JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Aktivis hak asasi manusia (HAM) dan antropolog tanah Papua Daniel Randongkir, Senin (15/9) pukul 16.00 WIT meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) Dian Harapan, Jalan Teruna Bakti, Yabansai, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua.
Kabar berpulangnya Daniel menyebar di berbagai platform jejaring jagat maya (medsos) di tanah Papua. Doa dan ucapan duka berdatangan tidak hanya masyarakat kecil tetapi berbagai kalangan seperti pejabat, tokoh masyarakat, pegiat HAM, pekerja media hingga para sahabat.
Doa dan ungkapan duka merebak di jagat maya mengenang Almarhum sebagai sosok pegiat HAM yang gigih dan setia mendedikasikan hidupnya demi perjuangan penegakan HAM di hingga ajal menjemput. Kepedulian dan kegigihan Daniel semasa hidup terekam baik di kalangan rekan seperjuangan mengenang Almarhum.
“Turut berduka berpulangnya sahabat sesama pejuang HAM Papua, Pak Daniel Randongkir. Semoga Almarhum bahagia di Surga dan semangatnya tetap menjadi warisan terindah bagi kita semua dalam upaya memperjuangkan dan menegakkan HAM bagi masyarakat,” ujar Direktur Eksekutif Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua Theo Hesegem dari Wamena, Jayawijaya, Papua Pegunungan, Senin (15/9).
Theo juga mengatakan, ia mengenal baik sosok dan kiprah Daniel Randongkir dalam perjuangan menegakkan HAM bagi masyarakat Papua. Semasa hidup Almarhum Daniel juga aktif dan terlibat langsung menyampaikan pikiran dan gagasannya dalam upaya menegakkan HAM dan keterlibatannya dalam gerakan masyarakat sipil (civil society).
“Semasa hidup Almarhum Daniel Randongkir aktif sebagai anggota Jaringan Damai Papua atau JDP yang saat itu dikoordinir imam Keuskupan Jayapura Pastor Dr Neles Kebadabi Tebai, Pr. Beliau juga pernah menjabat Koordinator Divisi Monitoring dan Investigasi Lembaga Studi Advokasi Hak Asasi Manusia, Elsham Papua,” kata Theo lebih lanjut.
Tokoh muda Papua Tengah Elias Petege mengenang sosok Daniel sebagai antropolog dan pembela HAM bagi masyarakat tanah Papua. Masyarakat bumi Cenderawasih kehilangan sosok aktivis yang total mendedikasikan tenaga dan pikirannya membela HAM Papua.
“Kita kehilangan antropolog dan pembela HAM yang mendedikasikan hidupnya untuk membela HAM Papua, mendokumentasikan pelanggaran dan memajukan HAM di tanah Papua, termasuk sejak ia bergabung dengan Elsham Papua tahun 2002-2025,” kata Elias, yang kini menjabat Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah.
Aktivis muda tanah Papua Victor Yeimo mengenang Almarhum Daniel Randongkir melalui cuitan puitis di Facebook-nya. Victor menulis: semburan ombak Pasifik menderu di bibir Pantai Hol 2019, kau lepas saya dengan tatap remuk, air mata dan canda menetes tanpa peduli adikmu yang buron saat itu.
“Kemarin dengan Ibiroma Wamla masih canda merangkai kenangan. Hari ini hampa membeku di urat nadi, aksara tak sanggup menadahmu selamanya. Kau pergi, tapi jejakmu membeku di udara yang tak bisa saya tangkap, tersesat di sela napas dan detik remuk,” ujar Victor dalam laman Facebook-nya.
“Dari balik semua sejarah, kau tetap pejuang yang tak redup sejak mahasiswa. Hari ini saya hancur di Hol tempat kau lepas saya menyebrangi lautan Pasifik, saya hancur karena kau tidak akan kembali lagi. Saya punya kaka, Daniel Randongkir,” kata Victor lebih lanjut dalam cuitannya.
“Kami turut berduka cita yang mendalam. Rest In Peace. Semoga keluarga besar yang ditinggalkan diberikan ketabahan, kekuatan, dan penghiburan oleh Allah Bapa. Amin,” ujar Kapolda Papua Barat Irjen Pol Johnny Eddizon Isir, SIK, MTCP melalui cuitannya, Senin (15/9).
Aktivis perempuan dan pengacara muda Papua Frederika Korain, SH, MAAPD mengenang Daniel Randongkir sebagai aktivis senior yang memberikan hati dan hidupnya bagi masyarakat di kala reformasi, pergantian rezim yang kerap menampilkan wajah bengis.
Bahkan sejak tercatat sebagai mahasiswa Universitas Cenderawasih (Uncen), ujar pengacara lulusan Magister Antropologi Terapan dari Australia dengan spesifikasi Studi Gender dan Pembangunan, Daniel tergolong mahasiswa aktivis yang tak lupa menjaga tradisi akademik dalam perjuangannya membela orang kecil di tanah Papua.
“Beliau adalah aktivis dan pejuang HAM yang mempersembahkan dirinya secara total bagi penegakan HAM di tanah Papua. Saat kuliah di Uncen beliau juga tercatat sebagai mahasiswa yang cemerlang. Beliau aktivis segenerasi Leo Imbiri, Fery Marisan, dan teman-temannya, di awal reformasi,” ujar Frederika, pendiri Firma Hukum Veritas Law Office, Jayapura. (*)










