Oleh Yohan Jawang
Mahasiswa Universitas Parahyangan, Bandung
APA yang akan terjadi dengan manusia, bila dunia ini semakin canggih dengan berbagai kompleksitas? Dalam bukunya, Homo Deus: A Brief History of Tomorrow (2016), Harari melukiskan manusia masa kini yang didominasi ilmu pengetahuan dan teknologi, pada akhirnya tenggelam dalam kesombongan dan mulai mendominasi dunia.
Dunia yang didominasi oleh manusia, kata sejarawan berkebangsaan Israel, perlahan mulai kehilangan tempat atau bahkan peran yang digantikan berbagai kecanggihan mesin yang mampu mengubah dan memperbaharui.
Ketika ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan hasil yang nyata dan masa depan yang menjanjikan dengan aneka tawaran menarik, secara tidak sadar manusia mulai ikut dalam perburuan hal-hal yang dinginkan.
Buntutnya, orientasi hidup manusia beralih dari apa yang dianggap terlalu abstrak, tidak memberikan hasil nyata kepada sesuatu yang lebih memberikan dampak nyata. Ilmu pengetahuan serta perkembangan teknologi memberikan sesuatu yang menjanjikan. Namun, di lain sisi telah menghadirkan aneka tantangan yang kerap kurang disadari.
Makna eksistensi
Persoalan yang timbul dengan kompleksitas dari modernisasi ini adalah hilangnya makna dari eksistensi manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memberikan berbagai kemudahan ternyata juga menjadi tantangan yang memang kurang disadari.
Ketika teknologi bergerak lebih maju, ada kemungkinan bahwa semua kegiatan tidak lagi memerlukan tenaga manusia. Semua menjadi kerja mesin dengan hanya diperlukan beberapa orang yang merupakan tenaga ahli berkompeten. Situasi ini akan membuat manusia tidak lagi menjadi pribadi yang aktif, tetapi sebaliknya, manusia menjadi pasif.
Dalam beberapa waktu yang akan datang, kata Ray Kurzwell, ilmuwan Amerika Serikat, sebuah kecerdasan buatan akan hadir dalam beberapa wajah. Ini bukanlah sebuah mimpi masa depan, tetapi tanggapan dari realitas yang tejadi. Bahaya yang akan terjadi adalah ketika ketidaksetaraan kecerdasan buatan di satu sisi dan kecerdasan asali manusia di sisi lain.
Secara tidak langsung manusia mulai terpinggirkan dan bisa jadi manusia kehilangan eksistensi. Semua aktivitas telah “dikuasai” oleh mesin dan teknologi robotik canggih, sehingga tidak terlalu memerlukan tenaga manusia.
Kebangkitan masa depan
Zaman yang sudah semakin maju dalam era milenial ini telah membawa paradigma baru dalam banyak aspek. Manusia sedang menghadapi suatu zaman yang kompleks dengan tantangan besar yang bahkan kurang disadari.
Bila aktivitas masa depan bisa diambil ahli oleh mesin, bagaimana dengan manusia? Pertanyaan reflektif ini penting dan menggugah dalam situasi yang semakin dipenuhi berbagai kecanggihan dan teknologi robotik yang diyakini akan mempermudah aktvitias kerja manusia.
Munculnya teknologi robotik yang mampu berperilaku layaknya manusia merupakan sebuah tanda adanya kebangkitan mesin masa depan. Masa depan manusia adalah masa depan manusia mesin yang mampu dan bahkan lebih aktif dari manusia.
Michio Kaku, fisikawan Amerika Serikat, mengemukakan tiga hal berkaitan dengan masa depan manusia yakni, internet akan menjadi otak, kesadaran kuantum, dan spesies campuran manusia mesin akan menjadi dominan di masa depan. Dalam situasi ini, tentunya tenaga manusia akan kehilangan tempat karena semua aktivitas telah diambil ahli oleh mesin robotik.
