JAKARTA, ODIYAIWUU.com — Pemerintah dan masyarakat di seluruh wilayah tanah Papua khususnya umat Katolik di berbagai keuskupan se-Regio Papua yaitu Keuskupan Agung Merauke, Keuskupan Jayapura, Manokwari-Sorong, Agats-Asmat, dan Timika, disuguhkan kabar syukur dan menggembirakan.
Tak lama lagi, Universitas Katolik (Unika) di Papua segera berdiri di Jayapura, untuk terlibat bersama pemerintah dan gereja Katolik mencetak sumber daya manusia (SDM) lokal yang unggul dan berkarakter untuk ikut mendukung pemerintah dan masyarakat memajukan daerah.
“Hingga saat ini persiapan pendirian Unika sudah pada tahap memasukkan, upload dokumen pada portal Siaga Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan Republik Indonesia,” ujar Ketua Tim Pendirian Kampus Unika Dr Petrus Bahtiar melalui keterangan tertulis yang diterima Odiyaiwuu.com di Jakarta, Selasa (25/7).
Petrus mengatakan, surat ijin operasional sudah diterima pihak Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah XII dan kini tinggal menunggu jawaban dari Kepala LLDIKTI. “Kita berharap ijinnya secepatnya keluar, dalam waktu dua minggu mendapat kunjungan lapangan langsung ke kampus. Kami sudah upload dokumennya minggu lalu setelah konsultasi dengan LLDIKTI,” kata Petrus.
Menurut Petrus, untuk tahap awal, Unika akan membuka empat program studi (prodi) yaitu Prodi Teknik Sipil, Arsitektur, Farmasi, dan Akuntansi. Sedangkan prodi yang sudah ada saat ini yaitu Filsataf Teologi pada Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Fajar Timur, Abepura. Karena itu, keberadaan lima prodi tersebut menjadi salah satu syarat mendirikan sebuah Unika di Papua.
Petrus juga memohon doa seluruh masyarakat Papua agar ijin operasional Unika terbit sebelum Agustus 2023, sehingga bisa dilanjutkan dengan penerimaan mahasiswa baru angkatan pertama. Namun, bila ijin terbit setelah Agustus, penerimaan mahasiswa angkatan pertama baru akan dilaksanakan tahun akademik 2024.
“Unika ini belum membuka prodi Guru Agama karena saat ini sudah ada Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik, STPK, Jayapura. Sedangkan untuk sementara kegiatan perkuliahan menggunakan kompleks SMA Taruna Bakti di Waena sembari pihak pendiri menyiapkan fasilitas sendiri. Saat ini, Keuskupan Jayapura sudah menyiapkan lahan yang cukup memadai untuk membangun gedung kampus Unika,” jelas Petrus.
Sedangkan target jumlah mahasiswa baru setiap prodi minimal 50 orang. Meski demikian, Petrus mengaku pihaknya tidak bisa membatasi minat calon mahasiswa yang hendak mendaftar, mengingat empat prodi yang dibuka sangat diminati masyarakat.
Apalagi Unika dalam pengembangan pendidikan nanti lebih memperhatikan kualitas, bukan berorientasi bisnis. Hal ini penting mengingat salah satu ciri pendidikan Katolik yaitu pengembangan karakter dan kedisiplinan. Ini menjadi role model, pembeda dengan perguruan tinggi lain.
Untuk kesiapan tenaga dosen menjadi bagian penting dalam kelengkapan dokumen yang dikirim ke Kementerian Pendidikan dan Riset. Syarat minimal setiap prodi yaitu lima dosen dan persyaratan itu sudah terpenuhi.
Mayoritas tenaga pengajar berada di Jayapura. Dalam rencana akan didatangkan juga dari luar Papua dengan harapan suatu saat mereka menjadi dosen tetap yang mengabdi dan berkarya di Jayapura.
“Semua tenaga dosen akan dikontrak Yayasan STTK di bawah pengawasan keuskupan se-Regio Papua yaitu Keuskupan Agung Merauke, Keuskupan Jayapura, Manokwari-Sorong, Agats-Asmat, dan Timika dan dua ordo yakni Ordo Fratrum Minorum (OFM) dan Ordo Fratrum Sancti Augustini (OSA).
