Kardinal Pietro Parolin, Sosok di Balik Sukses Diplomasi Paus Fransiskus - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan
Sosok  

Kardinal Pietro Parolin, Sosok di Balik Sukses Diplomasi Paus Fransiskus

Kardinal Pietro Parolin. Sumber foto: www-thetrumpet-com, 1 Juli 2024

Loading

Dua puluh tahun lebih ia mengabdi sebagai diplomat Takhta Suci Vatikan. Tak sebatas itu. Hampir tiga belasan tahun disebut-sebut tokoh di balik sukses diplomasi Paus Fransiskus, pemimpin umat Katolik sejagat.

KARDINAL Pietro Parolin adalah salah satu tokoh gereja di Vatikan di balik sukses pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus. Ia arsitek dan aktor di balik sukses diplomasi Sri Paus selama hampir 13 tahun masa pontifikal atau kepausan. Kardinal Pietro Parolin adalah ahli Hukum Kanonik dan pakar tentang Asia dengan rekam jejak (track record) panjang.

Lebih dari 20 tahun Kardinal Parolin menjadi diplomat Vatikan. Ia pernah menjadi Utusan Paus untuk urusan Amerika Latin dan Afrika, termasuk Meksiko dan Nigeria. Pernah pula menjadi Nuntius Apostolik atau Duta Besar Vatikan untuk Venezuela. Ia pernah menjadi Wakil Menteri Luar Negeri era Menteri Luar Negeri Vatikan Pierre Jean-Louis Tauran, kardinal asal Prancis.

Pernah pula menjadi Wakil Menteri Sekretaris Negara di bawah Kardinal Angelo Sodano, kardinal asal Italia. Pada tahun 2013, Parolin resmi diangkat Paus Fransiskus menjadi Menteri Luar Negeri Vatikan.

Parolin termasuk kardinal yang sukses mewakili Tahta Suci dalam mengurus aliran politik luar negeri Vatikan, negara mungil berpengaruh global, yang membentang di jantung kota Roma berlandaskan nilai-nilai moral dan cinta kasih yang menjadi jantung Kekristenan. 

Vatikan adalah negara yang tidak punya hubungan kerja sama perdagangan, ekonomi, politik, militer, dan lain-lain dengan negara lain, kecuali kerjasama di bidang keagamaan, budaya, dan perdamaian atau kemanusiaan.

Parolin sukses dalam berbagai negosiasi dan perundingan internasional untuk ikut menyelesaikan aneka konflik, termasuk melahirkan berbagai konsensus dan keputusan-keputusan penting tentang keadilan, perdamaian, dan kemanusiaan. Ia juga menjadi Utusan Khusus Paus Fransiskus untuk urusan Ukraina selama hampir dua tahun.

Relasi gereja Katolik

Kardinal Parolin menormalisasi hubungan Gereja Katolik dengan negara-negara komunis di Asia maupun sosialis di Amerika Latin. Misalnya, ia membuka keuskupan di negara Republik Rakyat Tiongkok (RRT), meminimalisir tindakan pembatasan dan penganiayaan terhadap umat Kristen di Cina dan Vietnam. Kisah sukses tersebut adalah buah diplomasi Parolin. Meski demikian, semua itu tetap diakui merupakan pengaruh Paus Fransiskus. 

Selain itu, Parolin juga secara khusus melakukan normalisasi hubungan Amerika Serikat dengan rezim komunis Kuba yang dibekukan sejak tahun 1960-an. Hal tersebut merupakan sukses berkat bantuan Paus Fransiskus yang berani turun langsung ke Havana lalu bertemu langsung Presiden Fidel Castro. 

Sri Paus berbicara dengan Castro agar semua aset atau yayasan seperti sekolah dan rumah sakit Katolik yang dibekukan puluhan tahu bisa diaktifkan. Castro pun bersedia melakukan itu. Lebih dari 300.000 umat Katolik yang hidup di bawah rezim komunis Kuba akhirnya menghela napas panjang. Mereka bebas menjalankan iman Katolik tanpa tekanan dan intervensi penguasa.

