Fajar Pendidikan di Tanah Papua
Di ujung timur negeri, di kaki pegunungan hijau
Terbitlah fajar pendidikan, menembus kabut ragu
Dalam hamparan tanah yang kaya, namun terbelenggu
Tumbuh benih-benih ilmu, menari di bawah langit biru
Pendidikan adalah cahaya, di kaki pegunungan hijau
Menyingkap tirai gelap, menyusuri lorong waktu, menghantar pada harap
Di tanah ini, dengan semangat merdeka, anak-anak bangsa berjuang
Untuk meraih cita-cita nan mulia
Pendidikan…..
Bukan sekadar kata, ia adalah napas, denyut nadi yang membara
Dengan hikmah alam, dan kearifan lokal, mengukir masa depan
Yang adil dan egal
Di atas batu karang, diantara hutan lebat, terdengar nyanyian jiwa
Tentang ilmu yang syarat, pada setiap lembar buku
Dalam setiap goresan pena, tertulis mimpi-mimpi, yang melampaui batas fana
Pendidikan, bukan sekadar gedung megah dan teknologi
Namun cinta dan dedikasi, dalam mengajar dan berbagi
Guru adalah pahlawan, dengan hati yang teguh, menuntun generasi muda
Ke masa depan yang penuh berkah
Pada keheningan malam, di bawah bintang gemintang
Anak-anak Papua merenung, dengan mata berbinar dan tenang
Mereka adalah harapan, pemegang obor cita-cita
Meniti jalan pendidikan, menuju cahaya nirwana
Oh pendidikan….
Oh tanah Papua….
Engkau adalah pelita, menerangi jalan panjang, menuju masa depan yang nyata
Menjadikan Papua, tanah impian yang damai dan lestari
Nabire, 18 Juni 2024
Ibu
Ibu… Engkau adalah pilar yang kokoh
Menopang dunia dengan tangan yang penuh kasih
Dalam dekapmu, ada kehangatan abadi
Menghapus lelah, menyemai damai
Pada matamu yang redup, tersimpan sejuta cerita
Tentang cinta, perjuangan, dan harapan yang tak pernah padam
Ibu… Dengan senyum yang menenangkan, engkau menyembunyikan segala luka
Setiap kerut di wajahmu adalah bukti cinta, yang tak pernah lelah
Mengasuh dan membimbing
Engkau adalah pelita dalam kegelapan, menerangi jalan dengan kasih dan sayang
Dibawah lindunganmu, aku tumbuh dan berkembang
Menemukan makna hidup dalam setiap nasihatmu
Ibu… Engkau adalah telaga kebijaksanaan, mengalirkan hikmah dalam setiap tutur kata
Dalam pelukanmu, aku menemukan kedamaian, merasakan cinta yang tulus tanpa syarat
Setiap langkahmu adalah pengorbanan tanpa pamrih, menjadikan hidupku penuh bermakna
Meski waktu terus berlalu, cintamu tetap abadi tak’kan pernah pudar
Ibu… Engkau adalah anugerah yang tiada tara, dengan hati yang selalu muda
Dalam senyum dan air matamu, aku belajar, tentang keteguhan
Cinta, dan arti sejati kehidupan
Pada senja yang mendekat, engkau tetap menjadi sinar dalam hidupku
Terima kasih untuk segala cinta dan kasih sayang, engkau adalah segalanya
Wanita yang tak tergantikan
Nabire, 14 Juni 2024
Napak Tilas di Rimba Papua
Dalam rimba, sunyi dan megah
Jejak sejarah bersemi dalam hening
Napak tilas tanah Papua yang asli
Mengalir bagai sungai dalam keheningan malam
Langit biru menjaga rahasia pepohonan tinggi
Dengarlah, angin berbisik pesona masa lalu
Suaranya merayap di antara dedaunan lebat
Menyulam cerita tentang kehidupan dan petualangan
Pada tepian sungai yang tenang mengalir
Rimba Papua menyapa dengan pelukan hangat
Mengajakku mengembara melintasi waktu
Menelusuri jejak-jejak pahlawan masa lampau
Di antara gunung dan lembah yang hijau
Hati ini tergerak oleh keindahan alammu
Napak tilas di rimba Papua mengajarkan
Arti kehidupan dan makna kebersamaan
Selamatkanlah, wahai tanah Papua tercinta
Keagunganmu tak terhingga, terjaga dalam nurani
Napak tilas ini abadi dalam jiwa
Mengalun dalam syukur dan cinta yang abadi