Dewan Penasehat Pendirian Unika drg Aloysius Giay, M.Kes mengemukakan, wacana mendirikan Unika di Papua merupakan buah doa dan pergumulan panjang seluruh komponen masyarakat, tokoh gereja, intelektual terutama umat Katolik di tanah Papua sejak tahun 1980.
“Niat mendirikan Unika di Papua menjadi salah satu poin pembahasan dalam Sinode Keuskupan Jayapura tahun 2016. Menindaklanjuti keputusan sinode, beberapa tokoh Katolik di bawah ketua tim, Pak Petrus Bahtiar mulai bekerja dan mendapat dukungan penuh Uskup Dioses Jayapura, Yang Mulia Monsinyur Yan You,” kata Alo Giyai.
Menurut Alo, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura, kehadiran kampus ini juga mendapat respon positif Pelaksana Harian Gubernur Papua Dr Muhammad Ridwan Rumasukun SE, MM sejak Maret 2023 lalu.
“Uskup Dioses Jayapura, Monsinyur Yan You memerintahkan kami agar segera mempercepat proses pendirian Unika di Papua. Sebagai umat, perintah Monsinyur segera kami lanjutkan karena ini misi mulia. Kami semua juga satu tekad untuk segera mewujudkan Unika yang nantinya harus berkualitas,” kata Alo.
Alo menjelaskan, saat ini nama kampus sedang dibahas. Ada dua nama yang diusulkan yakni Unika Fajar Timur atau Unika Atmajaya Papua. Usulan nama Unika Atmajaya sesuai nama besar kampus Atmajaya yang sudah terkenal. Sehingga dari sisi marketing, tidak susah. Namun ada beberapa tokoh mengusulkan Unika Fajar Timur dengan alasan salah satu fakultasnya sudah ada.
Soal sosialisasi keberadaan Unika ini sudah dilakukan pertemuan dengan lima Uskup se-Regio Papua pada 7 Juni lalu di Jayapura. Dalam rapat itu ada penandatanganan kesepakatan mendukung berdirinya Unika di Papua.
Kesepakatan itu terkait empat fakultas menjadi milik Keuskupan Jayapura. Sedangkan Fakultas Filsafat dan Teologi menjadi tanggung jawab bersama lima keuskupan.
Alo, mantan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, menjelaskan pada Sabtu lalu tercapai kesepakatan bersama Penjabat Bupati Triwarno Purnomo, S.STP, M.Si dengan seluruh tokoh umat Katolik. Bahwa kampus Unika Papua mulai berdiri tahun ini dan dalam rencana akan segera dilakukan peluncuran, launching penerimaan mahasiswa baru.
Namun karena ada berbagai pertimbangan lain agar semua beres baru diluncurkan agar tidak terkesan tergesa-gesa. Untuk sementara, tempat kuliah menggunakan fasilitas SMA Taruna Papua. Setelah berjalan baru dibangun kampus di tempat yang strategis di lahan milik Keuskupan Jayapura.
“Kerja sama dengan pihak SMA Taruna Waena dan SPKP sudah dilakukan. Keduanya milik Keuskupan Jayapura,” kata Alo, birokrat senior asal Papua Tengah.
Visi Unika adalah menjadi episentrum pendidikan global berbasis kearifan lokal di Indonesia timur melalui spirit intelektual populis dan spritual ekologis. Sedangkan misinya sebagai berikut.
Pertama, menjadi titik pusat pendidikan di Indonesia Timur dalam memproduksi manusia yang literat untuk mengabdikan segenap pengetahuan dan kemampuannya melalui dharma pendidikan dan pengajaran.
Kedua, menjadi wahana penelitian yang konsisten dalam membangun kesadaran akademis untuk terus memosisikan alam dan manusia sebagai rekan sekerja dalam mencapai kebaikan bersama.
Ketiga, memproduksi kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam spirit keberpihakan dan pemberdayaan warisan dan potensi lokal alam dan masyarakat. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)