Oleh Helga Maria Udam
(Warga Asli Papua, tinggal di Lembah Grime, Jayapura, Papua)
PAPUA, dengan kekayaan seni dan budaya yang luar biasa, telah melahirkan banyak penyanyi berbakat. Dalam berbagai momen perayaan dan acara penting, kehadiran mereka kerap menjadi daya tarik tersendiri yang mampu menyentuh hati dan memberi makna lebih mendalam bagi hadirin. Lagu-lagu yang mereka bawakan sering kali mencerminkan emosi dan keindahan alam serta kehidupan di tanah Papua. Namun, di balik semua itu, ada fenomena yang perlu menjadi perhatian bersama terkait kesesuaian lagu dengan tema acara.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam beberapa acara tertentu, seperti ibadah atau kegiatan kerohanian, terkadang terjadi ketidaksesuaian dalam pemilihan lagu. Beberapa penyanyi, baik atas permintaan peserta acara maupun atas inisiatif pribadi, membawakan lagu-lagu non-rohani yang kurang relevan dengan suasana acara. Hal ini, meskipun dimaksudkan untuk menyenangkan hadirin, justru dapat mengganggu kekhidmatan dan mengurangi makna spiritual yang seharusnya menjadi inti dari acara tersebut.
Fenomena ini memicu beragam reaksi. Ada yang menganggap bahwa variasi dalam lagu adalah bagian dari kreativitas dan ekspresi seni, sementara yang lain merasa bahwa hal ini mencederai esensi acara. Dalam konteks acara ibadah, misalnya, kehadiran lagu non-rohani bisa dianggap sebagai penyimpangan dari tujuan utama untuk menghadirkan suasana yang sakral dan penuh penghormatan. Tidak jarang, hal ini memunculkan perdebatan di antara peserta, di mana sebagian menginginkan suasana yang lebih fleksibel, sementara yang lainnya berharap agar acara tetap berfokus pada nilai-nilai kerohanian.
Sebagai seni yang sarat dengan ekspresi, musik memiliki kemampuan untuk membawa suasana hati dan pesan tertentu. Oleh karena itu, penting bagi para seniman untuk memahami bahwa setiap jenis musik memiliki konteks dan tujuan penggunaannya. Lagu rohani, misalnya, dirancang untuk membangun suasana reflektif dan khusyuk, sedangkan lagu hiburan lebih cocok dalam acara perayaan atau pesta. Ketidaksesuaian dalam pemilihan lagu tidak hanya berisiko merusak suasana, tetapi juga dapat mengurangi penghormatan terhadap acara itu sendiri.
Oleh karena itu, diperlukan sikap cerdas dan bijaksana dari semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan acara. Para penyanyi perlu memahami bahwa setiap acara memiliki tema dan pesan khusus yang perlu dihormati. Sebelum membawakan lagu, sebaiknya mereka berdiskusi terlebih dahulu dengan penyelenggara acara untuk memastikan bahwa pilihan lagu yang akan dinyanyikan sesuai dengan tujuan acara tersebut. Penyanyi juga diharapkan mampu menolak dengan santun jika ada permintaan dari peserta yang tidak sejalan dengan tema acara. Selain itu, penting bagi para penyanyi untuk memperluas wawasan mereka tentang berbagai jenis lagu agar mereka dapat lebih fleksibel dan tepat dalam menyesuaikan diri dengan situasi acara.
Di sisi lain, penyelenggara acara juga memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan arahan yang jelas kepada para seniman. Mereka perlu menegaskan konsep acara sejak awal dan menyusun daftar lagu yang dapat menjadi panduan bagi penyanyi. Komunikasi yang baik antara penyelenggara dan penyanyi sangat penting agar acara dapat berjalan dengan lancar dan tetap sesuai dengan harapan semua pihak. Penyelenggara juga bisa mempertimbangkan sesi latihan atau gladi bersih sebelum acara berlangsung, untuk memastikan bahwa semua elemen acara, termasuk musik, sudah terkoordinasi dengan baik.
Sebagai langkah preventif, edukasi tentang pentingnya menjaga kesesuaian tema acara bisa menjadi salah satu solusi jangka panjang. Komunitas seni di Papua dapat mengadakan workshop atau diskusi yang melibatkan penyanyi, penyelenggara, dan tokoh masyarakat untuk membahas pentingnya harmoni antara seni dan makna acara. Dengan demikian, para seniman akan lebih memahami peran strategis mereka dalam menciptakan pengalaman yang berkesan bagi peserta acara.
Pada akhirnya, harmoni dalam sebuah acara tidak hanya tercipta dari kehadiran seniman berbakat, tetapi juga dari keselarasan antara seni, tema, dan makna yang ingin disampaikan. Dengan memahami dan menghormati esensi setiap acara, penyanyi dan penyelenggara dapat bersama-sama menciptakan pengalaman yang berkesan dan penuh makna bagi seluruh peserta. Langkah ini bukan sekadar menjaga kesopanan, tetapi juga menunjukkan penghormatan terhadap budaya dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam setiap acara di Papua.
Agar fenomena ketidaksesuaian dalam pemilihan lagu dapat diminimalisir di masa mendatang, beberapa langkah strategis perlu diterapkan. Pertama, penyelenggara acara diharapkan lebih proaktif dalam memberikan panduan tertulis atau pengarahan langsung terkait tema dan jenis lagu yang sesuai. Dengan demikian, penyanyi memiliki acuan yang jelas dan dapat mempersiapkan diri dengan baik.
Kedua, perlu adanya pembinaan dan pelatihan bagi penyanyi lokal yang melibatkan aspek pemahaman konteks acara. Ini bisa dilakukan melalui program pelatihan seni yang terintegrasi dengan nilai-nilai budaya dan spiritual setempat. Para penyanyi dapat dilatih untuk lebih peka terhadap kebutuhan acara, sehingga mereka mampu menghadirkan penampilan yang sesuai namun tetap kreatif.
Ketiga, komunikasi yang lebih intens antara penyelenggara, penyanyi, dan pihak terkait perlu diperkuat. Gladi resik bersama seluruh pihak yang terlibat dalam acara dapat membantu mengidentifikasi potensi masalah sebelum acara berlangsung. Hal ini juga memberikan kesempatan untuk menyepakati solusi terbaik terkait pilihan musik.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan acara-acara di Papua dapat semakin terstruktur, berkesan, dan menghormati nilai-nilai luhur yang ada. Seni musik dapat terus menjadi sarana ekspresi yang memperkaya acara, tanpa mengesampingkan makna dan tujuan utama dari setiap perhelatan yang diselenggarakan.