Bahkan Castro sebagai seorang komunis dan agnostik pun kembali berpikir tentang agama. Castro melihat agama bukan lagi musuh, juga bukan hal yang penting dan menarik baginya, tapi Castro seperti tercandu untuk kembali beragama. Itulah pengaruh Paus Fransiskus yang membuat Presiden Amerika Serikat Barack Hussein Obama sujud kepadanya. 

Atas hadiah ulang tahun Sri Paus membawa anugerah bagi Amerika dan Kuba. Bendera Kuba bisa berkibar di Washington DC, dan bendera Amerika Serikat berkibar di Havana. Semua dilakukan agar pesan-pesan Injil itu terus menyebar ke mana-mana tanpa aneka sekat ideologi dan aliran politik sekular. 

Prinsip Gereja Katolik tidak membenci para komunis, ateis, agnostik, dan relativis tetapi Gereja menolak paham tersebut. Gereja Katolik meyakini bahwa Allah yang diwujudkan melalui wajah dan cara hidup Yesus adalah kebenaran mutlak yang pantang ditawar (conditio sine qua non). Tidak ada jalan menuju keselamatan tanpa melalui Yesus Kristus. 

Kembali ke Kardinal Parolin. Banyak umat Katolik di seluruh dunia yang sudah mengenal Parolin tentu memberi penilaian tersendiri. Beliau menjadi kardinal yang cukup menonjol di masa kepausan Fransiskus karena ia mengambil peran penting sebagai Sekretaris Negara Vatikan dan Menteri Luar Negeri. 

Parolin diplomat bersahaja, piawai, dan menarik dalam menari di panggung diplomasi untuk membawa misi Vatikan dan Gereja Katolik untuk eksistensi dan pertumbuhan iman Kekristenan, melalui pesan-pesan perdamaian dan kemanusiaan yang berbasis pada cinta kasih. 

Banyak menganggap kardinal yang sejak umur 4 tahun bercita-cita menjadi imam dan kemudian masuk seminari bahwa di Italia Utara, hanya punya kapabilitas di bidang diplomasi dan administrasi, namun miskin dalam karya pastoral atau pelayanan umat.

Parolin tidak seperti Paus Fransiskus yang sangat populis, meski sama-sama memiliki pandangan yang progresif untuk kemajuan umat dan Gereja universal sesuai tuntutan zaman. Meski ada  kardinal calon Paus yang agak konservatif dan tradisional, seperti Kardinal Sarah dari Afrika. 

Ia menghendaki perubahan dalam tubuh Gereja, namun tidak bisa meninggalkan tradisi-tradisi lama. Misalnya, Misa bahasa Latin, menolak perceraian, menentang perkawinan sesama jenis, dan lain-lain. Dan ia percaya bahwa keselamatan tidak hanya diperoleh dari luar Gereja, melalui praksis kehidupan nyata. 

Misalnya, melaksanakan hukum kasih tetapi keselamatan juga didapat dari hidup berkontemplasi (keselamatan dari dalam Gereja, melalui tatacara dan kebiasaan-kebiasaan doa menjadi penting untuk diperkuat). Intinya, keduanya harus jalan beriringan agar memperjuangkan keselamatan seluruh umat manusia sebagai pewaris kerajaan Allah.

Namun dari semua kelebihan dan kekurangan para calon Kardinal tidak menentukan keterpilihan mereka. Karena jabatan Paus bukan jabatan dunia atau perebutan kekuasaan, yang butuh popularitas, tapi itu jabatan sakral yang mengemban tugas Ilahi, maka yang terpilih jadi Paus nanti adalah yang terbaik daripada yang baik (primus inter pares). Dia adalah Paus untuk semua umat Katolik seluruh dunia. Servus servorum Dei, hamba dari segala hamba Allah.

Thomas Ch Syufi

Umat Paroki Gembala Baik Abepura, Keuskupan Jayapura, Papua

Tinggalkan Komentar Anda :