MINGGU, 20 Oktober 1963. Enam belas peti berada di bibir Pelabuhan San Fransisco, United States of America (USA). Peti-peti itu milik Nicky. Isinya buku, pakaian, obat-obatan, dan lain-lain. Loretta menempel tangan di atasnya. “Ini semua adalah bekal awal di tanah Misi,” kata Loretta, ibunda Nicky.
BELASAN peti itu akan menempuh rute panjang. Bersama sang pemilik, Nicky atau lengkapnya Nicholas Strawn, SVD, imam Katolik yang kala itu berusia 28 tahun. SVD tak lain adalah Serikat Sabda Allah atau dalam kata bahasa Latin, Societas Verbi Divini (SVD).
Tiap peti tertera nama jelas alamat Nicky: Pater Nicholas Strawn SVD, 1985, Waukegan RD/PO BOX 6067, Techny, Il, USA. Alamat yang akan dituju tertulis jelas: Misi SVD Ende, Flores, Kepulauan Sunda Kecil, Indonesia.
Pastor Andreas Mua, SVD dalam Semerbak Kerajaan Allah di Bumi Lembata: Dalam Profil Misionaris Amerika Serikat yang Lembut dan Bersahaja Pater Nicholas Strawn SVD mengisahkan, kapal SS President Madison segera buang sauh, jangkar dari bibir San Francisco. Sang bunda, Loretta, menempel telapak tangan di atas belasan peti sang putra, Nicky. Doa ibu (tentu) terdaras.
“Ini semua adalah bekal awal bagi kehidupan dan perjalanan yang baru dimulai di tanah Misi, Indonesia,” ujar Loretta, berbisik. Materai telapak tangan sang bunda mengisyaratkan penyerahan dan dukungan dalam energi yang tak terbatas. Seluruhnya adalah bagi sebuah kebaikan yang akan keluar dari tangan Nicky, sang putra, yang siap menempuh perjalanan misionernya yang pertama.
Belasan peti itu juga simbol kekayaan Nicky, sang misionaris asal negeri Paman Sam, menemani sang pemilik menempuh perjalanan panjang ke benua sangat jauh ‘mencari kemiskinan’ di ufuk-ufuk yang jauh dari belahan bumi selatan dengan sinar matahari yang kaya. Peti-peti itu juga lambang gairah misioner yang gemuruh.
Semuanya dipersiapkan sebagai bekal untuk lima tahun oleh SVD Provinsi Chicago, penderma, dan ibunda serta para saudara dan keluarga terkait. Dalam gerakan derek yang gesit dan rapi belasan peti terangkat dari pelabuhan lalu masuk dalam perut SS President Madison.
“Bunyi sirine kapal melengking di udara pada pagi yang cerah. Nicky berpamit dengan para kekasih. Gairah perjalanan itu berbaur dengan kecemasan dan perasaan haru penuh kasih sayang. Pelukan dan lambaian tangan teriring doa dan kerinduan. ‘God bless you. All the best. See you next time’. Tuhan memberkati. Semoga baik selalu. Sampai bertemu kembali,” kata Mua (hal. 51).
Ande Mua —Pastor Andreas Mua, SVD— adalah imam SVD asal Paroki Hati Amat Kudus Lerek, Dekanat Lembata, Keuskupan Larantuka, Nusa Tenggara Timur. Paroki Hati Amat Kudus Lerek adalah paroki di mana Nicky awal memulai tugas perutusan sebagai imam misionaris di Indonesia. Paroki ini terletak di Desa Lerek, Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Sosok misionaris
Pastor Nicholas Strawn, SVD (Nicky) lahir 24 September 1934 di Oelwein, negara bagian Ohio, Amerika Serikat. Nicky adalah anak keempat dari enam bersaudara pasangan Loren David Strawn dan Loretta Marry Bauer. Tiga kakaknya, (sesuai urutan) adalah Loren Jr, Dale, dan Delbert. Sedangkan dua adiknya, Allan dan Paul.
Awalnya, Loren David Strawn seorang penganut Protestan dan masuk Katolik sejak menikah dengan Loretta, gadis pilihannya. Loren Strawn adalah sosok ayah yang lembut, ramah, tekun, dan suka bergaul. Loren Strawn tinggal di negara bagian Iowa, daerah pertanian dan peternakan yang luas dan subur di bagian Midwest, USA.
