JAKARTA, ODIYAIWUU.com – Sejumlah mahasiswa asal Papua yang tengah kuliah di Jakarta, yang tergabung dalam Front Mahasiswa Katolik Papua, Jumat (10/12) menurut rencana menggelar aksi unjuk rasa di kantor Kedutaan Besar (Kedubes) Takhta Suci Vatikan dan kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).
“Kami rencana aksi jam sepuluh. Saat ini dalam perjalalanan menuju titik lokasi. Setiba di titik lokasi, saya akan infokan lebih lanjut,” ujar Emanuel Manu, staf Humas Front Mahasiswa Katolik Papua kepada Odiyaiwuu.com di Jakarta, Jumat (10/12) pagi.
Aksi unjuk rasa para mahasiswa tersebut merupakan tindak lanjut seruan moral para pastor di tanah Papua serta harapan Bumi Cendrawasih agar beberapa keuskupan di tanah Papua baik Keuskusan Jayapura dan Timika diisi pastor orang asli Papua (OAP).
Aksi unjuk rasa tersebut juga sebagai respon atas seruan moral Dewan Gereja Papua (DGP) sebelumnya. DGP mencermati kondisi tanah Papua masih meratap, berduka akibat konflik dan kekerasan yang terjadi dan tak kunjung berakhir. Konflik memicu konflik baru dan merendahkan martabat manusia yang seharusnya hidup aman dan damai di atas tanah sendiri.
DGP mendesak para pihak untuk dapat menyelesaikan situasi konflik TNI vs TPNPB di Papua dengan dialog agar menghentikan pertumpahan darah terhadap rakyat Papua. Seruan moral tersebut seharusnya dapat didukung oleh Kebubes Vatikan maupun Konferensi Waligereja Indonesia. Sayangnya, demikian keterangan tertulis yang diperoleh, kedua lembaga tersebut mengabaikan seruan para pastor di Papua.
Front Mahasiswa Katolik Papua menilai, umat Katolik di tanah Papua merasa prihatin atas kekosongan posisi uskup di Keuskupan Jayapura dan Mimika. Umat memiliki kerinduan agar uskup di tanah Papua diisi oleh pastor orang asli Papua.
“Selama ini posisi Uskup di Papua belum pernah diberi kepada pastor orang asli Papua menduduki jabatan Uskup,” demikian keterangan tertulis yang diterima dari bagian Humas Front Mahasiswa Katolik Papua.
Bupati Dogiyai Yakobus Dumupa berharap Paus Fransiskus mengangkat imam dari putra asli Papua untuk menjadi uskup di tanah Papua, baik di Papua maupun Papua Barat. Harapan Dumupa tersebut disampaikan saat upacara penahbisan lima imam baru oleh Mgr. Anton Subianto OSC, Uskup Bandung, di Gereja Santo Petrus Mauwa, Keuskupan Timika, Kamis (21/10 2021).
Adapun kelima imam baru itu adalah RD Silvester Dogomo, RD Silvester Bobii, RD Paulus Leopati Yerwuan, RD Febronius Angelo, dan RD Vincentius Budi Nahiba. Selain itu, ada dua frater yang ditahbiskan menjadi diakon: Emanuel Richardus Buang Lela dan Ricky Carol Yeuyanan.
Menurut Dumupa, harapannya itu bukan tanpa dasar, melainkan agar gembala umat penerus Rasul Petrus di tanah Papua dapat lebih memahami kondisi kemasyarakatan dan situasi keagamaan umat di belahan paling timur Indonesia itu.
“Uskup putra asli Papua itu tentu paham bagaimana menggembalakan umat Allah di Papua dengan aneka bahasa dan budayanya. Saya percaya, melalui bimbingan Roh Kudus, melalui uskup orang asli Papua Gereja Katolik di tanah Melanesia ini lebih membumi dan berakar kuat di tengah dunia,” ujar Yakobus Dumupa.
Paus Fransiskus, yakin Dumupa, “gembala yang baik, penerus para rasul yang mewarisi kebijaksanaan Tuhan Yesus pasti memahami suara domba yang digembalakan, termasuk di Papua.”
“Masyarakat dan umat Katolik merindukan seorang uskup dari putra asli Papua untuk menggembalakan umat Tuhan di tanah leluhurnya,” lanjut Dumupa yang pernah menjadi putra altar di Gereja Santa Maria Imaculata Mowanemani, Dogiyai, Keuskupan Timika.
Menurut Dumupa, imam-imam asli Papua memiliki semangat pengorbanan laiknya imam bukan putra asli Papua yang diangkat menjadi uskup selama ini, serta memiliki semangat pengabdian sebagaimana Yesus yang mati di salib demi umat yang dicintai-Nya. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)