VATIKAN, ODIYAIWUU.com — Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, Senin (5/5) waktu Roma tiba di Lapangan Basilika Santo Petrus, Vatikan. Kardinal Suharyo akan mengikuti proses konklaf atau pemilihan Paus baru yang akan dimulai pada Rabu (7/5).
Kedatangan Kardinal Suharyo disambut langsung Duta Besar Republik Indonesia untuk Takhta Suci Vatikan Michael Trias Kuncahyono. Kehadirannya menarik perhatian puluhan wartawan media cetak dan elektronik dari berbagai belahan dunia yang telah menunggu di luar Basilika Santo Petrus.
“(Saya) menyambut kehadiran Bapak Kardinal Suharyo di Bandara Leonardo da Vinci, Roma. Bapak Kardinal akan ambil bagian konklaf yang akan dimulai tanggal 7 Mei 2025 sore,” ujar Dubes Trias Kuncahyono dari Vatikan, Minggu (4/5/). Sebanyak 177 kardinal sudah hadir di Vatikan untuk mengikuti Kongregasi Umum ke-9 sebagai bagian dari persiapan konklaf.
Menurut Direktur Kantor Pers Takhta Suci Vatikan Matteo Bruni, dari 177 kardinal yang hadir 127 di antaranya adalah kardinal elektor, yang berhak dipilih maupun memilih dalam konklaf. Vatikan memulai proses persiapan konklaf dengan menggelar kongregasi umum guna membahas sejumlah agenda penting.
Kongregasi umum akan membahas peran ganda persekutuan dalam gereja dan persaudaraan di dunia. Selain itu, sebagai momentum ucapan syukur para kardinal atas kepemimpinan Paus Fransiskus, termasuk membahas sejumlah hal yang telah diprakarsai mendiang Sri Paus agar tetap dilanjutkan.
Saat tiba di Lapangan Basilika Santo Petrus Vatikan, para wartawan internasional menyambut hangat Kardinal Suharyo dan mengajukan pertanyaan terkait konklaf. Para kuli tinta itu juga penasaran dengan Kardinal Suharyo yang akan mengikuti konklaf memilih Paus baru yang akan memimpin umat Katolik sedunia menggantikan mendiang Paus Fransiskus.
“Saya datang bukan untuk mencari jabatan, tetapi untuk menjalankan tugas sebagai bagian dari Gereja universal,” ujar Kardinal Suharyo kepada wartawan. Kardinal Suharyo mengenakan jubah hitam dan salib dada perak khas kardinal meladeni pertanyaan awak media dengan tenang
Kardinal Suharyo dikenal sebagai sosok sederhana dan vokal dalam berbagai isu moral dan sosial. Kardinal kelahiran Sedayu, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 9 Juli 1950, menolak tegas campur tangan bisnis dalam institusi keagamaan, termasuk ketika menolak izin tambang yang ditawarkan kepada organisasi keagamaan di Indonesia.
“Menjadi paus bukan soal ambisi pribadi. Jika seseorang bermimpi menjadi paus, maka ia belum memahami makna pelayanan yang sejati,” ujar Kardinal Suharyo di Jakarta.
Meski tidak disebut-sebut sebagai kandidat utama, kehadiran Kardinal Suharyo di Vatikan menandai babak baru bagi keterwakilan negara mayoritas non-Katolik dalam proses konklaf. Ia adalah satu dari 133 kardinal elektor dalam konklaf dan satu-satunya dari Indonesia.
Sekretaris Keuskupan Agung Jakarta Pastor Vincentius Adi Prasojo, Pr yang mendampingi Kardinal Suharyo menjelaskan, Kardinal Suharyo tidak memiliki ambisi pribadi. “Bagi beliau, ini soal ketaatan. Jika dipilih, itu adalah panggilan, bukan kehendak pribadi,” ujar Pastor Vincentius di sela-sela persiapan konklaf.
Konklaf yang akan dimulai Rabu ini diperkirakan berjalan lebih lama dari biasanya, mengingat belum ada kandidat dominan. Namun, sorotan dunia kini juga tertuju pada sosok-sosok dari luar Eropa, termasuk Kardinal Suharyo, sebagai simbol kebhinekaan dan semangat global dalam Gereja Katolik. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)