ENDE, ODIYAIWUU.com — Uskup Keuskupan Agung Ende Mgr Dr Paulus Budi Kleden, Sabtu (15/3), mendapat kunjungan sejumlah tamu dan utusan dari berbagai instansi seperti Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI, PLN, pemerintah, dan pihak perusahaan di Istana Keuskupan Ndona, Kelurahan Onelako, Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Menurut Uskup Budi Kleden, Keuskupan Agung Ende mendapat kunjungan utusan dari Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia serta Kantor Pusat Divisi Manajemen Panas Bumi PT PLN Persero.
Kemudian, Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara dan Unit Pelaksana Proyek Nusra 2 PT PLN, PT Daya Mas Nage Geothermal, PT Sokoria Geothermal Indonesia, Pemerintah Daerah Kabupaten Ngada, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Ende.
“Tujuan kunjungan ini adalah beraudiensi dengan Bapa Uskup Agung Ende Mgr Paulus Budi Kleden. Kehadiran mereka diterima oleh Bapa Uskup dan Kuria Keuskupan Agung Ende serta beberapa imam dari komisi terkait. Audiensi berlangsung selama kurang lebih satu jam dari pukul 10.00 hingga 11.00 WITA,” ujar Uskup Budi Kleden melalui keterangan tertulis Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Agung Ende RD Frederikus Dhedhu, Lic. Th kepada Odiyaiwuu.com dari Ende, Flores, NTT, Minggu (16/3).
Menurut Uskup Budi Kleden, dalam audiensi tersebut para pihak saling memperkenalkan diri. Selanjutnya Sahat Simangunsong dan Yasir, utusan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (ESDM EBTKE) dan Perusahaan Listrik Negara (PLN), menyampaikan tujuan audiensi.
Pertama, tujuan audiensi merespons concern Uskup Agung Ende terhadap program-program pemerintah secara khusus di wilayah Flores yang berhubungan dengan proyek pembangunan geothermal.
Kemudian, memaparkan kondisi dan sistem kelistrikan di pulau Flores dari sejumlah pembangkit tenaga listrik yang ada serta mengharapkan adanya diskusi lanjut dari para pihak.
“Setelah mendengarkan maksud audiensi tersebut, Bapa Uskup Agung Ende menyampaikan beberapa poin tanggapan sekaligus menjadi penegasan atas pernyataan sikap resmi Gereja Keuskupan Agung Ende,” kata Frederikus Dhedhu.
Pertama, Keuskupan Agung Ende memiliki mekanisme tersendiri dalam mengambil keputusan di Keuskupan ini. Oleh karena itu Bapa Uskup bersama Kuria Keuskupan Agung Ende dan komisi-komisi terkait akan membicarakan hal-hal yang disampaikan dalam audiensi tersebut melalui rapat tersendiri.
Kedua, sikap Gereja Keuskupan Agung Ende adalah sebagaimana yang sudah disampaikan pada tanggal 6 Januari 2025 kemudian ditegaskan kembali melalui Surat Gembala Tahun Yubileum 2025 dan Surat Gembala Prapaskah 2025.
“Penolakan terhadap proyek pembangunan geothermal lahir dari keprihatinan akan konteks yang meliputi keuskupan yakni wilayah Keuskupan Agung Ende terdiri dari gunung dan bukit serta menyisakan lahan yang terbatas untuk pemukiman dan pertanian warga,” ujar Pastor Frederikus Dhedhu.
Dari aspek mata pencaharian, hampir delapan puluh persen umat Keuskupan Agung Ende adalah petani. Usaha pertanian di wilayah Keuskupan Agung Ende sangat tergantung pada curah hujan sebab sumber air (permukaan) tanah tidak banyak. Pemanfaatan sumber daya air yang tidak tepat dapat berujung pada kerusakan dan kelangkaan air serta berpotensi besar menimbulkan masalah sosial di tengah umat.
“Dari aspek budaya, pertanian membentuk kebudayaan dan tradisi umat di wilayah Keuskupan Agung Ende yang terungkap antara lain melalui struktur sosial dan ritus-ritus tradisional. Demikian pernyataan sikap Gereja Keuskupan Agung Ende agar diketahui oleh para imam, biarawan-biarawati dan segenap umat Allah yang terkasih,” kata ujar Pastor Frederikus Dhedhu lebih lanjut. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)