Sayap Kukuh Trigana Air di Bumi Cendrawasih
DI usia yang menyentuh angka 35 tahun
Sayapmu mengukir langit di ufuk timur
Menembus kabut Lembah Baliem, membawa asa
Sejak 1993 kau jelajah gunung berbalut awan Papua Pegunungan
Nadi setia berdenyut, mengikat dusun-dusun terpencil
Sayapmu kukuh sekukuh kaki Jayawijaya yang menjulang
Trigana Air, sang pelopor terdepan di langit nan sunyi
Mesinmu bergemuruh, mengusir sepi dari bukit ke bukit
Kau bukan sekadar membawa logistik, tapi denyut kehidupan
Mengantar obat, ilmu memantik senyum manis penghuni Melanesia
Optimisme adalah kompas di tengah badai pegunungan
Kaki langit pun tunduk pada tekadmu yang tak kenal lelah
Di setiap landasan tanah merah, kau ukir kisah juang
Untuk rakyat Papua, kau terbang demi masa depan yang terang
Teruslah menjelajah, Trigana Air!
Dengan sayap kepercayaan pada wajah-wajah semringah
Dalam usia menyentuh angka 35 tahun, jayalah di langit tanah leluhur
Jayalah di tanah yang kau cintai, bumi tempat kaki kami berpijak
Sampai nanti, di usia berikutnya dan menambah koleksi kisah kami
Di atas tanah ini, tanah yang bertabur berkat sang Sabda
Selamat Ulang Tahun ke-35, Trigana Air
Jayalah di langit bumi Cenderawasih
Sayap yang Merentang di Langit Papua
DI antara puncak yang menjulur ke langit
Trigana Air mengukir jalur sunyi demi orang-orang terkasih:
Oksibil, Dekai, Wamena adalah sederet nama yang terpatri
Merebah di kursi dalam sayap ATR 42 dan Boeing 737
Angin Pegunungan Bintang berbisik keras
Menguji ketangguhan baling-baling dalam hembusan bayu
Di lembah Yahukimo, kabut menyembunyikan jejak
Tapi badan si burung besi nyaman menyentuh tanah leluhur
Konflik bersenjata mengguntur di kejauhan
Seperti badai yang mengancam di ujung samudera
Tapi alam tanah Papua menjamin langit tetap biru
Doa melambung ke langit atas nama syukur pada-Nya
Efisiensi anggaran tak padamkan api semangat
Jayapura-Jayawijaya tetap terhubung, meski dana menipis
Di sini, penerbangan bukan sekadar logistik
Ia adalah nadi yang menghidupi mimpi-mimpi terpencil
Trigana, setia mengawal jejak pelintas langit Papua
Merekatkan jarak yang terlampau jauh: di antara gunung dan bukit
Di setiap landasan asa orang-orang terkasih terwujud
Pun di balik gunung, bukit, dan lembah sepi tak mendera
D sini, Trigana Air bukan sekadar merajut waktu tanpa batas
Ia adalah cerita: tentang keberanian di atas langit dan tanah warisan leluhur
Trigana Air juga menyatukan yang terpisah, menjinakkan yang liar
Di langit Papua, Trigana Air adalah sang pengukir abadi
Wamena, 23 April 2024
Dr Yosua Noak Douw, S.Sos, M.Si, MA lahir 18 November 1982 di Karubaga, kota Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan. Masuk SD Negeri Karubaga tahun 1989-1991, SD YPPGI Tulem tahun 1991-1992, dan SD Inpres Porome, Distrik Kelila, Kabupaten Jayawijaya tahun 1992-1994.
Kemudian masuk SLTP Negeri 2 Wamena, Jayawijaya tahun 1994-1997 dan SMU Negeri 1 Wamena tahun 1997-2000. Kuliah pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Cenderawasih tahun 2000-2004 dan meraih Magister Ilmu Ekonomi Uncen tahun 2011-2013. Tahun 2023 meraih Doktor (S3) di Uncen.
Menikah dengan gadis pilihannya, Novita Ronsumbre, dan dikaruniai anak-anak: Hadasah Douw, Priskila Douw, Yusuf Douw, Beruriah Douw, David Douw, Yuliana Douw, dan Yehoshua Douw. Yosua terlahir dari pasangan suami-isteri: Yerry Douw, S.Th, MA, M.Th dan Yuliana Agapa.
Ayahnya adalah seorang guru perintis pendidikan sekaligus hamba Tuhan di Tolikara. Sedangkan sang bunda adalah seorang ibu rumah tangga. Yosua adalah seorang ASN penikmat sastra. Ia lama mengabdi di birokrasi dengan sejumlah penugasan.
Kini, Yosua Douw menjabat Sekda Tolikara, Papua Pegunungan dan satu-satunya Sekda termuda di seluruh tanah Papua. Puisi di atas dipersembahkan untuk ikut merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-35 Trigana Air, Rabu, 23 April 2025.