VATIKAN, ODIYAIWUU.com — Mata umat Katolik seluruh dunia terarah ke kota Roma sejak pengumuman resmi Takhta Suci menyebut, konklaf akan dimulai Rabu, 7 Mei 2025.
Konklaf adalah pertemuan tertutup dan rahasia para Dewan Kardinal elektor di bawah bimbingan Roh Kudus untuk memilih seorang Paus, yang merupakan Uskup Roma sekaligus kepala Gereja Katolik Roma sedunia.
Doa dan kerinduan umat Katolik dikabulkan Tuhan. Asap putih akhirnya mengepul dari cerobong Cappella Sistina (Kapel Sistina) pada Kamis (8/5) waktu Roma. Habemus Papam!, Kita memiliki seorang Paus!
Istilah kata bahasa Latin berkumandang dari atas Balkon Gereja Santo Petrus Vatikan. “Semoga damai menyertai kalian semua,” ujar Paus terpilih Kardinal Robert Francis Prevost, OSA, Jumat (9/5) dini hari WIB. Kardinal Prevost memilih nama Paus Leo XIV.
Paus Leo XIV terpilih sebagai pemimpin tertinggi baru Gereja Katolik sejagat setelah dua hari proses konklaf yang berlangsung tertutup di Vatikan. Sebanyak 133 kardinal elektoral di bawah bimbingan Roh Kudus mengakhiri tugasnya memilih paus baru.
Mata dunia menyaksikan momen bersejarah saat Kardinal Prevost menjadi Paus ke-267, penerus Santo Petrus memimpin umat Gereja Katolik di muka bumi. Sukacita penuh syukur menusuk hingga ke ujung bumi, pengganti mendiang Paus Fransiskus. Umat Katolik menerima kabar gembira, seorang pemimpin gereja Katolik sudah terpilih.
“Paus Leo XIV yang baru terpilih hari ini telah menjadi Kepala Kantor untuk Uskup-uskup di Vatikan selama dua tahun terakhir. Saya sering melihatnya di pagi hari berjalan antara pukul 7:00 dan 7:30 pagi dari Vatikan menuju biaranya Augustinianum yang terletak di samping Vatikan,” ujar Staf Departemen Dialog Antaragama atau Dicastery for Interreligious Dialogue (DID) Takhta Suci Vatikan Pastor Dr Markus Solo Kewuta, SVD kepada Odiyaiwuu.com dari Vatikan, Jumat (9/5) dini hari.
Padre Marco —sapaan akrab Pastor Markus— mengatakan, Paus Leo XIV memiliki postur agak pendek, sekitar 1,75 cm, bertubuh kecil, dan pendiam. Keduanya saling menyapa dari waktu ke waktu dari jarak jauh, tetapi tidak pernah berbicara satu sama lain.
“Hemat saya, beliau adalah pilihan yang baik. Beliau dikenal sebagai orang yang sederhana, rendah hati, sosial dan berpihak pada kebenaran,” kata Padre Marco, imam SVD dan ahli Islam (Islamolog) yang mendalami studi Islamologi dan Arabistik di Dar Comboni, Kairo, Mesir tahun 2002-2003.
Padre Marco menambahkan, dalam pikiran dan tindakannya menyangkut hal-hal gerejawi, Paus Leo XIV dikenal bersikap moderat dan terbuka terhadap dunia. Kata-kata Santo Agustinus ‘Bersamamu saya adalah seorang Kristiani, untukmu saya adalah uskup’ yang dipegang Paus Leo XIV menyiratkan kerinduan sang Paus untuk menghidupkan Gereja Katolik yang sinodal, yang bersatu dan berjalan bergandengan tangan.
Menurut Padre Marco, dengan nama Leo XIV didapati kesan bahwa Paus baru tetap berada pada garis dan haluan mendiang Paus Fransiskus, mungkin dengan aksen-aksen baru. Paus Leo XIV mengambil nama Paus Leo XIII yang menjadi Paus pada awal abad ke-19 sebagai contoh orang yang berkomitmen pada isu-isu sosial ensiklik doktrin sosial Rerum Novarum.
“Pidato singkatnya hari ini di Balkon Basilika Santo Petrus memperjelas hal ini. Patut disebutkan juga adalah rujukannya yang berulang-ulang tentang perdamaian. Ke depan, perjuangan Leo XIV untuk perdamaian akan sangat kental,” ujar Padre Marco, imam asal Indonesia kelahiran 4 Agustus 1968 di kampung Lewouran, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Paus Leo XIV, lanjut Padre Marco, berbicara bahasa Italia dengan baik, tentu saja bahasa Inggris karena berasal dari Amerika Serikat. Juga bahasa Spanyol karena pernah bekerja bertahun-tahun di Peru, Amerika Selatan. Bahasa Latin Paus Leo XIV juga sangat bagus.
