Oleh Willem Bobi
Mahasiswa Jurusan Ilmu Fisika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Solo
NETIZEN memiliki ungkapan-ungkapan kehidupan sehari-hari, termasuk ungkapan tentang waktu. Apa itu ‘waktu’ menurut manusia dalam kehidupan sehari-hari?
Ada dua hal. Arti sebenarnya (ril) dan arti kiasan. Dalam tata Bahasa Indonesia, arti dan makna sebenarnya adalah sebagaimana kita mengartikan sesuatu sesuai pemahaman umumnya serta diketahui bersama.
Sebaliknya, arti kiasan memberi makna perumpamaan atau arti yang tidak sebenarnya untuk menjelaskan sesuatu yang sebenarnya agar dimengerti dan dipahami lebih baik oleh pendengar atau pembaca.
Demikian juga makna dan arti tentang ‘waktu’. Manusia mengartikan waktu sesuai kepentingan dan tujuan hidupnya, agar maksud ungkapan terwujud dalam kehidupannya.
Durasi
Beberapa kalimat bijak tentang waktu, beragam. Seperti ungkapan larangan: jangan ulur-ulur waktu. Seolah waktu dan aktivitas manusia terikat, saling bergantung satu sama lain. Namun di sisi lain waktu bersifat elastis.
Ungkapan lainnya lagi adalah ‘waktu ini berjalan terus’. Seolah ‘waktu’ dapat berjalan, mendapat gaya eksternal dan melakukan aktivitas sebagaimana materi atau benda yang dapat bergerak.
Sehingga ada ungkapan lain, ‘mengejar waktu’. Kejar waktu. Seorang siswa atau manusia dalam aktivitasnya harus melakukan aktivitas secepat mungkin, dalam durasi waktu, time lebih cepat atau durasi waktu tertentu.
Maka netizen menyebut ‘waktu terbatas’, seolah mendukung ungkapan ‘waktu (yang) berjalan’ namun dapat dibatasi. Dan agak aneh juga kalau ujian di kelas dibatasi oleh waktu. ‘Waktu sudah habis’, silahkan meletakkan kertas dan bolpoin anda di meja.
Definisi waktu nyaris rancu. Dan masih ada ungkapan sehari-hari lainnya. Namun pengalaman berbagai ungkapan ini menjelaskan waktu sebagai durasi. Durasi adalah adalah bagian dari waktu yang sebenarnya. Ungkapan tentang waktu berbeda dengan para ahli Fisika.
Menurut ahli fisika klasik Sir Isaac Newton, waktu adalah mutlak, dapat diukur secara obyektif. Sehingga wajar diukur arloji, jam dinding, jam tangan serta stopwatch dapat mengukur durasi waktu.
Begitupun juga dengan identitas satuan menit, bulan dan tahunan, kemudian periode serta masa (time) merupakan partisi waktu. Namun bagaimana dengan kalender?
Ada beragam kalender, dirangkum wikipedia disebut tanggalan. Sistem penyusunan waktu yang membagi periode waktu ke dalam bentuk tanggal, merujuk pada suatu hari spesifik dengan bilangan hari, nama bulan dan tahun. Kalender sebagai identitas peristiwa.
Lisa Randall, ahli fisika partikel berpendapat bahwa waktu adalah dimensi yang membantu kita mengatur peristiwa, tetapi tidak mendasar. Senada Lisa, Neil deGrasse Tyson, ahli astrofisika berpendapat, waktu sebagai alat memahami kosmos.
Nell mendefinisikan waktu adalah persepsi manusia, dipengaruhi oleh pengalaman kita dan evolusi alam semesta. Kemudian kosmolog di abad ini, Stephen Hawking mengidentifikasi waktu dimulai dari teori big bang dan terkait dengan perkembangan alam semesta. Tentunya berbeda ahli, berbeda pula definisi ‘waktu’.
Pencetus teori relativitas, Albert Einstein mengemukakan waktu adalah relatif. Tergantung pada kerangka acuan pemerhati. Namun, besaran waktu terikat dengan besaran ruang. Namanya ruang dan waktu. Sehingga penjabaran definisi mengenai waktu dapat dikonstruksi.
Waktu sebagai alat konstruksi peristiwa manusia oleh Richard Feynman, ahli mekanika kuantum berpendapat, waktu sebagai alat untuk menggambarkan urutan peristiwa, secara relatif dan bergantung pada konteks.
Teori fisika kuantum telah berkembang. Carlo Rovelli, ahli gravitasi kuantum, misalnya. Waktu adalah konsep relasi, berasal dari interaksi sistem melalui perubahan dan evolusi.
Waktu dapat diartikan, memiliki arti dan makna bila fenomena alam dan peristiwa apapun dijelaskan terhadap (identitas) waktu.