ABEPURA, ODIYAIWUU.com — Pengurus Asrama Putri Kinaonak Abepura Jayapura bekerja sama dengan Peace Literacy Institute Indonesia (PLII), Senin (11/11) menggelar diskusi terkait pentingnya gerakan literasi di lingkungan mahasiswa tanah Papua.
Diskusi bertajuk Pentingnya Literasi Bagi Mahasiswa digelar di Asrama Putri Kinaonak Puncak Jaya di Abepura dan dihadiri para mahasiswa dan mahasiswa Kota Studi Jayapura. Kurang lebih 52 0rang hadir dalam acara diskusi tersebut.
Diskusi yang menghadirkan Deputi PLII Maiton Gurik selaku pembicara yang dipandu moderator Herlin Wonda, diramaikan dengan acara sumbang buku dari pimpinan dan pengurus PLII sebagai salah satu dorongan menjadikan membaca sebagai kebutuhan di kalangan mahasiswa selaku calon pemimpin masa depan tanah Papua.
“Tema diskusi, Ko Baca, Ko Tara Kosong diambil Pengurus Asrama Putri Kinaonak. Tema ini menjadi semangat atau spirit dan pergumulan mahasiswa dan mahasiswi selama kuliah dan mencari ilmu pengetahuan di kampus,” ujar Maiton Gurik kepada Odiyaiwuu.com dari Abepura, Papua, Senin (11/11).
Menurut Maiton, selama diskusi berlangsung banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman diperoleh para peserta. Dalam diskusi juga mencuat aneka problem dalam gerakan literasi semisal minimnya minat baca, mentalitas malas, dan lain-lain.
Bahkan selama aktivitas perkuliahan, kerap muncul rasa minder berhadapan dengan dosen atau minder dalam relasi dengan rekan-rekan sesama mahasiswa di kampus. Juga berbagai macam gejala yang dihadapi di kampus.
Namun, lebih dari itu selama berada di kampus ada pemandangan positif di mana banyak mahasiswa menjadikan perpustakaan sebagai tempat membaca dan mencari sumber-sumber relevan untuk mengerjakan tugas dari dosen atau membaca untuk memperkaya ilmu dan pengetahuan mahasiswa. Pengalaman selama berada di kampus seperti di atas diutarakan para peserta saat sesi diskusi dan tanya jawab.
“Sebagai narasumber saya mendengar dan merespon sekaligus sharing bersama. Saya mesti akui bahwa pengalaman berliterasi di kampung memiliki dinamika tersendiri bagi setiap mahasiswa. Tentu Tidak bisa dipungkiri, dinamika kampus kadang membosankan tapi juga menuntut kesabaran mahasiswa agar dapat bertanggung jawab kepada dirinya dan orangtua agar menyelesaikan studi tepat waktu,” kata Maiton.
Seiring pesatnya informasi dan teknologi, minat baca dan tulis menjadi garansi kualitas mahasiswa di kemudian hari setelah merampungkan studinya. Namun, satu hal yang masih menjadi pekerjaan besar untuk terus ditumbuhkan adalah menurunnya minat baca.
“Kita harus akui bahwa selain minat baca yang tinggi dimiliki mahasiswa maupun anak-anak di bangku sekolah namun kadang ketersediaan sumber bacaan maupun sumber ajak di kampus maupun sekolah masih menjadi hambatan serius. Soal ini tentu jadi perhatian semua stakeholder, termasuk yang concern dalam gerakan literasi. Kita harus mulai menumbuhkan minat baca dan tulis. Jadi, kalau ko baca, ko tara kosong,” kata Maiton. dalam proses belajar. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)