WAMENA, ODIYAIWUU.com — Pasca kerusuhan terkait amuk massa yang disulut dugaan rasisme, sebanyak 300 warga Kabupaten Yalimo mengungsi ke Wamena, kota Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, Kamis (18/9).
Ratusan pengungsi yang terdiri dari anak-anak tiba di Wamena di bawah pengawalan ketat aparat kepolisian. Gelombang pengungsi itu ditempuh demi menghindari diri dari amuk massa susulan.
Kepala Kepolisian Resor (Polres) Jayawijaya AKBP Anak Agung Made Satruya Bimantara mengatakan, para pengungsi merupakan gelombang ketiga yang datang dari Elelim, kota Kabupaten Yalimo, Papua Pegunungan.
“Mereka terdiri dari anak-anak, perempuan, dan laki-laki dewasa. Seluruhnya telah menjalani proses pendataan di Mapolres Jayawijaya. Pelayanan yang kami berikan kepada pengungsi dari Yalimo adalah tugas kemanusiaan,” ujar Kapolres Anak Agung Made Satruya Bimantara di Wamena, Jayawijaya, Papua Pegunungan, Kamis (18/9).
Rombongan pengungsi tiba di Markas Polres Jayawijaya dan disambut langsung Kapolres Anak Agung Made beserta jajarannya. Para pengungsi langsung diberikan makanan, minuman, dan penanganan medis oleh personil kepolisian.
Menurut Anak Agung Made, Kapolres berdarah Bali, hingga saat ini tercatat 472 warga pengungsi telah terdata di Mapolres Jayawijaya. Angka ini mencakup data yang telah dirangkum dari kedatangan para pengungsi sejak Rabu (18/9) dini hari.
Anak Agung Made mengatakan, pihak kepolisian terus melakukan pendataan untuk memastikan seluruh warga yang mengungsi mendapatkan bantuan yang diperlukan.
“Ketika saudara-saudara kita pengungsi datang ke tempat kami, kami langsung melakukan pendataan. Selain itu, kami memberikan pelayanan medis bagi warga yang luka atau lelah dalam perjalanan,” ujar jelas Anak Agung Made.
Beberapa pengungsi diketahui mengalami gangguan kesehatan, sehingga pelayanan medis ini sangat penting. Anak Agung Made menambahkan, tugas utama Polres Jayawijaya adalah memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat yang terdampak.
Sejumlah kios, Selasa (16/9) pukul 08.27 WIT dibakar massa buntut dugaan ujaran kebencian yang berujung bentrok diikuti aksi pembakaran kios di kota Elim dan sekitarnya.
Peristiwa pembakaran itu bermula di SMA Negeri 1 Elelim, di mana terjadi dugaan ujaran rasisme berupa sebutan “monyet” oleh seorang siswa non Papua kepada siswa asli Yalimo.
Ujaran tersebut memicu kemarahan pelajar Papua serta masyarakat sekitar. Buntutnya, massa yang tersulut amarah kemudian melakukan tindakan anarkis dengan membakar beberapa kios milik warga di sekitar kota Elelim.
Belum dipastikan berapa jumlah kios yang dibakar massa, termasuk estimasi kerugian maupun korban jiwa. Aparat keamanan masih melakukan pemantauan dan upaya pengendalian di sekitar kota Elelim. Masyarakat diliputi kecemasan dan kekhawatiran terjadi aksi susulan.
Kepala Penerangan Komando Daerah Militer (Kodam) XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Candra Kurniawan, SE, MM menepis berita hoaks yang disebar anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) di media sosial yang menyebut TNI melakukan penembakan di Yalimo.
“OPM kembali sebar berita bohong alias hoaks di media sosial, medsos dengan narasi bahwa aparat militer Indonesia melakukan penembakan secara brutal terhadap pelajar Papua di SMA Negeri 1 Yalimo yang mengakibatkan jatuh korban jiwa,” ujar Candra Kurniawan dari Jayapura, Papua, Selasa (16/9).
Candra menegaskan, berita hoaks yang disebar OPM tersebut dengan tujuan memanaskan situasi. Berita hoaks itu merupakan bentuk propaganda untuk mengadu domba TNI dengan masyarakat.
“Tidak benar berita itu. Tidak benar aparat TNI melakukan penembakan. Tidak benar pula TNI melakukan pengedropan pasukan ke wilayah Yalimo,” kata Candra tegas.
Menurut Candra, aparat keamanan setempat terus melakukan upaya, baik koordinasi, mediasi, dan komunikasi agar situasi kembali kondusif. Saat ini, berbagai upaya itu terus dilakukan agar suasana tetap kondusif.
“Kami berharap dan meminta masyarakat tidak terprovokasi dari pemberitaan hoaks yang sengaja disebar oleh OPM dengan propaganda-propagandanya dengan tujuan menciptakan keresahan dan konflik di tengah bermasyarakat,” ujar Candra.
Candra menambahkan, saat ini aparat TNI di wilayah Yalimo melakukan tugasnya untuk menjaga kondusifitas wilayah dengan mengedepankan komunikasi dengan unsur Forkopimda, sesama aparat, dan masyarakat serta semua elemen.
“Jangan terhasut dan terprovokasi berita hoaks dari OPM. Mari kita ciptakan rasa aman dan damai di Tanah Papua,” kata Candra lebih lanjut. (*)