TEMBAGAPURA, ODIYAIWUU.com — Nasib tujuh pekerja PT Freeport Indonesia (PTFI) yang terjebak di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC), Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah masih misterius.
Hingga memasuki hari ke sembilan, Rabu (17/9) tim penyelamat belum berhasil mengevakuasi para pekerja korporasi tambang jumbo itu. Para pekerja itu terjebak di tambang bawah tanah GBC usai terjadi longsor material basah pada Senin (8/9) malam lalu.
“Fokus kami saat ini adalah terus berupaya menyelamatkan tujuh pekerja yang terdampak insiden aliran material basah di area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave,” ujar VP Corporate Communications PT Freeport Indonesia Katri Krisnati melalui keterangan tertulis yang diperoleh dari Tembagapura, Mimika, Papua Tengah, Rabu (17/9).
Menurut Katri Krisnati, tim penyelamat bekerja tanpa henti untuk membuka akses menuju lokasi keberadaan karyawan, meski terus menerus menghadapi tantangan besar dan risiko keselamatan tinggi.
“Kami mengajak seluruh pihak untuk mendoakan kelancaran operasi serta keselamatan tim yang bertugas di lapangan,” kata Katri Krisnati lebih lanjut.
Tim penyelamat bekerja tanpa henti membuka akses menuju lokasi pekerja, termasuk dengan membuat jalur baru. Upaya tersebut, lanjut Katri dilakukan bersama Inspektur Tambang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia dengan dukungan MIND ID, Freeport McMoRan, pemerintah daerah serta aparat kepolisian.
Media ini sebelumnya memberitakan, longsor menerjang raksasa tambang global PTFI menyusul curah hujan yang tinggi, Senin (8/9) sekitar pukul 22.00 WIT. Akibatnya, tujuh pekerja PTFI dilaporkan terjebak di area tambang bawah tanah (underground) di Distrik Tembagapura.
Kepala Kepolisian Sektor (Polsek) Tembagapura Iptu Firman membenarkan insiden longsor yang menerjang area underground PTFI, perusahaan tambang nasional yang berafiliasi dengan raksasa tambang dunia Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc yang berbasis di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat.
“Tujuh pekerja tambang masih terjebak di terowongan. Namun di dalam terowongan ada tempat berlindung (chamber), mudah-mudahan tidak ada kejadian luar biasa terhadap mereka,” ujar Firman di Timika, Mimika, Papua Tengah, Selasa (9/9).
Chamber adalah fasilitas darurat di tambang bawah tanah yang dilengkapi suplai udara bersih, logistik, dan sarana komunikasi untuk menjamin keselamatan pekerja saat terjadi situasi darurat seperti kebakaran, runtuhan atau paparan gas beracun.
Menurut Firman, hingga Selasa (9/9) siang tim gabungan masih berupaya melokalisir titik longsor sekaligus mengevakuasi tujuh pekerja tersebut.
“Kejadiannya pagi tadi. Saat ini tim masih bekerja di lokasi dengan harapan seluruh pekerja bisa segera diselamatkan,” kata Firman lebih lanjut. Pasca longsor, pihak korporasi terus melakukan upaya evakuasi.
Sementara itu, pihak PTFI memastikan tujuh karyawan yang sebelumnya dilaporkan dalam pencarian akibat insiden longsor di underground Grasberg Block Cave dalam kondisi aman.
Katri Krisnati mengatakan, longsor yang terjadi pada Senin (8/9) sekitar pukul 22.00 WIT dipicu oleh aliran material basah dalam jumlah besar di area tambang bawah tanah.
“Terdapat tujuh pekerja yang sempat terjebak. Setelah dilakukan pencarian, lokasi mereka berhasil diketahui dan dipastikan dalam kondisi aman. Seluruh pekerja lainnya juga dipastikan selamat,” ujar Katri melalui keterangan tertulis di Timika, Selasa (9/9).
Menurut Katri, insiden tersebut sempat menutup akses ke area tertentu sehingga membatasi jalur evakuasi untuk tujuh pekerja tersebut.
Saat ini tim PTFI tengah melakukan pembersihan akses agar evakuasi dapat berlangsung aman dan cepat serta memastikan kebutuhan para pekerja yang terdampak tetap terpenuhi.
“Operasi penambangan telah dihentikan sementara untuk memprioritaskan pembersihan jalur akses dan evakuasi aman bagi tujuh pekerja kontraktor tersebut,” kata Katri lebih lanjut.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas sebelumnya mengatakan, laba bersih PTFI diprediksi US$ 3,7 miliar sepanjang tahun 2025 atau turun sebesar 10,8 persen dibandingkan laba bersih sepanjang tahun 2024 yang senilai US$ 4,1 miliar.
Tony Wenas menambahkan, penurunan laba tahun 2025 disebabkan karena adanya penurunan produksi akibat kondisi kahar dalam insiden kebakaran di smelter Freeport di Manyar, Gresik, Jawa Timur pada 14 Oktober 2024.
“Laba bersih tahun lalu (2024) adalah US$ 4,1 miliar. Tahun ini dikira-kirakan US$ 3,7 miliar karena memang tadi angka produksinya mengalami penurunan karena kahar,” ujar Tony saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Senayan, Jakarta, Kamis (13/3).
Adapun, dari sisi penjualan, sepanjang tahun 2024 PTFI mencatatkan penjualan sebesar US$ 11,4 miliar atau sekitar Rp 170 triliun. Dengan target laba yang turun, pendapatan tahun ini juga diprediksi turun 1,8 persen senilai US$ 11,2 miliar. “Rencana (pendapatan) di 2025 masih akan sekitar US$ 11,2 miliar. Dan untuk 2026 US$ 10 miliar, kira-kira,” kata Tony.
Menurut Tony, penerima negara dari Operasional Freeport Indonesia sepanjang tahun 2024 adalah senilai US$ 4,7 miliar. “Itu kira-kira, sekitar Rp 85 triliun penerima negara,” ujar Tony.
Pendapatan ini, katanya, terbagi menjadi pendapatan US$ 1,5 miliar adalah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Kemudian, US$ 1,4 miliar adalah dividen yang dibayarkan ke Mind Id. Kemudian sebesar US$ 1,8 miliar yang berasal dari pajak-pajak lainnya.
“Angka-angka ini dengan asumsi harga US$ 4,25 per pound untuk tembaga. Dan US$ 2.300 dollar per ounce untuk emas,” kata Tony.
Sekadar informasi tambahan, per hari ini harga tembaganya berada pada angka US$ 4,5 per pound. Harga emas berada di angka US$ 2.900 per ounce. Kenaikan harga dua komoditas ini, dinilai akan berpengaruh pula pada peningkatan pendapatan negara. (*)