Nabire, 27 November 2023
Perempuan Tanpa Titik
Kau adalah kisah yang mengalir
Bagaikan sungai yang tak pernah berhenti mencari laut
Dalam tatapan matamu, ada dunia yang luas
Mengungkapkan cerita tanpa akhir, tanpa jeda
Kau adalah puisi yang terus berkembang
Dengan kata-kata yang melompat dari lembaran hati
Setiap langkahmu adalah paragraf baru
Menulis takdir yang enggan berhenti di satu tempat
Perempuan tanpa titik, kau adalah angin yang bebas
Mengalir ke mana pun hati menginginkan
Tak terkurung oleh ruang dan waktu
Kau adalah roh yang merdeka, menari di bawah bintang-bintang
Dalam senyummu, ada cahaya yang memancar
Menyinari jalan yang gelap gulita, kau adalah pelita
Yang membakar dengan semangat, mengusir kegelapan dan kehangatan
Perempuan tanpa titik, kau adalah ombak yang mencium pantai tanpa henti
Membawa pesan tentang keberanian dan ketabahan
Dalam setiap riak air, ada keteguhanmu
Menghadap dunia dengan kepala tegak, penuh percaya diri
Perempuan tanpa titik, kau adalah perjalanan yang indah
Mengajarkan bahwa hidup adalah tentang proses, bukan tujuan
Dalam setiap lika dan liku hidupmu, kau temukan makna
Menjadikan setiap momen sebagai bagian dari symphoni hidup
Kau adalah perempuan tanpa titik
Sebuah puisi yang terus berlanjut, tanpa akhir
Dalam keberanianmu, dunia menemukan inspirasi
Bahwa setiap jiwa punya cerita yang patut dihargai
Nabire, 15 Oktober 2023
Rasa Beda Agama
Setelah kita harus berjuang dengan segala sabar
Rasanya kita sudah tak mampu menjemput suara ayah dan ibu
Yang tak segan-segan membuat kita berhenti menghembuskan napas kesetiaan
Barangkali ini bukan tentang menyerah, sepotong cerita utuh yang perlahan runtuh
Biarkan segalanya berhenti untuk kita yakini bahwa kita pernah menjadi rumah
Tuhanmu, aminku
Sering kita mengadu cerita untuk membina hubungan kita
Kesepakatan-kesepakatan kecil selalu menemani kita
Sebuah arah antara melanjutkan atau menghentikan
Jalan sunyi, sepi itu pundak-pundak jauh mengenal restu
Jika di sampingmu, mendengarkan adzan bersahutan dengan megah
Bapa Kami yang ada di Surga, pun masih begitu tabah
Kita hanya tulang-tulang rapuh, yang dibedakan dengan seribu omong kosong
Jumat itu, aku melihatmu menggulung jilbabmu dengan air mata
Lonceng dan Ekaristi, Tuhan dan kita yang sudah kehilangan makna
Restu itu piatu, malam-malam menjadi parau, ingin ku ketuk jumpa kepada nabi
Dan rupamu ku ceritakan pada rabi, aku mencintaimu dari lereng-lereng Alkitab
Yang berbaris di setiap jam-jam perayaan
Imanku, ilhammu…
Segalanya telah berlabu,
Kapal-kapal hadirmu, lenyapkan pelabuhan
Yang kau jangkari sungguh
KM Tidar, Nabire – Makassar, 23 Juni 2023
Hujan di Malam Minggu
Ponselku sepi. Tak ada SMS yang menggetarkan lagi
Sebagaimana setiap malam minggu kau rapalkan kutukan pada sepi
Sesuatu yang paling kucinta, sesuatu yang paling kau benci
Di luar bertebaran remaja kasmaran
Menjaga malam-malam yang gegas
Pada keputusan ini
Aku pergi, kau menepi, kita sepi
Sesudahnya, langit berawan itu tentu akan menangis
Menangisi kita yang bungkam
Bahkan saat banyak orang yang rela terjebak
Tersesat dalam hujan, kupilih enggan menemuimu
Agar rindu ini tak lekas raib
Di luar, hujan
Kepandangi hujan berpindah ke matamu
Selanjutnya, kita adalah sepasang musim yang sedih
Nabire, 17 Desember 2022
Eugene Mahendra Bala Duan lahir 18 Juni 1985 di Lewoleba, Lembata. Saat ini mengabdi sebagai guru di SMP YPPK Santo Antonius, Nabire, kota Provinsi Papua Tengah. Menulis opini di sejumlah media massa dan penikmat sastra