Pemimpin lokal di tanah Papua ini tergolong langka. Dua periode: 2012-2017 dan 2017-2022 dipercaya warga Kabupaten Tambraw, Provinsi Papua Barat sebagai bupati. Ia salah seorang putra asli tanah Papua yang dikenal sebagai bupati penjaga hutan adat.
PENJABAT Gubernur Papua Barat Komjen Pol (Pur) Paulus Waterpaw, MSi, Senin (23/5) melantik Engelbertus Gabriel Kocu, S. Hut, MM sebagai Penjabat Bupati Kabupaten Tambraw di Auditorium PKK Papua Barat di Arfai. Pengangkatan dan pelantikan Gabriel Kocu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.92-1213 Tahun 2022 tertanggal 13 Mei 2022. Gabriel Kocu menggantikan Bupati Gariel Asem, SE, M. Si yang berakhir masa jabatannya.
Dua periode memimpin Tambrauw, Geby, sapaan akrab Gariel Asem meninggalkan warisan berharga bagi kabupaten yang ia pimpin. Ia juga dielu-elukan oleh masyarakat Tambrauw atas prestasinya sebagai perintis pengembangan Tambrauw yang berwawasan lingkungan. Namun, tak sampai di situ.
Geby juga mendulang sejumlah prestasi bagi daerahnya. Paling menonjol di masanya ialah membangun infrastruktur Tambrauw dari nol. Ia berhasil memindahkan ibukota Tambrauw dari kota ke hutan belantara. Tidak hanya itu prestasi seorang Gabriel Asem. Ia juga adalah sosok yang berani mengatakan “tidak” untuk investor tambang emas dan kelapa sawit yang terus menerus mengganggunya untuk mengeksploitasi Tambrauw habis-habisan.
Jatuh cinta pada hutan
Cintanya pada hutan Tambrauw membawanya hanya membolehkan calon investor yang berupaya menghijauhkan Tambrauw lewat program pelestarian lingkungan yang berkelanjutan, sustainable bagi masa depan tanah Tambraw.
Sejak awal Gabriel Asem, putra asli Tambrauw memimpin kabupaten itu 10 tahun lalu, Bersama warga masyarakat dan semua elemen ia punya niat mulia. Menjadikan hutan di Tambrauw sebagai “ibu” dari kehidupan semua makluk hidup. Karena itu ia menolak siapun yang berniat merusakan hutan Tambrauw. Tanah dan hutan Tambrauw adalah “ibu” yang melahirkan anak-anaknya di bumi bernamana Tambrauw.
“Saya bangun Kabupaten Tambrauw dari nol. Hari pertama jadi bupati, saya perintahkan semua aparat segera pindah ke ibukota baru di pedalaman di hutan, di Fat. Belum ada jalan darat sama sekali untuk akses masuk ke Tambrauw,” ujar Gabriel Asem dalam sebuah wawancara di channel Youtube La Tofi Podcast baru-baru ini. Ia mengatakan, pada waktu dilantik, kantor bupati masih di sorong.
Menurutnya, semua akses hanya bisa ditempuh lewat laut saja dengan menggunakan perahu motor sekitar tiga jam perjalanan jauhnya. Tid ada tanda-tanda kehidupan. Tidak ada bangunan rumah di sana. Masih kosong. Hanya ada sebuah gedung sekolah SD Negeri.
“Gedung itu juga kosong. Itulah kantor Bupati Tambrauw pertama. Waktu pertama di tiba di Fat, air tidak ada. Jalan masih tanah, WC tidak ada, bila buang air besar langsung di sungai. Mandi di sungai beramai-ramai,” lanjut Gabriel Asem.
Seratus hari pertama menjadi bupati programnya adalah membangun fasilitas umum, seperti MCK, supaya penduduk bisa buang air besar dengan nyaman. Mulai bangun infrastruktur terutama jalan untuk kepentingan masyarakat, pendidilkan, kesehatan yakni Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan lain-lain. Sekalipun semuanya dalam kondisi bangunan darurat.
Setelah itu baru ia membangun perkantoran kabupaten di ibu kota yang baru dengan sarana perkantoran yang memadai dan sudah jauh lebih lengkap. Ia juga menbangun jaringan telekomunikasi di seluruh wilayah Kabupaten agar masyarakat bisa menikmati kemajuan teknologi sebagaimana kabupaten-kabupaten yang lain.
Infrastruktur
Lima tahun pertama ia tenggelam dalam kerja keras membangun seluruh infrastruktur Tambrauw. Lima tahun berikutnya ia lanjutkan dengan berbagai program hingga akhirnya semua bisa terlihat serba ada seperti sekarang ini. Tentu masih butuh pembangunan infrastruktur tambahan untuk menunjang berbagai keperluan pembangunan lainnya.