Gaya hidup Loren David Strawn sederhana, kelak diwariskan kepada semua anak. “Kalau berdebat ia amat santun. Tidak terdengar kata-kata kasar. Saya tak pernah mendengar ayah memaksakan pandangannya,” ujar Nicky mengenang sang ayah yang sudah berpulang.
Benih panggilan menjadi imam tumbuh saat Nicky berusia 12 tahun. Kala itu ia masih duduk Sekolah Dasar Katolik, tanah kelahirannya. SD ini diasuh para suster dari Kongregasi The Sisters of Mercy. Nicky kemudian masuk SMP Seminari di Epworth, Iowa, selama empat tahun.
Setelah itu, Nicky kemudian menjalani masa novisiat selama dua tahun di Techny, Illinois tahun 1952-1954. Pada 8 September 1954, Nicky resmi menjadi anggota SVD dengan mengikrarkan kaul-kaul kebiaraan. Sebagai frater SVD, ia kembali menyelesaikan College (SMA) selama dua tahun. Tahun pertama di Epworth dan tahun kedua di Michigan.
Sejak 1956-1962, Nicky menyelesaikan studi Filsafat dan Teologi di Seminari Tinggi SVD di Techny. Pada 2 Februari 1962, ia bersama 18 rekannya ditahbiskan menjadi imam. Tahbisan para imam berlangsung khidmat dan dihadiri seluruh komunitas seminari, anggota keluarga, dan umat.
Panggilan menjadi imam, pelayan Sabda tumbuh dari keluarga. Semasa kecil, ibunya membuat altar kecil di kamar rumahnya lalu meletakkan patung Bunda Maria dengan hiasan bunga-bunga segar di sekitarnya.
“Setiap selesai makan malam, ibu mengumpulkan kami semua untuk berdoa. Dalam doa ibu selalu memohon agar salah satu putranya terpanggil menjadi imam. ‘Kalau Tuhan berkenan, utuslah seorang putraku bekerja di kebun anggur-Mu’. Begitu doa ibu saya,” ujar Nicky.
Panggilan menjadi imam diakui Nicky juga dipengaruhi Pastor William Bauer SVD, pamannya yang ia sangat kagumi. Pastor Bauer sering berkunjung ke rumahnya. Sosok imam SVD itu membuat Nicky kecil sangat kagum. William Bauer juga seorang imam berbudi luhur, bijaksana, dan penampilan menarik. Lama kelamaan Nicky memutuskan mengikuti jejak sang paman menjadi seorang imam.
Dermaga Lewoleba
Usai ditahbiskan menjadi imam, Nicky kecil memantapkan niatnya menjadi misionaris untuk berkarya di Indonesia. Namun, niat itu terpendam sejenak menyusul situasi politik Indonesia yang kurang kondusif karena konfrontasi dengan Malaysia tahun 1960-an.
Tetapi setelah berusaha akhirnya Pastor Nicholas berhasil mendapatkan visa Indonesia. Ia tiba di Jakarta pada 26 November 1963. Oleh karena kondisi Ibu Kota Negara kurang kondusif, ia pergi ke Ende, Flores yang merupakan pusat Provinsial SVD. Uskup Larantuka Mgr Anton Thijssen menugaskannya di Paroki Lerek, Pulau Lembata.
Pastor Stef Tupeng Witin, SVD mengisahkan, pada Februari 1964, Pater Nicholas Strawn SVD bersama Pater Laurens Hambach SVD bertolak dari Dermaga Larantuka, ujung timur Pulau Flores menuju Pulau Lomblen (kini Lembata) menumpang Kapal Motor Sitti Nirmala melewati Pulau Adonara dan menyaksikan keindahan Pulau Solor dalam jejak kaki misi Portugal yang fenomenal.
Pater Nicholas SVD tiba di Dermaga Lewoleba (kota Kabupaten Lembata) yang kala itu masih terbuat dari potongan-potongan pohon lontar. Banyak orang telah menunggu di bibir dermaga kayu itu. Para pelayan dari rumah Misi SVD Lewoleba telah menanti untuk melihat wajah misionaris baru untuk tanah Lembata. Ketika itu Lewoleba masih sebuah kampung kecil.
Tubuh Lewoleba masih diselimuti pohon-pohon gebang dan asam yang mendominasi seluruh kawasan di pinggir laut yang rata dan luas itu. Rumah-rumah penduduk masih jarang. Sejumlah toko berada di kawasan pasar. Di area bibir pantai, orang-orang Bajo membangun rumah panggung yang menarasikan wajah perkampungan laut (kabarntt.co, 25 September 2020).
