Sinopsis: Menyingkap Tabir Gelap Konspirasi Politik Pembunuhan John F Kennedy di Dallas - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Sinopsis: Menyingkap Tabir Gelap Konspirasi Politik Pembunuhan John F Kennedy di Dallas

Novel Irian Barat: Bayang-Bayang Intrik Global di Balik Misteri Pembunuhan Kennedy karya Yusron Ihza. Foto: Istimewa

Loading

IRIAN Barat: Bayang-Bayang Intrik Global di Balik Misteri Pembunuhan Kennedy karya Yusron Ihza adalah sebuah novel sejarah yang menyingkap tabir gelap di balik salah satu konspirasi politik terbesar abad ke-20: pembunuhan John F. Kennedy di Dallas tahun 1963!

Mengusung latar perang dingin, persaingan ideologi, dan kepentingan ekonomi korporat besar Amerika, novel ini membawa pembaca ke dalam sebuah perjalanan penuh ketegangan, menguak rahasia di balik tragedi yang mengubah wajah dunia.

Graham Edward Miller, mantan agen Badan Intelijen Pusat atau Central Intelligence Agency, CIA) yang meninggalkan dunia intelijen karena muak atas trik-trik kotor, bertemu dengan Jane Hellen Lewis, seorang wartawan investigatif yang gigih dari Dallas Tribune. Bersama, mereka menyelidiki kematian Kennedy yang sarat kejanggalan. 

Kesimpulan Komisi Warren yang menuding Lee Harvey Oswald sebagai pelaku tunggal kejahatan, dinilai tidak memuaskan. Kecurigaan mereka mengarah pada keterlibatan Allen Dulles —mantan Direktur CIA yang dipecat Kennedy— dan korporasi besar Rockefeller yang mengincar kekayaan alam Irian Barat.

Dalam investigasi mereka, Graham dan Jane menemukan bahwa tragedi Dallas memang tidak terlepas dari latar belakang Perang Dingin. Terutama, garis kebijakan Kennedy yang pasifis, yang mengancam status quo tatanan dunia (sistem bipolar) yang berlaku. 

Akan tetapi gunung emas di Irian Barat yang merupakan deposit emas terbesar dunia, merupakan faktor yang amat signifikan. Terutama, dalam kaitan rezim Bretton Wood yang berlaku saat itu.

Rencana kunjungan Kennedy ke Jakarta bulan Mei 1964 untuk bertemu Sukarno, menjadi kunci dari semua ini. Tegasnya, kunjungan itu akan merupakan “skakmat” bagi Allen Dulles CIA) dalam pertarungan strategi melawan Kennedy.

Jika kunjungan tersebut terlaksana, Kennedy akan berhasil merangkul dan membujuk Soekarno, pemimpin yang berani menentang dominasi dunia barat itu. Soekarno bukanlah tokoh sembarangan. 

Ia merupakan arsitek utama Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung, yang melahirkan Gerakan Non-Blok ─sebuah blok netral yang menolak berpihak pada Blok Barat atau Timur. 

Soekarno bahkan membentuk Conference of the New Emerging Forces (Conefo), organisasi tandingan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), setelah Indonesia keluar dari keanggotaan PBB sebagai bentuk protes atas kebijakan internasional yang dianggap tidak adil.

Allen Dulles dan kelompoknya melihat pertemuan Kennedy dan Soekarno sebagai ancaman besar. Jika Soekarno, yang memiliki pengaruh besar di dunia internasional itu, bersedia menghentikan Konfrontasi dengan Malaysia (yang notabene adalah perangkap CIA dan MI6) atas bimbingan Kennedy, hal itu akan menjadi kemenangan politik gemilang bagi Kennedy. Dan, akan memperbesar peluangnya terpilih kembali sebagai presiden Amerika untuk kedua kalinya.

Tapi, enam bulan sebelum pertemuan itu, Kennedy ditembak mati di Dallas, menyusul kematian Mantan Perdana Menteri (PM) Juanda Kartawijaya (Ketua Tim Perunding Indonesia dalam Program Bantuan Ekonomi Kennedy), yang tewas mendadak di tengah perjamuan makan malam di Jakarta, dua minggu sebelumnya.

Tragedi di Dallas itu adalah satu-satunya cara bagi Dulles untuk menghentikan langkah besar Kennedy. Yaitu, sebuah langkah putus asa setelah ia kalah dalam pertarungan trik dan strategi melawan Kennedy seperti yang disebutkan tadi.

Dari Austin, Texas hingga Jakarta, investigasi Graham dan Jane menyingkap jejak panjang operasi rahasia CIA di Indonesia. Mulai dari mendukung pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) hingga merancang kudeta terhadap Soekarno. 

Melalui pembentukan Kostrad dan reorganisasi militer, CIA memunculkan Soeharto sebagai kuda hitam yang siap menggantikan Sukarno. Rekayasa kudeta berdarah pada tahun 1965 menjadi gong terakhir yang memastikan jatuhnya Soekarno dan naiknya Soeharto, yang diikuti dengan pemberian izin tambang kepada Freeport, kurang dari satu bulan sejak Soeharto menjadi pejabat presiden.

Selain dipenuhi suspense dan intrik yang menegangkan, novel ini juga dihiasi oleh kisah romansa antara Graham dan Jane, yang perlahan tumbuh di tengah badai konspirasi. Hubungan mereka, yang awalnya tak lebih dari sekadar rekan kerja dalam investigasi berbahaya ini, berkembang menjadi cinta sejati.

Setelah menyelesaikan misi mereka di Jakarta, Graham dan Jane yang sempat pulang ke Dallas, tempat tinggal mereka, kembali lagi ke Jakarta untuk menikah di Gereja Katedral di kota itu. Dan, menandai akhir dari perjalanan panjang penuh bahaya serta awal kehidupan baru bersama.

Irian Barat tak hanya cerita tentang konspirasi dan perjuangan mengungkap kebenaran, tetapi juga kisah tentang cinta, keberanian, dan kekuatan tekad di tengah dunia yang penuh intrik. Sebuah novel yang menggugah pikiran, menggetarkan hati dan membawa pembaca memahami sejarah kelam yang terlupakan. 

Asvi Warman Adam

Sejarawan Indonesia dan Profesor Riset Bidang Sejarah Sosial Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Judul: IRIAN BARAT: Bayang-bayang Intrik Global di Balik Misteri Pembunuhan Kennedy

Penulis: Yusron Ihza

Jenis: Novel sejarah

Penerbit: Kompas

Alamat: Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Selatan, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat

Terbit: Januari 2025

Ukuran: 14 x 21 cm

Tebal: 472 hlm

Tinggalkan Komentar Anda :