Manusia akhirnya hanya dapat menjalani aktivitasnya tanpa harus bekerja keras. Manusia mulai bergantung pada apa yang lebih mudah. Manusia tidak lagi bergantung pada dirinya, tetapi pada sesuatu di luar dirinya. Di sini ada bahaya bahwa manusia menjadi pasif dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Oleh karena itulah bagi Nietzsche, manusia yang demikian ini dianggap sebagai manusia yang takut akan realitas. Oleh karena itu baginya manusia mesti berani menanggapi realitas yang ada.
Realitas yang hampir separuhnya dikuasai aktivitas mesin dan teknologi robotik, menjadi suatu tantangan bagi kehidupan dan masa depan manusia. Perkembangan mesin-mesin yang mampu mengubah dengan teknologi robot tentu menjadi realitas yang tidak dielakkan.
Realitas ini merupakan bagian dari kreativitas pemikiran manusia yang semakin modern, namun tanpa disadari telah menjadi tantangan serius bagi eksistensi manusia sebagai makluk “menjadi”. Pergerakan manusia menjadi terbatas dan bahkan kreativitasnya akan hilang karena kemunculan berbagai mesin canggih dan teknologi robotik yang punya kemampuan lebih dan dapat mengubah wajah dunia dengan cepat.
Tanggap masa depan
Lalu bagaimana dengan manusia menyikapi fenomena ini? Sikap tanggap, peka, dan transformatif menjadi penting dalam menanggapi setiap kemajuan yang kompleks. Manusia mesti menyadari diri sebagai makluk yang “menjadi” dari eksistensi pribadinya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah saran yang membantu dan mempermudah manusia, tetapi tidak untuk memudarkan eksistensi manusia atau pun peran utama manusia dalam hidup.
Manusia adalah aktor utama yang melalui kreativitas berpikir, telah melahirkan berbagai penemuan baru, sehingga apapun yang dibuat manusia tetap harus di bawah kendalinya. Di sini sangat diperlukan kemampuan menyadari keberadaannya sebagai makluk yang terus “menjadi”. Artinya, seperti kata Nietzsche, manusia harus berani menghadapi realitas.
Manusia harus keluar dari apa yang disebut comfort zone (zona nyaman) dan berani bergerak menurut hakikan dasarnya sebagai makluk yang “menjadi”. Kemajuan dan kemunculan mesin dan teknologi robotik sejatinya hanya membantu dan mendukung akvtivitas manusia, tetapi tidak untuk mengambil ahli peran manusia sebagai pelaku utama dalam hidup.
Di tengah kemajuan ilmu pengetahun, mesin dan teknologi robotik canggih, hal penting bagi manusia adalah menerima dan memaknai kemajuan sebagai bagian dari kemampuannya. Dengan demikian, di satu sisi manusia tidak meluluh tergantung pada aneka kemudahan. Sebaliknya, manusia menunjang manusia lain dalam kehidupan dan seluruh aktivitas hidupnya.
Manusia harus berani keluar dari rasa nyaman karena kehadiran berbagai mesin yang memudahkan hampir seluruh pekerjaannya. Sehingga kemajuan itu tidak mempunyai kesan membuat manusia menjadi kehilangan makna eksistensinya. Tetapi semakin memaknai eksistensi sebagai makluk yang “menjadi” dengan memberikan sumbangsinya dalam perkembangan kehidupan yang lebih baik.
Munculnya mesin dan teknologi robotik bukanlah realitas yang menghalangi kreativitas manusia, tetapi sebaliknya menjadi sumbangan yang mampu membantu manusia untuk semakin mengembangkan diri dan seluruh eksistensinya menjadi semakin manusiawi. Oleh karena itu, dalam situasi yang kompleks, manusia harus berani keluar dari kenyamanan-kenyamanan oleh karena berbagai kemajuan yang telah mempermudah.
Dengan demikian, ia mampu menemukan dirinya dan terlebih mampu memaknai kemajuan sebagai realitas yang mendukung seluruh kehidupan menjadi lebih baik. Ia tidak menghalangi, mengurangi, melemahkan bahkan mereduksi eksistensinya sebagai makluk yang “menjadi” yang terus berkembangan.