Pendeta Yehezkiel Dumupa, S.Th: Gembala yang Mencintai Pendidikan di Tanah Papua - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Pendeta Yehezkiel Dumupa, S.Th: Gembala yang Mencintai Pendidikan di Tanah Papua

Pendeta Yehezkiel Dumupa, S.Th, Ketua Klasis Kamuu Timur, Gereja KINGMI di Tanah Papua. Foto: Ansel Deri/Odiyaiwuu.com.

Loading

Pendidikan adalah garansi kemajuan dan peraban sebuah komunitas masyarakat. Pendeta Yehezkiel sungguh menyadari hal itu. Masa depan pendidikan bagi anak-anak Papua di wilayah adat Meepago merebut ruang hatinya. Ia tinggalkan Dogiyai menuju Paniai, dua wilayah yang saat ini terpaut jauh demi masa depan pendidikan.

DALAM benak Ketua Klasis Kamuu Timur, Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua Pendeta Yehezkiel Dumupa, S.Th, masa depan pendidikan di Tanah Papua terutama di wilayah adat Meepago menjadi tanggungjawab setiap putera-puteri asli Papua. Institusi Gereja baik Protestan maupun Katolik di wilayah Meepago kala itu adalah salah satu yang berjasa memajukan pendidikan. Pendidikan di mata Pendeta Yehezkiel, adalah jaminan menjemput dunia yang ditaburi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selain tentu saja pemerintah kabupaten (Pemkab) di wilayah adat Meepago dengan anggaran pemerintah bersumber dari APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota serta APBN. Namun, tugas berat mengatur pendidikan juga sejatinya menjadi tanggung jawab anak-anak asli tanah Papua. Generasi muda di wilayah adat Meegapo yang meliputi Kabupaten Nabire, Mimika, Intan Jaya, Paniai, Dogiyai, dan Deiyai perlu mendapat sentuhan, perhatian pendidikan agar mereka mampu menjemput masa depan lebih baik dari generasi sebelumnya. Sektor pendidikan jauh-jauh hari sudah menjadi kesadaran kolektif semua pemangku kepentingan, stakeholders di wilayah itu.

“Tahun 1982 saya pergi ke Kebo, Kabupaten Paniai sekarang. Di sana saya tinggal selama enam tahun . Dua tahun persediaan belajar Alkitab dan empat tahun jadi guru untuk belajar Alkitab. Usai dari Kebo saya kembali ke kampung saya di Idakebo, Distrik Kamuu Utara, Kabupaten Dogiyai sekarang. Saat itu wilayah Dogiyai masih kekurangan hamba Tuhan, tenaga gembala untuk melayani Jemaat. Generasi kami juga masih sangat terlambat di bidang pendidikan. Itulah alasan mengapa hati saya tergerak untuk segera kembali ke kampung halaman,” ujar Pendeta Yehezkiel kepada Odiyaiwuu.com saat ngobrol santai di sebuah warung makan di Jakarta Pusat, Sabtu (12/6).

Pendeta Yehezkiel menyadari, ketertinggalan di bidang pendidikan kala itu bukan hanya dirasakan di jenjang sekolah dasar. Namun, nyaris juga dialami jenjang pendidikan menengah dan atas. Sebagai gembala yang baru balik dari tempat studi di Paniai, ia mendapat tugas pertama kali sebagai hamba Tuhan di Jemaat Pos PI Mogotogo. Di Jemaat Pos PI Mogotogo ia melayani jemaat selamat enam tahun. Usai menunaikan tugas sebagai gembala di Mogotogo, ia mendapat kesempatan melanjutkan studi teologi di Sekolah Tinggi Teologi (STT) Walter Post di Nabire, kota Kabupaten Nabire.

“Setelah empat tahun menyelesaikan studi di STT Walter Post di Nabire, saya kembali ke kampung halaman. Saya kemudian mendapat tugas dari pimpinan Gereja Kingmi Tanah Papua untuk melayani Jemaat di Idakebo, Dogiyai. Di sana saya memberikan pelayanan kepada Jemaat dan warga sepenuh hati. Berkat komitmen dan kerja keras melayani umat di bidang rohani dan jasmani, saya mendapat kepercayaan umat sebagai Ketua Klasis Gereja Kingmi Kamuu Timur. Saya terpilih menjadi Ketua Klasis Gereja Kingmi Dogiyai sejak tahun 2000 hingga saat ini. Sudah empat periode saya dipercaya mengemban tugas dan pelayanan ini,” kata Pendeta Yehezkiel Dumupa.

Mencerdaskan anak bangsa

Di tangan Gembala Yehezkiel Dumupa, pendidikan anak-anak calon masa depan bangsa dan negara serta kebutuhan daerah di tanah Papua, perlahan dan pasti terus menampakkan wajah menggembirakan. Melalui Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua dan di bawah tangan dingin Yehezkiel Dumupa, lahir sejumlah lembaga pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga menengah atas. “Lembaga-lembaga pendidikan ini terus berkembang meski mengalami banyak kendala. Tapi melalui usaha dan keras keras didasari doa kepada Tuhan, anak-anak kami bisa menikmati pendidikan meski dalam kondisi serba terbatas,” kata Pendeta Yehezkiel Dumupa.

Menurut Pendeta Yehezkiel, saat ini di wilayah Klasis Kamuu Timur terdapat sejumlah sekolah mulai dari tingkat SD hingga SLTA. Ia mengatakan, sekolah-sekolah itu misalnya SD YPPGI Obayo di Idakebo, SD YPPGI Duntek, SD Zaitun Nuwa, SD YPPGI Bethesda Wawotopa, SD YPPGI Pengharapan Ekepai, SD YPPGI Nafiri Dudiduwai. Lalu SMP YPPGI Golgota di Idakebo, SMK YPPGI Yehezkiel Dumupa di Idakebo. Ia mengakui, pendidikan menjadi salah satu jalur pengabdian institusi Gereja lokal di tanah Papua, terutama Gereja-gereja Protestan. Pendidikan menjadi salah satu aspek yang sangat diperhatikan Badan Pengurus Pusat Sinode Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua.

Ketua Ketua Sinode Gereja Kingmi di Tanah Papua Pendeta Dr. Benny Giay, S.Th jauh sebelumnya menaruh perhatian terhadap pendidikan bagi generasi muda tanah Papua. Perihal pentingnya pendidikan disampaikan Pdt. Benny Giay kepada peserta saat berlangsung sesi penyampaian Laporan Pertanggungjawaban BPP Sinode periode 2009-2015 di Aula Serbaguna Klasis Kamu Barat, Jemaat Golgota Digikotu, Dogiyai, Kamis (22/10 2015). Menurut Pdt. Benny Giyai, sebagai pemilik negeri sudah sepatutnya Gereja yang berbasis jemaat dari wilayah pegunungan di bumi Cenderawasih memiliki tanah bersertifikat.

Menurut Benny Giay dengan memiliki pendidikan yang baik, berpikir terbuka dan kritis, para pelayan Tuhan dapat membawa lembaga gereja dan umat ke arah yang lebih baik. Hal-hal yang harus dilawan bukan hanya dari luar lembaga saja namun juga diperlukan intropeksi ke dalam lembaga gereja dan tradisi keagamaan. “Melalui pendidikan, orang harus berpikir kritis terhadap tradisi sendiri. Dalam artian tradisi yang bisa menjadi energi positif memajukan umat dan daerah ke arah lebih baik. “Soal pendidikan, gereja harus bisa tampil di muka dunia. Jadi, dua itu jadi prioritas. Pengembangan bidang pendidikan dimaksud dilakukan ialah peningkatan status perguruan tinggi milik Kingmi, Sekolah Tinggi Teologi Walter Post Jayapura dan program beasiswa bagi calon-calon pendeta,” kata Pdt Benny Giay.

Tak sekadar pendidikan

Tugas dan tanggungjawab Pendeta Yehezkiel Dumupa tak sekadar berhenti mengurus pendidikan di Dogiyai. Gembala yang ramah ini juga mendapat tugas tambahan sebagai anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Dogiyai. Ia dan pengurus FKUB Dogiyai dilantik Bupati Yakobus Dumupa di Aula Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Dogiyai pada (14/3 2019). Pelantikan berdasarkan Keputusan Bupati Dogiyai Nomor 16 tahun 2019 tentang Pembentukkan Pengurus Forum Kerukunanan Umat Beragama.

Pendeta Yehezkiel menyadari bahwa tugas memajukan masyarakat di bidang sosial keagamaan bukan hanya dibebankan kepada pemerintah. Seluruh elemen masyarakat juga menjadi bagian tak terpisahkan. Para anggota FKUB diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan untuk menciptakan hidup damai. “Karena hidup yang paling bahagia itu rukun dan damai. Kita menciptakan rukun dan damai. Mulai dari diri kita, keluarga, agama, pemerintah dan masyarakat. Pembangunan itu tugas semua pihak. Bukan hanya pemerintah, tapi umat beragama juga harus menjadi pelaku pembangunan,” ujar Yakobus Dumupa saat melantik para pengurus FKUB Dogiyai.

Namun, satu hal yang juga menjadi cita-cita Pendeta Yehezkiel Dumupa adalah mendirikan perguruan tinggi di Dogiyai agar memberikan kemudahan kepada anak-anak lulusan SMA di wilayah Meegapo melanjutkan kuliah mereka. Kerinduan memiliki kampus sendiri bukan tanpa alasan. Selain dukungan sekolah-sekolah menengah atas di wilayah Meepago, kehadiran perguruan tinggi memudahkan anak-anak asli mengenyam pendidikan tinggi di daerahnya. Otonomi khusus bagi Papua memudahkan banyak hal, termasuk akses pendidikan. Inilah saatnya kami memiliki sebuah kampus di wilayah Dogiyai,” kata Pendeta Yehezkiel Dumupa. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :