Pastor Willem Rombout, OFM: Pioner Misi di Pedalaman Tanah Papua - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan
Sosok  

Pastor Willem Rombout, OFM: Pioner Misi di Pedalaman Tanah Papua

Pastor Willem Rombout, OFM. Sumber foto: Dok. Fr Berto Namsa OFM

Loading

KISAH perjalanan Misi Gereja Katolik di pedalaman tanah Papua tak abai dari sosok Pastor Willem Rombout, OFM, salah seorang imam Katolik dari Ordo Fratrum Minorum (OFM) atau Ordo Fransiskan. Inilah sekilas riwayat singkat karya Misi dan pelayanan saudara Rombout, OFM.

Willem Rombout, OFM lahir 23 Agustus 1918 di Rijn, Belanda. Ia dibesarkan dalam keluarga Katolik yang saleh. Semasa remaja bersama keluarga asal, benih panggilan untuk menjadi imam sudah mulai nampak. Ia menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah atas di Belanda.

Setelah menyelesaikan pendidikan atas di Belanda, remaja Willem Rombout akhirnya memutuskan untuk masuk biara Fransiskan di Belanda. Setelah kaul pertama dalam persaudaraan Fransiskan Belanda pada 1937, ia melanjutkan studi filsafat dan teologi di Belanda. Sesudah menyelesaikan pendidikan sebagai calon imam, tahun 1943 ia ditabiskan menjadi imam dalam persaudaraan Fransiskan. Sesudah ditabiskan, mula-mula ia menjadi pastor di negeri Belanda.

Namun pada kesempatan yang lain, ia dipercayakan oleh Provinsi Fransiskan Belanda untuk menjadi misionaris di tanah misi Nederlands Niew-Guinea (sekarang dikenal dengan Papua). Segala persiapan untuk menjadi misonaris di Papua disiapkan di Belanda. Mulai dari kursus budaya, bahasa, medis, dan lain sebagainya. Akhirnya pada 1947 Pastor Rombout, OFM tiba dengan selamat di Papua.

Kembali ke Belanda

Setelah Pastor Rombout, OFM berkarya selama kurang lebih 48 tahun di tanah Papua. Tahun 1995 ia memutuskan kembali ke Belanda untuk selamanya. Di sana ia menghabiskan masa pensiunnya dengan saudara-saudara Fransiskan yang lain. Ia tinggal di biara Fransiskan di kota Warmond. Pada 10 November 1947 Pastor Rombout, OFM dijemput saudari maut badani di Warmond. Sang misionaris sejati ini kembali kepada Dia, sang Pemberi Hidup. Ia meninggal dalam usianya yang ke 77 tahun setelah menjadi anggota Fransiskan selama 57 tahun.

Beberapa tempat Misi di tanah Papua yang pernah ia layani dapat dicatat di sini. Tempat-tempat Misi itu antara lain Sorong (daerah Vogelkop). Untuk menjalankan Misi melihat daerah pedalaman kepala burung, misi dilaksanakan pada tahun 1949 sesaat tiba di sana. Kala itu, ia dibantu oleh guru katekis, Matias Teniwut dan Wilem Japen.

Pastor Roumbout berangkat dari Teminabuan menuju Ayamaru. Namun ia tidak begitu lama tinggal di daerah Ayamaru mengingat ia tidak mempunyai izin dari pemerintah saat itu, ditambah lagi wilayah itu sudah ada Misi Zending sehingga akhirnya ia kembali.

Namun usaha Pastor Roumbout tidak sampai di situ. Ia menyiapkan rencana kedua untuk melakukan suatu ekspedisi demi mewartakan Injil. Akhirnya ia memutuskan perjalanan kedua lewat Sausapor dan mencoba masuk ke pedalaman. Ia tiba di daerah Karoon pada 16 Maret 1949. Pada tahun yang sama, Pastor Rombout memberikan tugas kepada guru Matias Teniwut untuk menetap di kampung Sururem. Kemudian beberapa kampung lain menyusul. Kampung-kampung itu antara lain kampung Wajo.

Kendati menghadapi berbagai kesulitan pada tahun-tahun pertama di beberapa daerah di kepala burung bagian tengah, di antara Aifat dan Karoon, sejumlah sekolah-sekolah kecil sudah dapat dibuka. Kali ini dengan persetujuan pegawai pemerintah di Inanwatan. Ia menjadi pastor pertama Fransiskan yang mengujungi daerah pedalaman kepala burung. Daerah itu antara lain Karoon, Aifat, Ayawasi, dan beberapa daerah lain.

Tahun 1950 Pastor Rombout jatuh sakit dan dia dilarang oleh dokter untuk melakukan kunjungan ke wilayah kepala burung yang sudah dibukanya. Maka ia diberi kesempatan untuk cuti memulihkan kesehatannya. Pada Mei 1951 datanglah penggantinya, Pastor Radbout Jorna, OFM yang kemudian hari menjadi pastor paroki pertama Paroki Santu Yosep Ayawasi.

Selain menjadi pioner di daerah kepala burung, Pastor Rombout pernah bertugas juga sebagai Pastor di Waghete, Deiyai, Paniai, Eupoto dan beberapa daerah lain di Papua. Sebelum akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke Belanda. Terimakasih, Saudara Rombout atas jasa baik di Bumi Cendrawasih. Semoga ganjaran kebaikan ini, engkau mendapat tempat yang layak di Surga. (Fr Berto Namsa OFM, mahasiswa STFT Fajar Timur, Abepura, Papua/berbagai sumber).

Tinggalkan Komentar Anda :