Pastor Nicholas mengawali tugasnya di Lerek dengan berat. Selain berkarya sendirian, ia sulit berkomunikasi dengan umatnya dalam bahasa Indonesia karena umatnya berbahasa daerah. Tetapi ia belajar secara otodidak.
“Meskipun berat, tapi saya mengalami kebaikan hati dari umat Lerek. Mereka sangat terbuka dengan saya dalam pelayanan,” ujar Nicholas. Setelah merayakan pesta perak imamatnya di paroki ini pada 2 Februari 1987, ia dipindahkan ke Paroki Santu Joseph Boto, Kecamatan Nagawutun, Lembata (Majalah HIDUP edisi 10 Oktober 2004).
Provinsial SVD Ende Pater Konrad Kebung SVD menulis, Pater Nicholas Strawn SVD puluhan tahun meninggalkan negaranya dan mengembara secara spiritual dengan pelbagai aktivitas religius-misionernya. Ia hadir untuk memanusiakan umat dan masyarakat Pulau Lembata dan mengantar mereka lebih dekat kepada Tuhan dan kebaikan-Nya.
Pastor Konrad menambahkan, Pastor Nicholas meninggalkan orangtua dan sanak saudara serta seluruh keluarga besarnya, meninggalkan rumah dan tempat kelahirannya yang sudah cukup aman dan makmur ketika itu. Ia rela membangun suatu kehidupan yang sederhana dan miskin seperti sebagian besar umat yang ia layani.
“Terima kasih kami khusus kepada keluarga Pater Niko di Amerika Serikat yang telah merelakan putra terbaiknya untuk Tuhan dan umat di Lembata, Indonesia. Mereka memberinya dengan cuma-cuma dan tidak pernah memintanya kembali. Terima kasih kepada pimpinan tertinggi SVD yang telah mengutus Pater Niko untuk bermisi di Provinsi SVD Ende. Terima kasih kepada pimpinan SVD Provinsi Chicago yang telah merelakan seorang imamnya berkarya di Ende dan tidak pernah menariknya kembali ke negeri asanya,” ujar Pastor Konrad (hal. viii-ix).
Uskup Larantuka Mgr Fransiskus Kopong Kung mengaku bersyukur dan berterima kasih karena boleh menjumpai Nicholas Strawn SVD, seorang pribadi dan pastor sederhana, rendah hati, humanis, bersahabat, ramah tamah, dan dekat dengan umat, rekan-rekan imam, dan siapa saja. Sebagai Uskup, Mgr Kopong mengaku menemukan Nicholas, sosok yang tak banyak bicara tetapi lebih mendengar.
“Terima kasih, Pater Niko atas hidup dan pelayanan sebagai seorang imam biarawan dan pastor bagi umat Allah. Terima kasih kepada SVD yang telah memberikan kepada Keuskupan Larantuka seorang imam dan pastor sederhana, rendah hati, penuh persaudaraan dan baik hati. ‘Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buah itu tetap…’” ujar Uskup Kopong (hal. xiii).
Pada 2 Februari 2025, Pater Nicholas Strawn, SVD merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-63 Imamat Suci. Selamat merayakan HUT ke-63 Imamat suci, Pater Nicholas. Ia adalah satu-satunya misionaris asal Amerika Serikat, negeri pimpinan Presiden Donald Trump, yang masih melayani umat di Lembata di sisa usianya yang kian sepuh. Doa dan salam ke Rumah Sakit Bukit Lewoleba. Semoga sehat selalu dan penuh berkat Tuhan. Thank you very much. May God bless you.
Ansel Deri
Umat asal Paroki Santo Joseph Boto dan Pemimpin Redaksi Odiyaiwuu.com di Dogiyai, Provinsi Papua Tengah
Judul Buku : Semerbak Kerajaan Allah di Bumi LembataDalam Profil Misionaris Amerika Serikat yang Lembut dan Bersahaja Pater Nicholas Strawn SVD
Penulis : P Andreas Mua, SVD
Sekapur Sirih : P Konrad Kebung, SVD
Sambutan : Uskup Larantuka Mgr Fransiskus Kopong Kung
Desain sampul : Herry Makin, SVD
Penerbit : Penerbit Ledalero
Seminari Tinggi Ledalero, Maumere, Flores,
Nusa Tenggara Timur
Percetakan : Titian Galang Printika, Yogyakarta
Cetakan I : 2010
Tebal : xxiv + 302 halaman
ISBN : 978-979-9447-63-3