Oleh Peranus Taplo, SS, MM
Dosen Universitas Okmin Papua; Alumnus S2 Studi Pembangunan UKSW Salatiga
SUMBER daya manusia (SDM) menjadi salah satu aspek yang menjadi sentra perhatian pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota di tanah Papua. Persoalan SDM menjadi salah satu tema sentral diskusi berbagai kalangan yang concern terkait upaya dan kerja keras memajukan tanah Papua yang dipandang masih terseok-seok di berbagai sektor.
Barangkali alasan itulah langkah cerdas dan brilian ditempuh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan menghadirkan Universitas Okmin Papua (selanjutnya UOP). Bahkan tak sekadar langkah cerdas namun lebih dari itu sebuah aksi radikal menyemai kemudian memetik SDM hasil dari keringat sendiri melalui universitas tersebut.
Universitas swasta yang terletak di Oksibil, kota Kabupaten Pegunungan Bintang, resmi berdiri bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2021. Sebuah momentum bersejarah bagi pemerintah daerah, masyarakat, dan berbagai pihak atau stakeholder. Bahkan pemerintah pusat khususnya Kementerian Ristekdikti Republik Indonesia.
Aneka pertanyaan tentu berkelebat. Apa alasan di balik berdirinya universitas swasta itu bagi sebuah kebupaten sekelas Pegunungan Bintang yang masih berbenah sana sini dengan aneka persoalan yang urgen di-handle pemerintah daerah?
Pertanyaan lanjutan bisa saja muncul. Seberapa siap pemerintah daerah dan pengelola, terutama biaya operasional, tenaga dosen, akses terhadap sumber baca mahasiswa memudahkan mereka kuliah hingga merampungkan studinya? Apa yang muncul dalam benak Spei Yan Bidana, Bupati Pegunungan Bintang dan Yayasan Pendidikan Okmin Papua selaku pendiri? Itulah sederat pertanyaan lain yang bersarang dalam benak.
Ibarat oase
Kehadiran UOP tentu menjadi kebanggaan bukan hanya masyarakat Pegunungan Bintang, sebuah kabupaten eksotik di tapal batas Indonesia dengan negara tetangga Papua Nugini. Ia (UOP) dipastikan lahir dari doa, niat, dan refleksi mendalam seorang Spei Bidana, pemimpin lokal dan tokoh pemerintahan, yang lahir dari rahim tanah itu dengan kekayaan alam melimpah namun minus SDM memadai.
Dalam bahasa lebih jauh, paling kurang ada sejumlah catatan penulis di balik kehadiran UOP di tengah kemajuan teknologi yang kian mengglobal. Pertama, Bupati Kabupaten Pegunungan Spei Yan Bidana jauh-jauh hari telah memikirkan arti dan esensi pendidikan bagi generasi muda.
Kedua, UOP hadir ibarat oase, mata air yang menyejukkan menghadapi persaingan global yang tetap menempatkan SDM berkualitas sebagai garansinya. Bupati Spei tak rela peluang yang membentang di depan mata putera-puteri Pegunungan Bintang dan tanah Papua lainnya dibiarkan berlalu begitu saja tanpa melewati pendidikan tinggi.
Ketiga, UOP adalah pintu emas yang harus dibuka dan diakrabi menggandakan kemampuan dan talenta dasar yang sudah dianugerahkan Tuhan. Jalur formal pendidikan melalui UOP adalah satu-satunya di Pegunungan Bintang. Kehadiran UOP juga ibarat kebun dengan tanah subur tempat menyemai benih-benih unggul demi kehidupan yang lebih sejahtera.
Keempat, pendidikan merupakan investasi masa depan Pegunungan Bintang dan Papua Pegunungan umumnya. Pendidikan di manapun di bawah kolong langit memegang peran strategis meminimalisir bahkan menanggulangi kebodohan dan kemiskinan. Kualitas SDM sebuah daerah bahkan negara berpijak pula pada kualitas pendidikan berkualitas yang dimulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
Peringatan Jokowi
Ihwal pentingnya kualitas SDM di tanah Papua jauh-jauh hari sudah diingatkan Presiden Joko Widodo dalam sejumlah lawatan resminya di bumi Cenderawasih. Baik gubernur maupun bupati dan walikota di tanah Papua selalu disentil Jokowi terkait kesiapan SDM lokal menjadi taruhan dalam mendinamisasi berbagai program pemerintah.
Presiden Jokowi mengingatkan masyarakat terkait pentingnya SDM yang berkualitas agar mampu memenangkan kompetisi di tataran global. Persaingan 20, 30, 40 tahun akan datang semakin berat dan sengit sehingga anak-anak kita harus disiapkan agar sehat, pintar, cerdas, dan mampu bersaing.
“Untuk menciptakan SDM yang berkualitas, pemerintah berupaya memberikan bantuan kepada masyarakat berupa Kartu Indonesia Pintar, Pemberian Makanan Tambahan (PMT), Program Keluarga Harapan, dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk menyokong kesejahteraan warga,” kata Jokowi usai menyaksikan penyerahan kartu bantuan sosial dan PMT di Distrik Muara Tami, Kota Jayapura (industry.co.id, 9/5 2017).
Mengapa perihal pendidikan, termasuk mendirikan UOP, misalnya, dalam rangka mencetak SDM berkualitas dan berdaya saing begitu penting digaungkan, itu tak lain adalah cara efektif semua pihak bergandengan tangan memajukan rakyat yang bermukim di tapal batas negeri seperti Pegunungan Bintang.
Jokowi tentu memiliki visi besar di bidang pendidikan bagi anak bangsa yang tinggal baik di kota hingga berbagai pelosok terluar Indonesia lainnya seperti Pegunungan Bintang.
Begitu pula Bupati Spei Yan Bidana yang dalam senyap meniatkan dan merancang kehadiran UOP sebagai bentuk tanggung jawab ikut membantu pemerintah pusat mencerdaskan anak-anaknya di kabupaten itu meski dengan kondisi serba terbatas.
Mengapa kualitas SDM pendidikan bagi anak-anak Indonesia di Pegunungan Bintang mesti dimulai dan dirintis di ‘dalam rumah’ sendiri oleh seorang Yan Bidana, itu tak lain menegaskan bahwa kuasa formal di genggaman mesti berkiblat dan bermanfaat bagi generasi emas putera-puteri dari daerah sebagai persembahan bagi bangsa dan negara di masa akan datang.
Publik tahu, Universitas Okmin Papua berdiri melalui izin operasional Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 344/E/O/2021 tentang Izin Pendirian Universitas Okmin Papua di Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua yang diselenggarakan Yayasan Pendidikan Okmin Papua.
Bupati Yan Bidana juga sudah menyediakan lahan seluas 110 hektar untuk membangun kampus terpadu. Presiden Joko Widodo juga berkomitmen mengalokasikan anggaran senilai 2,1 triliun melalui Kantor Staf Presiden (KSP) guna merampungkan fisik bangunan kampus terpadu sebelum masa jabatan kedua berakhir.
Ini tentu sebuah cita-cita mulia Jokowi dan menjadi legasi bagi pemerintah dan masyarakat Pegunungan Bintang. Kehadiran UOP di Oksibil serta merta menegaskan makna pendidikan ala Ki Hajar Dewantara yaitu upaya memajukan bertumbuhnya pendidikan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran, serta tubuh anak (peserta didik).