhannya, ia akhirnya membuka pusat pendidikan itu di sebuah lembah di dekat Fak-Fak. Nama sekolah itu dikenal dengan sebutan Opleiding voor Dorps Onderwijzer (ODO). Pada tahun 1953 sekolah ODO menamatkan angkatan pertama. Mereka terdiri dari 5 orang Kei dan 16 orang Papua.
Di dalam lingkungan pendidikan, baik itu di sekolah maupun asrama, Nerius dikenal dan dilihat sebagai seorang bapa yang baik. Hal ini dinilai baik oleh para guru yang hidup bersamanya, karyawan-karyawati maupun penilaian ini datang dari anak-anak didikannya.
Nerius adalah orang yang berwibawa dan berkarisma. Pada mulanya ia mendirikan sekolah pertama (ODO) untuk pendidikan guru pria, tetapi di kemudian hari dibuka juga pendidikan guru untuk wanita. Setelah semua ini ia lakukan, sebagai bentuk pengabdiannya bagi pendidikan di Papua, maka pada tahun 1966 ia kembali ke negeri Belanda.
Tak disangka, pada 24 November 1982, Pastor Nerius dipanggil Tuhan, Sang Pemilik kehidupan. Ia meninggal dunia di kota Warmond, Belanda. Pastor Nerius meninggal dalam usia 80 tahun.
Boleh dikatakan rentang waktu hidup yang begitu lama. Ia hidup sebagai seorang Fransiskan selama 61 tahun dan hidup sebagai seorang imam selama 54 tahun. (Berto Namsa Bade, OFM, berbagai sumber)