NABIRE, ODIYAIWUU.com — Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah Imanuel Monei mengatakan, Nabire merupakan wilayah yang rawan banjir dan longsor.
Curah hujan dengan intensitas tinggi pada musim penghujan yang melanda Nabire sejak 4 Desember 2021 hingga saat ini menyebabkan Nabire banjir dan longsor. Banyak rumah warga dan fasilitas publik hancur.
“Nabire merupakan kabupaten rawan bencana alam. Banjir disertai longsor rutin melanda daerah ini. Selain bersama para staf terjun langsung di lapangan membantu menyelamatkan warga atau mengevakuasi harta benda, kami juga terus bekerja keras mengajak semua pihak terlibat aktif mencari jalan keluar melakukan rehabilitasi dan rekontruksi pasca banjir,” ujar Imanuel kepada Odiyaiwuu.com di Nabire, Provinsi Papua Tengah, Jumat (3/12).
Menurut Imanuel pasca banjir menerjang sejumlah wilayah sejak awal Desember 2021, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nabire dan BPBD setempat memberikan perhatian terkait musibah itu. Pemkab dan BPBD Nabire juga tengah mencari jalan keluar guna rehabilitasi dan rekontruksi di sejumlah titik rawan bencana. Termasuk berupaya membantu merekonstruksi fasilitas publik akibat bencana tersebut yang meluluhlantakkan daerah itu.
Imanuel menyebutkan, sejumlah kawasan yang kerap jadi langganan banjir disertai longsor yaitu kampung Sima di Distrik Yaur, Yaro I dan Yaro II, Distrik Yaro, Wanggar di Wanggar, Kelurahan Wonorejo, Kali Bobo, Grimulyo, Nabarua dan Oyehe, di Distrik Nabire, kampung Waroki, SP I, SP II, Wadio di Distrik Nabire Barat dan sejumlah wilayah lainnya.
“Hampir 78 persen wilayah jantung kota dan sejumlah wilayah lainnya merupakan kawasan rawan bencana banjir. Nyaris semua kampung maupun kelurahan dilalui kali atau sungai seperti Kali Nabire, Nabarua, Siriwini, Sanoba, Kimi, Bumi, Yaro, Sima, dan sejumlah kali kecil,” lanjut Imanuel.
Saat musim hujan dengan intensitas tinggi, tempat tinggal warga selalu berada dalam intaian terjangan banjir disertai longsor. Ancaman tersebut sangat terbuka akibat diperparah mampetnya banjir di selokan akibat tak mampu menahan volume air. Rumah-rumah warga seperti Oyehe, Grimulyo, dan Wonorejo kerap terendam, kelelep.
“Ada jembatan yang rubuh lalu patah. Banyak badan jalan tergerus hingga putus. Perekonomian warga akhirnya tersendat. Proses rehabilitas dan rekonstruksi butuh keseriusan melalui dukungan anggaran bersumber APBD Nabire. Namun, tentu Pemkab Nabire tidak mampu jalan sendiri tetapi perlu sinergi dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan, stakeholder terutama BPBD Provinsi Papua maupun Badan Penanggulangan Bencana Nasional,” kata Imanuel.
Saat ini, urai Imanuel, berbagai upaya merehabilitasi dan merekontruksi kawasan terdampak yang tengah dilakukan BPBD Nabire mendapat tanggapan positif dari BPBD Papua dan BPBN. Berbagai persyaratan usulan, termasuk inventarisasi dan verifikasi data kerugian pasca banjir disertai longsor awal 2021 hingga saat ini sudah diserakan pihak BPBD Nabire kepada BPBD Papua dan BPBN. Kini tinggal menunggu jawaban.
“Saat ini masih ada aspek yang perlu ditangani serius seperti tanggul sungai, saluran drainase, jaringan air bersih, sanitasi, jalan, jembatan, bangunan sekolah, kantor, dan pasar. Pekerjaan ini tentu harus dilakukannya semua pihak. Saat ini BPBD Nabire hanya menunggu realisasi alokasi anggaran dan waktu pelaksanaannya,” kata Imanuel.
“Saya berharap Pemkab Nabire terutama Pak Bupati DPRD Nabire mendukung BPBD Nabire dalam penangananya. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada BPBD Papua dan BPBN yang telah menerima kami dan bersedia berkolaborasi dalam ranggka proses penanganan rehabilitasi dan rekontruksi secara kolaboratif,” lanjutnya.
Pihaknya juga mengharapkan kerja sama warga terdampak agar upaya rehabilitasi dan rekontruksi yang dilakukan BPBD Nabire berjalan lancar untuk mengakhiri keluh kesah setiap dilanda banjir dan longsor terutama saat curah hujan dengan intensitas tinggi menerjang pemukiman rawan banjir dan longsor. (Emanuel You/Odiyaiwuu.com)