Puisi tentang Pendidikan di Tanah Papua Karya Eugene Mahendra - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Puisi tentang Pendidikan di Tanah Papua Karya Eugene Mahendra

Eugene Mahendra Bala Duan. Foto: Istimewa

Loading

Fajar Pendidikan di Tanah Papua

 

Di ujung timur negeri, di kaki pegunungan hijau

Terbitlah fajar pendidikan, menembus kabut ragu

Dalam hamparan tanah yang kaya, namun terbelenggu

Tumbuh benih-benih ilmu, menari di bawah langit biru

 

Pendidikan adalah cahaya, di kaki pegunungan hijau

Menyingkap tirai gelap, menyusuri lorong waktu, menghantar pada harap

Di tanah ini, dengan semangat merdeka, anak-anak bangsa berjuang

Untuk meraih cita-cita nan mulia

 

Pendidikan…..

Bukan sekadar kata, ia adalah napas, denyut nadi yang membara

Dengan hikmah alam, dan kearifan lokal, mengukir masa depan

Yang adil dan egal

 

Di atas batu karang, diantara hutan lebat, terdengar nyanyian jiwa

Tentang ilmu yang syarat, pada setiap lembar buku

Dalam setiap goresan pena, tertulis mimpi-mimpi, yang melampaui batas fana

 

Pendidikan, bukan sekadar gedung megah dan teknologi

Namun cinta dan dedikasi, dalam mengajar dan berbagi

Guru adalah pahlawan, dengan hati yang teguh, menuntun generasi muda

Ke masa depan yang penuh berkah

 

Pada keheningan malam, di bawah bintang gemintang

Anak-anak Papua merenung, dengan mata berbinar dan tenang

Mereka adalah harapan, pemegang obor cita-cita

Meniti jalan pendidikan, menuju cahaya nirwana

 

Oh pendidikan….

Oh tanah Papua….

Engkau adalah pelita, menerangi jalan panjang, menuju masa depan yang nyata

Menjadikan Papua, tanah impian yang damai dan lestari

Nabire, 18 Juni 2024

Ibu

 

Ibu… Engkau adalah pilar yang kokoh

Menopang dunia dengan tangan yang penuh kasih

Dalam dekapmu, ada kehangatan abadi

Menghapus lelah, menyemai damai

Pada matamu yang redup, tersimpan sejuta cerita

Tentang cinta, perjuangan, dan harapan yang tak pernah padam

 

Ibu… Dengan senyum yang menenangkan, engkau menyembunyikan segala luka

Setiap kerut di wajahmu adalah bukti cinta, yang tak pernah lelah

Mengasuh dan membimbing

Engkau adalah pelita dalam kegelapan, menerangi jalan dengan kasih dan sayang

Dibawah lindunganmu, aku tumbuh dan berkembang

Menemukan makna hidup dalam setiap nasihatmu

 

Ibu… Engkau adalah telaga kebijaksanaan, mengalirkan hikmah dalam setiap tutur kata

Dalam pelukanmu, aku menemukan kedamaian, merasakan cinta yang tulus tanpa syarat

Setiap langkahmu adalah pengorbanan tanpa pamrih, menjadikan hidupku penuh bermakna

Meski waktu terus berlalu, cintamu tetap abadi tak’kan pernah pudar

 

Ibu… Engkau adalah anugerah yang tiada tara, dengan hati yang selalu muda

Dalam senyum dan air matamu, aku belajar, tentang keteguhan

Cinta, dan arti sejati kehidupan

Pada senja yang mendekat, engkau tetap menjadi sinar dalam hidupku

Terima kasih untuk segala cinta dan kasih sayang, engkau adalah segalanya

Wanita yang tak tergantikan

Nabire, 14 Juni 2024

 

Napak Tilas di Rimba Papua

 

Dalam rimba, sunyi dan megah

Jejak sejarah bersemi dalam hening

Napak tilas tanah Papua yang asli

Mengalir bagai sungai dalam keheningan malam

 

Langit biru menjaga rahasia pepohonan tinggi

Dengarlah, angin berbisik pesona masa lalu

Suaranya merayap di antara dedaunan lebat

Menyulam cerita tentang kehidupan dan petualangan

 

Pada tepian sungai yang tenang mengalir

Rimba Papua menyapa dengan pelukan hangat

Mengajakku mengembara melintasi waktu

Menelusuri jejak-jejak pahlawan masa lampau

 

Di antara gunung dan lembah yang hijau

Hati ini tergerak oleh keindahan alammu

Napak tilas di rimba Papua mengajarkan

Arti kehidupan dan makna kebersamaan

 

