Indonesia Perlu Menatap ke Depan, Bukan Terjebak di Masa Lalu - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Indonesia Perlu Menatap ke Depan, Bukan Terjebak di Masa Lalu

Indonesia Perlu Menatap ke Depan, Bukan Terjebak di Masa Lalu. Gambar Ilustrasi: Istimewa

Loading

SALAH satu hambatan utama kemajuan bangsa ini bukan semata-mata soal sumber daya, melainkan soal cara berpikir. Bangsa Indonesia, dalam banyak hal, masih terlalu sibuk mengagungkan masa lalu. Pemerintah, institusi pendidikan, bahkan lembaga keagamaan sering kali terjebak dalam glorifikasi sejarah, menoleh ke belakang sambil melupakan pentingnya mempersiapkan masa depan.

Dalam dunia pemerintahan, pidato-pidato resmi kerap dipenuhi cerita tentang perjuangan kemerdekaan, kebesaran kerajaan-kerajaan masa lampau, atau pencapaian tokoh-tokoh besar dahulu kala. Meskipun sejarah penting sebagai fondasi jati diri bangsa, tetapi ketika masa lalu dijadikan pusat orientasi tanpa diimbangi dengan visi dan rencana masa depan, maka bangsa ini hanya akan jalan di tempat. Lebih buruk lagi, ia bisa tertinggal dari bangsa-bangsa yang sudah sejak lama mengarahkan pandangan mereka ke depan.

Di ruang-ruang kelas, siswa diajak menghafal tahun-tahun peristiwa sejarah dan nama-nama pahlawan. Tetapi sedikit yang dilatih berpikir kritis, memahami tantangan global, apalagi diarahkan menjadi inovator masa depan. Pendidikan kita masih lekat dengan pendekatan “museum” — menatap masa lalu dengan bangga, tetapi lupa menyiapkan anak-anak untuk dunia yang terus berubah dan berkembang dengan cepat.

Lembaga-lembaga keagamaan pun kadang terseret dalam pusaran ini. Ceramah dan pengajaran lebih banyak berkisar pada romantisme zaman nabi atau kejayaan umat masa lampau, dibanding membimbing umat untuk menjawab tantangan zaman sekarang: teknologi, lingkungan, perdamaian, dan keadilan sosial. Padahal, ajaran agama seharusnya menjadi cahaya bagi masa depan, bukan sekadar nostalgia akan masa silam.

Sementara itu, negara-negara maju menunjukkan sikap sebaliknya. Mereka membangun pusat riset, mendorong inovasi teknologi, dan menciptakan sistem pendidikan yang visioner. Mereka tidak membuang sejarah, tetapi menempatkannya sebagai pelajaran, bukan tujuan. Masa depanlah yang mereka tuju, dan perencanaan jangka panjang menjadi budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Jika Indonesia ingin keluar dari jerat ketertinggalan, maka pergeseran paradigma berpikir harus segera dilakukan. Kita perlu berani memutus belenggu glorifikasi masa lalu yang berlebihan, dan mulai fokus merancang masa depan yang layak dan berkeadilan bagi seluruh rakyat. Kita perlu mencetak pemimpin yang visioner, pendidik yang transformatif, serta masyarakat yang haus akan kemajuan dan perubahan.

Masa lalu adalah guru, bukan tempat tinggal. Indonesia tak boleh terus menerus menoleh ke belakang. Sudah saatnya kita menatap ke depan, menyiapkan langkah, dan bergerak maju. (Editor)

Tinggalkan Komentar Anda :