Mahasiswa dan Pelajar Tolak Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan

Mahasiswa dan Pelajar Tolak Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Tolikara, Papua Pegunungan

  Para mahasiswa dan pelajar asal Tolikara yang terhimpun dalam HMPT Kota Studi Jayapura saat menggelar jumpa pers di Jalan Yoka-Waena, Asrama Tolikara, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua, Selasa (12/11). Mereka menolak FKUB Tolikara dibubarkan karena di kabupaten itu hanya ada GIDI dan tidak ada agama lain. Foto: Istimewa

Loading

JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Para mahasiswa dan pelajar yang terhimpun dalam wadah Himpunan Mahasiswa dan Pelajar Tolikara (HMPT) Kota Studi Jayapura, Selasa (12/11) menyatakan menolak Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan.

“Keberadaan FKUB Kabupaten Tolikara membuat kami kaget. Di Tolikara tidak ada agama lain selain Gereja Injili di Indonesia atau GIDI,” ujar Ketua HMPT Kota Studi Jayapura Misoi Wanimbo usai jumpa pers di Jalan Yoka-Waena, Asrama Tolikara, Distrik Heram, Kota Jayapura sebagaimana keterangan tertulis yang diterima Odiyaiwuu.com dari Jayapura, Papua, Rabu (13/11).

Wanimbo mengatakan, GIDI di Wilayah Toli adalah Yerusalem dan tidak ada agama lain seperti Islam, Hindu, Budha, Katolik, dan Konghucu di Tolikara. Karena itu, selaku generasi penerus GIDI menolak tegas FKUB Tolikara. Kerja forum ini di kalangan masyarakat dalam menangani aspirasi umat beragama sangat tidak jelas dan keberadaan akan memberikan peluang untuk berdampak buruk.

Wanimbo menjelaskan, kehadiran FKUB Kabupaten Tolikara mengagetkan para mahasiswa dan pelajar. Pasalnya, Tolikara merupakan tanah Injil, tidak ada agama lain kecuali GIDI. Peran Keberadaan FKUB sangat jelas di suatu daerah apabila ada berbagai agama sehingga forum tersebut layak keberadaannya.

“FKUB itu fungsi kerjanya sangat jelas. Apabila di suatu daerah ada banyak agama, maka kehadiran jelas dan layak. Forum itu cocok ada Kabupaten Jayawijaya, Keerom, dan Jayapura serta Kota Jayapura. Ini beralasan karena daerah-daerah tersebut banyak agama. Kami minta Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Tolikara tidak boleh mendaftarkan FKUB sebagai forum resmi di Kabupaten Tolikara,” ujarnya.

Wanimbo menambahkan, FKUB cocok hadir di kabupaten atau kota tersebut di atas karena daerah-daerah tersebut memiliki banyak warga yang berprofesi sebagai petani dari latar belakang agama berbeda.

“Salah satu fungsi FKUB yaitu membangun dan menjaga kebersamaan antar umat beragama. Namun, dalam praktek umat agama tertentu di sejumlah daerah seperti Pulau Jawa dan Sumatera serta daerah-daerah lain saat melakukan ibadah malah diusir oknum-oknum tertentu. Kami minta Ketua FKUB Papua Pegunungan segera membatalkan FKUB Kabupaten Tolikara,” ujarnya.

Pihaknya meminta Ketua FKUB Papua Pegunungan segera membatalkan FKUB Tolikara. Selain itu, berharap Ketua GIDI Wilayah Toli selaku Ketua FKUB Tolikara segera mengundurkan diri dari jabatannya berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga GIDI.

“Syarat-syarat umum ketua wilayah tidak terlibat dalam jabatan struktural politik dan lembaga swasta. Kami menolak kehadiran FKUB berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri yang diterima Pemda Tolikara. Kami juga meminta klarifikasi Pimpinan GIDI Wilayah Toli apa tujuan dan alasan membentuk FKUB Tolikara. Jika tidak memberi klarifikasi kami akan mobilisasi massa besar-besaran melakukan aksi di Tolikara,” ujar Wanimbo.

Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 01/BER/MDM-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintah Dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama. Dasar SKB itu akhirnya terbentuk FKUB Tolikara.

Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi (STT) GIDI Makai Wenda mengatakan, pihaknya hadir bersama sejumlah mahasiswa guna menolak FKUB Tolikara. Pasalnya, sejak 12 Februari 1963 GIDI lahir di Karubaga, tidak ada agama lain selain GIDI.

“60 tahun lalu para orangtua diselamatkan melalui kekuatan Injil yang diwartakan para misionaris. GIDI Wilayah Toli diselamatkan bukan karena kehadiran FKUB. Kami mahasiswa STT GIDI sebagai garda depan GIDI menolak kehadiran FKUB Tolikara,” ujar Makai Wenda.

Sedangkan perwakilan pemuda GIDI Moses Weya mengatakan, pihaknya bersama mahasiswa di beberapa kota studi menolak FKUB Tolikara. Pasalnya dengan kehadiran FKUB di Tolikara, akan banyak agama lain datang di wilayah Tolikara.

“Kami seluruh mahasiswa di beberapa kota studi menolak FKUB Tolikara karena akan membuka ruang agama lain masuk di Kabupaten Tolikara,” ujar Moses Weya.

Ketua GIDI Wilayah Toli Pendeta Marthen Jingga, S.Th, MA mengaku, pada 11 Desember 2018 usai terpilih sebagai Ketua GIDI Wilayah Toli ia dipanggil oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tolikara dan langsung dilantik sebagai Ketua FKUB Tolikara di kantor tersebut.

“Dari tahun 2018 sampai hari ini (2024), saya dianggap sebagai Ketua FKUB Kabupaten Tolikara dan Ketua GIDI Wilayah Toli. Dua-dua jabatan ini saya pegang (emban). Baru pada Konferensi GIDI di Sentani, telah diputuskan bahwa FKUB di wilayah GIDI dihapus (dihilangkan). Kalau hasil keputusan itu keluar, maka secara langsung saya berhenti sebagai Ketua FKUB Tolikara. Itu merupakan keputusan tertinggi,” ujar Marthen dalam voice record yang beredar, Selasa (12/11).

Marthen mengaku, sebagai Ketua GIDI Wilayah Toli ia menghargai keputusan itu dan keputusan tersebut keluar lalu tersebar ke seluruh wilayah GIDI maka FKUB Tolikara akan bubar. Jadi, ia mengaku ditunjuk pihak Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tolikara sebagai Ketua FKUB setempat. 

“Pemerintah Kabupaten Tolikara menilai saya memiliki sifat kebapakan dan layak diangkat sebagai Ketua FKUB Tolikara maka pihak pemda memanggil saya lalu dilantik. Jadi selama ini, memang betul saya Ketua FKUB Tolikara dan juga Ketua GIDI Wilayah Toli,” kata Marthen. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :