Peringatan Satu Abad Nubuatan IS Kijne, Markus Haluk: Esok Orang Papua Siap Memimpin Dirinya

Pendeta Izaak Samuel (IS) Kijne. Sumber foto: Akun Facebook Saireri

JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Umat Kristiani dan pemerintah provinsi hingga kabupaten dan kota di tanah Papua, Sabtu (25/10) merayakan peringatan Satu Abad Nubuatan Pendeta Izaak Samuel (IS) Kijne di atas tanah Melanesia.

Peringatan rohani dan spiritual umat Kristiani di Papua, benua besar di ufuk timur Indonesia, menjadi momentum syukur umat dan pemerintah daerah atas karya Tuhan lewat hamba-Nya, IS Kijne sekaligus ungkapan terima kasih kepada sang Sabda serta refleksi atas ziarah perjalanan sang misionaris dan spirit baru bagi umat untuk melangkah bersama memajukan tanah Papua ke depan.

Pada 25 Oktober 1925, di atas batu di Bukit Aitumeiri, Teluk Wondamam, West Papua, IS Kijne menulis pesan rohani dan spiritual bagi umat dan masyarakat yang dilayaninya. Kata Kijne, “Di atas batu ini, saya meletakkan peradaban orang Papua, Sekalipun orang memiliki kepandaian tinggi, akal budi dan marifat untuk memimpin bangsa ini, tetapi bangsa ini akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri.”

“Satu abad orang Papua sudah memimpin di Indonesia dan satu abad esok orang Papua siap dan harus memimpin dirinya sendiri,” ujar tokoh muda dan intelektual tanah Papua Markus Haluk dari Jayapura, Papua, Sabtu (25/10).

Menurut Markus, selama satu abad Nubuatan Kijne di masa Belanda, Jepang, dan Indonesia banyak legasi yang ditinggalkan sang misionaris di atas tanah Papua.

Legasi dimaksud Markus sebagai berikut. Pertama, anak bangsa Papua sudah menjadi menteri, wakil menteri di Indonesia, Pangdam, Kapolda, Wakil Kepala Staf Angkatan Darat di Indonesia.

Kedua, orang Papua telah menjadi gubernur, wali kota, dan bupati di Indonesia. Ketiga, orang Papua sudah menjadi sarjana, doktor hingga guru besar (profesor) di Indonesa. Keempat, orang Papua sudah menjadi anggota DPR RI, DPD RI, DPRP, DRPK, MRP di Indonesia.

Kelima, hingga saat ini orang Papua sudah menjadi ketua sinode, klasis, pendeta, pastor, dan uskup di tanah Papua, Indonesia, dan dunia. Keenam, orang juga telah menjadi duta besar (dubes), seniman, musisi, juara sepak bola.

Ketujuh, orang Papua sudah menjadi guru, pegawai negeri sipil (PNS), karyawan swasta, jurnalis, advokad, wiraswasta, dan lain-lain di Indonesia.

Kedelapan, orang Papua sudah menjadi pelajar dan mahasiswa. Hingga satu abad hampir semua orang Papua sudah belajar dan berbahasa Indonesia.

“100 tahun ke depan bangsa Papua harus memimpin dirinya sendiri. Setelah 100 tahun orang ada dimana-mana sebagai apapun, pertanyaan ialah apakah ini yang disebut dan dinubuatkan oleh IS Kijne dengan menyebut orang Papua memimpin dirinya sendiri di tanah ini,” kata Markus.

Menurut Markus, intelektual penulis buku aneka tema tentang Papua, satu abad Nubuatan Kijne hanya satu yang belum tergenapi. Satu yang belum tergenapi itu ialah orang Papua akan menjadi bangsa yang bebas dan merdeka dari semua sisi di atas tanah lehurnyanya sendiri.

“100 tahun ke depan bangsa Papua harus memimpin dirinya sendiri dengan menjadi presiden dan jabatan-jabatan tadi demi memimpin di atas tanah dan bangsanya sendiri. Inilah PR 100 tahun yang akan datang. Selama satu abad sudah dan cukup, orang Papua menjadi terang di Indonesia dan dunia,” ujar Markus.

Markus mengajak masyarakat dan seluruh elemen orang asli Papua mengamini dan mengatakan bahwa 100 tahun yang akan datang Papua menjadi bangsa merdeka dan berdaulat untuk memimpin dirinya sendiri.

IS Kijne adalah misionaris dan pendeta asal Belanda. Ia berkontribusi besar dalam bidang pendidikan dan penyebaran agama Kristen di tanah Papua awal abad ke-20. Ia lahir 1 Mei 1899 di Vlaardingen, Belanda.

Kijne memulai karya misi di Papua tahun 1921 hingga 1941. Tahun 1925, Kijne ditugaskan di Wondama, setelah sebelumnya menjalani misi di Kepulauan Mansinam, tempat pertama kali Injil masuk tanah Papua.

Kijne berjasa dalam memajukan pendidikan dan peradaban masyarakat asli Papua. Di Wasior, ia mendirikan gereja dan sekolah zending. Lewat berbagai lembaga itu masyarakat asli Papua diajarkan Injil dan etika hidup sebagai umat Kristiani.

Pada 25 Oktober 1925, Kijne menyampaikan pesan yang mendalam di Wasior. Ia menulis, “Di atas batu ini, saya meletakkan peradaban orang Papua. Sekalipun orang memiliki kepandaian tinggi, akal budi dan marifat tetapi tidak dapat memimpin bangsa ini, bangsa ini akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri”. Pesan ini kelak disebut sebagai Batu Peradaban.

Namanya diabadikan pada Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) GKI IS Kijne di Jayapura. Kampus itu didirikan tahun 1954 dengan tujuan mencetak lulusan yang mampu meningkatkan kualitas kehidupan gereja dan masyarakat Papua.

Di bukit inspirasi yang kini berada di Teluk Wondama, Kijne menulis beberapa pujian Nyanyian Rohani dan Mazmur untuk masyarakat Papua. Kini, satu abad lalu, Masyarakat tanah Papua larut dalam doa dan syukur kepada Tuhan atas karya Agung-Nya melalui sang misionaris.

Selamat Merayakan Satu Abad Nubuatan Kijne kepada umat Kristiani di Tanah Papua. Tuhan berkati umat dan masyarakat tanah Melanesia. Koyao….. (*)