JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Wali Kota Jayapura Abisai Rollo, SH, MH, Jumat (20/6), menyampaikan secara terbuka permohonan maaf kepada masyarakat Pegunungan menyusul pernyataannya yang heboh di media sosial (medsos) atau jagad maya di tengah masyarakat Kota Jayapura dan Papua umumnya.
Akhir atau ending kegaduhan atas statemennya tersebut, Abisai yang juga tokoh masyarakat meminta maaf kepada masyarakat Pegunungan dalam konferensi pers yang dihadiri anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) serta para tokoh masyarakat wilayah Lapago dan Meepago di sebuah hotel di bilangan Dok II, Kota Jayapura, Papua, Jumat (20/6).
Permohonan mohon maaf disampaikan Abisai mengingat kata-kata yang terlontar menyinggung perasaan masyarakat dari wilayah Pegunungan di Kota Jayapura. Meski kata-kata tersebut, tegas Abisai, sesungguhnya bukan ditujukan untuk semua warga Kota Jayapura asal Pegunungan.
“Tetapi, karena ini sudah terucap sehingga saya mohon maaf. Malam ini akhirnya kita sudah selesaikan, kita sudah tanda tangani pernyataan bahwa untuk ke depan kita semua, seluruh masyarakat kota Jayapura, mari kita semua menjaga kota Jayapura,” ujar Abisai dalam tayangan video yang diterima dari Jayapura, Papua, Jumat (20/6) malam.
Permohonan maaf disampaikan setelah sempat membuat gaduh karena dianggap menyinggung perasaan masyarakat pegunungan Papua. Tak hanya menyinggung secara personal maupun kelompok masyarakat Pegunungan tetapi ada sejumlah tokoh menanggapi statemen Abisai tidak produktif sebagai pejabat publik. Pernyataan yang dianggap ‘keseleo lidah’ publik, diucapkan Abisai saat Ekspos Program 100 Hari Kerja Wali Kota di Jayapura, Senin (16/6).
Saat menyampaikan klarifikasi dan permohonan maaf secara terbuka kepada masyarakat dari wilayah Pegunungan, khususnya yang berdomisili di Jayapura, kota Provinsi Papua, Wali Kota Abisai Rollo didampingi perwakilan tokoh masyarakat Pegunungan Papua Dr drg Aloysius Giyai, M.Kes serta sejumlah tua-tua adat lainnya.
Selain memohon maaf, Abisai juga mengajak masyarakat Kota Jayapura, termasuk dari wilayah Pegunungan dan wilayah lainnya untuk bergandengan tangan membangun dan menjaga keamanan Kota Jayapura seiring program kerja lima tahun ke depan.
Menurut Abisai, ia sungguh menyadari bahwa dalam membangun dan memajukan Port Numbay (Kota Jayapura), perlu dukungan masyarakat dan semua pihak, stakeholders sebagaimana motto Kota Jayapura: Satu Hati Membangun Kota Dalam kemuliaan Tuhan. Pernyataan yang menyinggu perasaan tersebut diakui menjadi pembelajaran baginya dalam menjalankan tugas pemerintahan.
“Saya mengajak semua kita dari berbagai suku, ras dan agama agar bersatu dan bersama-sama membangun kota yang kita cintai ini. Sekali lagi, saya mohon maaf kepada masyarakat gunung yang ada di Kota dan Kabupaten Jayapura, dan Kabupaten Keerom. Tuhan menyertai kita,” kata Abisai lebih lanjut.
Sedangkan, perwakilan masyarakat Pegunungan Papua di Kota Jayapura Alo Giyai menyambut permohonan maaf Wali Kota Abisai. Alo mengajak semua masyarakat Pegunungan di wilayah Papua agar menerima permohonan maaf Abisai sekaligus menyatakan masalah ini close.
“Bagi masyarakat pegunungan yang ada di Kota Jayapura dan sekitarnya, beliau sudah mohon maaf. Maka kita apresiasi. Wali Kota Jayapura adalah orang tua kami, bukan hari ini saja,” ujar Alo Giay, putra asli Papua.
Alo, dokter senior yang lama mendedikasikan diri di sejumlah wilayah di tanah Papua, juga mengajak masyarakat dan semua elemen tidak memperpanjang kasus ini. Pasalnya, sebelum mengemban tugas sebagai Wali Kota Jayapura, Abisai juga sudah dianggap sebagai bapak bagi masyarakat pegunungan Papua.
“Kami bersyukur karena malam ini ada damai, Kita sama-sama berikrar damai. Beliau telah mengakui ada kekhilafan, dan kata-kata salah ucap atau terpotong,” ujar Alo Giyai, Doktor Ilmu Pemerintahan lulusan Sekolah Pascasarjana Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jakarta.
Sedangkan tokoh masyarakat Papua Paskalis Kossay menambahkan, ucapan Wali Kota Abisai menjadi pelajaran bagi seluruh kepala daerah, baik gubernur bupati dan walikota seluruh tanah Papua agar ke depan tidak lagi ada dikotomi dalam pelayanan umum atas dasar latar suku, agama dan asal daerah.
“Manusia Papua hanya satu ras yaitu ras Melanesia walaupun berbeda-beda agama dan keyakinan. Karena itu bangun dan layani mereka semua sebagai orang asli pemilik negeri. Jangan membeda-bedakan, semua orang papua punya hak yang sama untuk mendapat pelayanan pemerintah daerah dimanapun mereka berada di seluruh tanah Papua. Satu Papua untuk satu kesatuan Papua,” ujar Paskalis Kossay dari Jayapura, Papua, Jumat (20/6) malam. (*)