“Bahasa Italianya tidak memiliki aksen Inggris (Amerika). Sepintas, beliau memberikan kesan yang sangat baik hari ini. Mari kita satukan dukungan kita terhadap Paus baru ini dengan doa dan menunjukkan niat persatuan dan kesatuan kita dengan beliau dalam tugas kepemimpinannya atas Gereja Katolik sedunia dan juga dalam upaya meningkatkan peran Gereja Katolik dalam dunia,” kata Padre Marco.
Kardinal Robert Francis Prevost, OSA lahir 14 September 1955 di Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Ia masuk novisiat Ordo Santo Agustinus (OSA) di Provinsi Our Lady of Good Counsel, Saint Louis tahun 1977. Pada 29 Agustus 1981, ia mengucapkan kaul pertamanya.
Prevost kemudian melanjutkan studi hingga meraih gelar Diploma bidang Teologi di Catholic Theological Union of Chicago, Illinois, USA. Saat berusia 27 tahun, Prevost diutus pimpinan OSA menuju Roma untuk melanjutkan studi bidang Hukum Kanonik di Pontificia Studiorum Universitas a Sancto Thoma Aquinate in Urbe atau Universitas Kepausan Santo Thomas Aquinas.
Prevost kemudian ditahbiskan menjadi imam OSA pada 19 Juni 1982 dan menerima lisensiatnya pada 1984. Setelah itu, ia diutus sebagai misionaris untuk bekerja di Chulucanas, di Piura, Peru tahun 1985–1986.
Prevost meraih doktor dengan tesis berjudul Peran Prior Setempat Dalam Ordo Santo Agustinus tahun 1987. Pada tahun yang sama ia terpilih sebagai Direktur Panggilan dan Direktur Misi Provinsi Agustinian Mother of Good Counsel di Olympia Fields, Illinois, Amerika Serikat.
Pada 1988, Prevost mendapat tugas perutusan ke Trujillo sekaligus Direktur Proyek Pembinaan Calon Imam Agustinian di Vikariat Chulucanas, Iquitos, dan Apurímac. Berturut-turut sebagai Prior Komunitas tahun 1988–1992, Direktur Pembinaan tahun 1988–1998, dan Pengajar Kaum Kaul periode 1992-1998.
Selama menjalani Misi di Keuskupan Agung Trujillo, Prevost menjadi Vikaris Yudisial tahun 1989–1998 dan Profesor Hukum Kanon, Patristik, dan Moral di Seminari Tinggi San Carlos e San Marcelo, Chicago.
Kemudian, tahun 1999, terpilih menjadi Prior Provinsial Mother of Good Counsel, Chicago. Setelah dua setengah tahun, Kapitel Umum memilihnya sebagai Prior Jenderal dan terpilih kembali tahun 2007.
Pada Oktober 2013, Prevost kembali ke Provinsi OSA Chicago untuk melayani sebagai pengajar vikaris kaul dan vikaris provinsial, peran yang dipegangnya pada tanggal 3 November 2014, ketika Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Chiclayo, Peru kemudian mengangkatnya sebagai Uskup Keuskupan Tituler Sufar.
Pada 7 November 2014, ia mengambil alih kepemilikan kanonik keuskupan tersebut di hadapan Nuntius Apostolik James Patrick Green dan ditahbiskan sebagai Uskup Chiclayo pada 12 Desember bertepatan dengan Hari Raya Our Lady of Guadalupe. Ia menjabat sebagai Uskup Chiclayo sejak 26 November 2015.
Dalam sebuah wawancara dengan Vatican News tak lama setelah menjadi pemimpin Departemen Uskup, Prevost mengatakan, ia masih merasa diri seorang misionaris.
“Saya masih menganggap diri saya seorang misionaris. Panggilan saya, seperti panggilan setiap orang Kristen, adalah menjadi misionaris untuk mewartakan Injil di mana pun seseorang berada,” ujar Prevost.
Pada 30 Januari 2023, Paus Fransiskus mengangkat Prevost sebagai Prefek Dikasteri untuk Uskup dan Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin. Kemudian, Kamis (8/5) waktu Roma, Kardinal Prevost terpilih menjadi Paus dengan nama Paus Leo XIV. Terima kasih, Tuhan. Selamat menggembalakan umat Katolik sedunia, Bapa Paus Leo XIV. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)