ISTANBUL, ODIYAIWUU.com — Staf Dicastery for Interreligious Dialogue (DID) Takhta Suci Vatikan Pastor Dr Markus Solo Kewuta, SVD, Minggu (29/6) menulis sepenggal kisah unik dari Istanbul, Turki.
“Di samping Masjid Biru di Istanbul, ada mantan Gereja bernama Haggia Sophia (Kebijaksanaan Kudus). Haggia Sophia Gereja Byzantin sejak zaman Konstantinus yang bersejarah tinggi, milik umat Kristen zaman dulu di Turki, diambil oleh Kekuasaan Osmani pada abad pertengahan,” ujar Padre Marco melalui cuitannya di akun Facebook, PMarco svd pada Minggu, (29/6).
Setelah Kekuasaan Osmani, kata Padre Marco, lalu diteruskan oleh Atatürk yang mengubahnya menjadi museum. Kemudian, tahun 2020 Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengubah menjadi masjid. Masuk di sini ada aroma kekristenan.
“Cuma di atas bubungan atap ada minaret. Banyak fresko kristinai abad dulu dipaksa tutup dengan laburan tembok, kecuali fresko Bunda Maria yang memangku Putera-Nya Yesus. Cerita ambil-mengambil ini terus berulang. Semoga semua umat manusia semakin saling menghormati,” kata Padre Marco, imam SVD kelahiran kampung Lewouran, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, NTT, 4 Agustus 1968.
Menurut ahli Islam (Islamolog) yang mendalami studi Islamologi dan Arabistik di Dar Comboni, Kairo, Mesir tahun 2002-2003, pemandangan itu mengingatkannya pada Gereja Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga dan Masjid Istiqlal di Jakarta. “Dua-duanya berdiri berdampingan walaupun berbeda. Terima kasih Indonesia untuk contoh bagus ini. Salam damai dari Istanbul,” ujar Padre Marco.
Selain itu, Padre Marco juga mengaku mengagumkan bangunan Masjid Biru Istanbul. Di masjid ini, diakuinya, para Paus selalu berkunjung mengungkapkan rasa respek, persahabatan, dan persaudaraan dengan umat Islam di Turki.
“Dialog agama atas basis spiritualitas sangat penting, juga harus bersedia untuk mengambil jarak dari beban sejarah. Salam dari Istanbul,” kata Padre Marco, doktor Teologi Fundamental lulusan Universitas Leopold Franzens, Innsbruck, Austria tahun 2002. (*)