JAKARTA, ODIYAIWUU.com — Komedian tanah Papua yang melangit namanya dalam serial Epen Cupen Klemens Awi, Jumat (19/9) pukul 01.15 WIB menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit (RS) Polri, Kramat Jati, Cililitan, Jakarta Timur.
Komedian kelahiran Merauke pemeran Celo dalam serial Epen Cupen melejit namanya dalam industri hiburan tanah air. Akting dan guyonan segar Klemens ‘Celo’ Awi dalam serial itu memanjakan para penggemar dunia hiburan tak hanya di tanah Papua tetapi menyasar masyarakat di seantero nusantara.
Klemens Awi sempat dirawat di Rumah Sakit (RS) Hermina Ciputat, Tangerang Selatan, Provinsi Banten sejak 5 September 2025 akibat komplikasi ginjal, jantung, paru-paru serta penurunan trombosit signifikan.
Kondisi tubuh Klemens Awi menurun lalu ia dipindahkan untuk penanganan intensif di Unit Perawatan Intensif atau Intensive Care Unit (ICU) RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Meski sempat menjalani perawatan, kondisi kesehatan Klemens semakin memburuk. Ia akhirnya berpulang pada usia yang masih terbilang muda.
Jenazah almarhum kini disemayamkan di kamar jenazah RS Polri Kramat Jati dan menurut rencana akan diberangkatkan ke kampung halamannya untuk dimakamkan di Merauke, Provinsi Papua Selatan.
Klemens dikenal luas berkat logat khas Papua dan pembawaan sederhana yang sukses mengundang tawa masyarakat Indonesia. Ia bukan hanya dikenang sebagai pelawak, tetapi juga pribadi rendah hati yang dekat dengan banyak kalangan.
Kepergian Awi menjadi kehilangan besar, bukan hanya bagi keluarga dan kerabat, tetapi juga dunia seni peran Indonesia. Karakternya sebagai Celo akan selalu dikenang sebagai ikon komedi yang merepresentasikan tawa dari tanah Papua.
Salah satu hiburan mengasyikkan Epen Cupen 7 Mop Papua episode Jauhkan dari Godaan selalu membekas dan mengibur hati para penonton. Dalam serial itu, Awi hendak ke luar rumah. Ia meneguk air di atas meja dan berdoa sebelum meninggalkan kamar rumahnya.
“Tuhan, jauhkan aku dari godaan duniawi, nona-nona cantik atau wanita-wanita dan lain-lain. Inilah doaku. A…..min,” kata Awi.
Usai menutup pintu, Awi melangkah menghampiri Yacob, kakatua piaraannya tak jauh dari pintu rumah. Ia mengabari meminta ijin Yakob karena akan berangkat sambil menitip pesan agar Yakob jaga rumah baik-baik. Jangan sampai ada pencuri yang datang.
Awi masih sempat bersenda gurau dengan Yakob yang mematuk kancing baju Awi. “Ko di sini ya? Di situ saja. Kita berdoa, ya. ‘Tuhan, jauhkan saya dari godaan duniawi. Aamin.’ Jalan, ya,” kata Awi sembari pamit kepada Yakob.
Setiba di pinggir jalan utama, Awi juga juga berdoa memohon Tuhan menjauhkannya dari segala godaan duniawi. Tak lama sebuah angkutan kota berwarna kuning tiba. Awi kemudian menahan angkot itu lalu segera duduk di kursi depan bersama seorang penumpang cantik dengan rambut terurai panjang. Sedang di kursi belakang duduk juga tiga penumpang cantik lainnya.
Keduanya saling melempar senyum. Awi terlihat agak malu-malu. Sesaat setelah bergerak, Awi disuguhi senyum manis penumpang remaja cantik dalam angkutan kota. Si penumpang cewe di sampingnya masih melempar senyum manis membuat Awi tertunduk dingin.
Dalam hatinya, mungkin ia tengah berdoa agar Tuhan menjauhkannya dari godaan duniawi. Mobil bergerak tetapi sang supir tak melihat seorang pejalan kaki yang hendak menyeberang jalan dan nyaris ditabrak. Tiba-tiba supir menghentikan rem mendadak. Para penumpang cewe kaget lalu memeluk pundak Awi.
“Tuhan….. Kalau hari ini benar-benar mau terjadi, terjadi sudah…,” ujar Awi diapit para penumpang cewe yang manis-manis. Selamat jalan, Celo. Dunia hiburan tanah Air, khususnya di tanah Papua kehilangan sosok seniman tanah Papua berbakat. Damailah di sisi-Nya. (*)