Selamatkanlah, wahai tanah Papua tercinta

Keagunganmu tak terhingga, terjaga dalam nurani

Napak tilas ini abadi dalam jiwa

Mengalun dalam syukur dan cinta yang abadi

Nabire, 27 November 2023

 

Perempuan Tanpa Titik

 

Kau adalah kisah yang mengalir

Bagaikan sungai yang tak pernah berhenti mencari laut

Dalam tatapan matamu, ada dunia yang luas

Mengungkapkan cerita tanpa akhir, tanpa jeda

Kau adalah puisi yang terus berkembang

Dengan kata-kata yang melompat dari lembaran hati

Setiap langkahmu adalah paragraf baru

Menulis takdir yang enggan berhenti di satu tempat

 

Perempuan tanpa titik, kau adalah angin yang bebas

Mengalir ke mana pun hati menginginkan

Tak terkurung oleh ruang dan waktu

Kau adalah roh yang merdeka, menari di bawah bintang-bintang

Dalam senyummu, ada cahaya yang memancar

Menyinari jalan yang gelap gulita, kau adalah pelita

Yang membakar dengan semangat, mengusir kegelapan dan kehangatan

 

Perempuan tanpa titik, kau adalah ombak yang mencium pantai tanpa henti

Membawa pesan tentang keberanian dan ketabahan

Dalam setiap riak air, ada keteguhanmu

Menghadap dunia dengan kepala tegak, penuh percaya diri

 

Perempuan tanpa titik, kau adalah perjalanan yang indah

Mengajarkan bahwa hidup adalah tentang proses, bukan tujuan

Dalam setiap lika dan liku hidupmu, kau temukan makna

Menjadikan setiap momen sebagai bagian dari symphoni hidup

 

Kau adalah perempuan tanpa titik

Sebuah puisi yang terus berlanjut, tanpa akhir

Dalam keberanianmu, dunia menemukan inspirasi

Bahwa setiap jiwa punya cerita yang patut dihargai

Nabire, 15 Oktober 2023

Rasa Beda Agama

 

Setelah kita harus berjuang dengan segala sabar

Rasanya kita sudah tak mampu menjemput suara ayah dan ibu

Yang tak segan-segan membuat kita berhenti menghembuskan napas kesetiaan

Barangkali ini bukan tentang menyerah, sepotong cerita utuh yang perlahan runtuh

Biarkan segalanya berhenti untuk kita yakini bahwa kita pernah menjadi rumah

 

Tuhanmu, aminku

Sering kita mengadu cerita untuk membina hubungan kita

Kesepakatan-kesepakatan kecil selalu menemani kita

Sebuah arah antara melanjutkan atau menghentikan

Jalan sunyi, sepi itu pundak-pundak jauh mengenal restu

 

Jika di sampingmu, mendengarkan adzan bersahutan dengan megah

Bapa Kami yang ada di Surga, pun masih begitu tabah

Kita hanya tulang-tulang rapuh, yang dibedakan dengan seribu omong kosong

 

Jumat itu, aku melihatmu menggulung jilbabmu dengan air mata

Lonceng dan Ekaristi, Tuhan dan kita yang sudah kehilangan makna

Restu itu piatu, malam-malam menjadi parau, ingin ku ketuk jumpa kepada nabi

Dan rupamu ku ceritakan pada rabi, aku mencintaimu dari lereng-lereng Alkitab

Yang berbaris di setiap jam-jam perayaan

 

Imanku, ilhammu…

Segalanya telah berlabu,

Kapal-kapal hadirmu, lenyapkan pelabuhan

Yang kau jangkari sungguh

KM Tidar, Nabire – Makassar, 23 Juni 2023

 

Hujan di Malam Minggu

 

Ponselku sepi. Tak ada SMS yang menggetarkan lagi

Sebagaimana setiap malam minggu kau rapalkan kutukan pada sepi

Sesuatu yang paling kucinta, sesuatu yang paling kau benci

 

Di luar bertebaran remaja kasmaran

Menjaga malam-malam yang gegas

Pada keputusan ini

Aku pergi, kau menepi, kita sepi

Sesudahnya, langit berawan itu tentu akan menangis

Menangisi kita yang bungkam

 

Bahkan saat banyak orang yang rela terjebak

Tersesat dalam hujan, kupilih enggan menemuimu

Agar rindu ini tak lekas raib

 

Di luar, hujan

Kepandangi hujan berpindah ke matamu

Selanjutnya, kita adalah sepasang musim yang sedih

Nabire, 17 Desember 2022

Eugene Mahendra Bala Duan lahir 18 Juni 1985 di Lewoleba, Lembata. Saat ini mengabdi sebagai guru di SMP YPPK Santo Antonius, Nabire, kota Provinsi Papua Tengah. Menulis opini di sejumlah media massa dan penikmat sastra

Tinggalkan Komentar Anda :