Beberapa prestasi yang mengemuka karya tangannya yang lainnya adalah Tambrauw mencatatkan diri sebagai kabupaten pertama di Indonesia yang mengadakan kontrak jual-beli daya listrik dari energi terbarukan dengan PLN. Ini adalah prestasi besar untuk Tambrauw.
Prestasi lainnya adalah kawasan Tambrauw ditetapkan menjadi kawasan konservasi karena memiliki keunikan biofisik di kawasan Abun. Di Abun terdapat penyu terbaik di dunia yaitu penyu belimbing, dengan populasi terbesar di dunia hingga di lautan pasifik.
Atas prestasinya ini Tambrauw dikenal di dunia internasional khususnya pegiat lingkungan sebagai kawasan penyanggah oksigen dunia dan menjadi “rumah besar” bagi 716 jenis burung khas dan tersisa di dunia.
Maka sebelum ia meninggalkan jabatannya sebagai Bupati Tambrauw ada satu hal penting yang dikatakan Gabriel Asem. Bahwa terpilih menjadi pemimpin itu tidak sekadar membangun wilayah begitu saja. Seorang pemimpin harus mampu menjaga dan merawat alam sekitarnya, termasuk membangun manusianya. Apalagi lebih dari 70 persen kawasan Tambrauw sudah ditetapkan sebagai kawasan konservasi dan hutan lindung dengan beraneka ragam sumber hayati.
Ketika ditanya Owner channel Youtube, La Tofi Podcast, mengapa ia tegas menolak investor tambang dan kelapa sawit, ia menjelaskan bahwa di Papua orang tidak bisa hidup tanpa hutan. Adat orang Papua khusunya di Tambrauw seperti itu.
“Waktu kecil ia hidup di hutan. Ia dan teman-temannya berburu di lembah Kebar. Mengasyikkan hingga lupa sekolah. “Orang tua panggil polisi tangkap saya di hutan,” katanya.
Pengalaman di hutan itulah mengajarkan seorang Gabriel Asem bahwa menjaga hutan itu korelasinya besar sekali dengan adat. Sebab adat, bumi, tanah dan hutan adalah ibu, sebagai sumber kehidupan. Tambrauw memang mensakralkan hutan. Ada investor tambang sudah masuk, tapi namun ia tidak memberi izin.
“Tambang emas itu untuk siapa? Selama ini tambang hanya jadi sumber konflik, masyarakat yang polos, murni jadi rusak,” jelas Gabriel Asem.
Bangun perikanan
Di Tambrauw hanya diizinkan pengembangan pertanian, peternakan, perikanan, dan pengembangan pariwisata alam. Mimpi Gabriel Asem untuk Tambrauw adalah pertanian yang ramah lingkungan. Karena itu ia mengizinkan pembukaan ladang jagung besar-besaran, lalu perternakan sapi, domba, perikanan, dan lain-lain.
Di akhir masa jabatannya ia mengembangkan sektor perikanan yang mana sektor ini akan dijadikan tulang punggung ekonomi Tambrauw di masa yang akan datang. Karena itu ia meminta kementerian terkait dan juga mitra-mitra perikangan untuk turut serta membantu dalam upaya pengembangkan perikanan ini dengan membangun sejumlah cold storage dan pabrik es di Tambrauw. Mimpinya, itu menjadi cikal bakal kekuatan ekonomi Tambrauw di masa yang akan datang.
Selain itu juga ingin pengembangan pariwisata alam. Ada destinasi wisata, ada sejumlah spot pengamatan burung cendrawasih. Di sana ada beberapa jenis burung. Ada burung surga karena indahnya, ada burung mambruk, ada kakatua, nuri berbagai jenis, ada kanguru dengan beberapa spesies yang lebih kecil tidak seperti di Australia. Ada jenis kanguru pohon, dan lain-lain. Inilah menjadi kekuatan pariwisata Tambrauw.
Di akhir masa jabatannya ia menerbitkan otobiografi, Penjaga Kovservasi dari Papua Barat. Buku tersebut ditulis oleh penulis bernama Ayu Arman dan baru saja diluncurkan, di-launching di Sorong, beberapa waktu lalu.
Waktu ditanya La Tofi Podcast apakah Gaby siap bila ada yang mengusungnya menjadi Gubernur di Papua Barat, ia tampak tidak merespon pertanyaan itu. Pria bertubuh hitam tegap ini seperti tidak berambisi untuk jabatan itu.
“Saya tidak punya ambisi untuk itu. Belum terlintas dalam pikiran untuk itu. Namun apabila kelak Tuhan menghendaki, mungkin itu jadi lain,” kata Gabriel Asem, pria kelahiran Kebar, 26 Oktober 1963 dan penerima Anugerah Satya Lencana Pembangunan dari Presiden Joko Widodo tahun 2017. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)