Yerusel terbenam di Teluk Sorong, Kabupaten Sorong, Papua Barat. Semak belukar menyatu dengan Yerusel. Air laut jernih dipadu pasir yang bersih menggandakan pesona Yerusel dalam deretan destinasi unggulan di provinsi yang kini dipimpin Gubernur Paulus Waterpauw.
PAPUA Barat tak sekadar pesona wisata Raja Ampat yang sudah mendunia. Provinsi itu masih punya Yerusel kalau kaki melangkah menukik hingga perairan Teluk Sorong. Mata pengunjung segera dimanjakan dengan pesona Yerusel, sebuah pulau mungil di Papua Barat.
Yerusel awalnya adalah semak belukar. Memandang saja dari kejauhan bisa saja mata pengunjung segera berpaling. Namun, pemandangan itu seolah tak berlaku bagi Rasit Betekeneng (37), seorang pemuda berdarah Lembata dari kaki lereng Ile Lewotolok, sebelah utara Lembata, pulau yang sudah mendunia dengan tradisi lefa, perburuan paus secara turun temurun.
Orangtua Rasit, lama merantau di provinsi paling timur Indonesia. Rasid yang lahir di Sorong, lalu jatuh cinta pada Yerusel, potensi perairan Teluk Sorong itu. Pemuda itu tak mau berdiam diri. Apalagi, pulau mungil ini memiliki hamparan pasir putih dan air laut yang jernih. Sehingga menambah deretan tempat wisata Papua Barat yang eksotis.
Dahulu, Yerusel merupakan semak belukar yang dijejali rumput tinggi. Feeling Rasit kuat. Ia mengajak warga mendandani destinasi wisata itu menjadi tujuan wisata alternatiff bahkan membawa Yerusel familiar bagi para wisatawan tak hanya domestik namun juga mancanegara.
“Kami secara bergotong royong membersihkan tempat ini. Lalu kami mulai mendesainnya sehingga menjadi menarik,” ujar Rasit Betekeneng mengutip TribunPapuaBarat.com di Sorong, Papua Barat, Kamis, (11/8). Rasid tinggal di Pulau Arr, salah satu pulau kecil dalam gugusan pulau-pulau di Teluk Sorong.
“Orangtua Rasit meninggalkan Lembata lalu merantau di Papua Barat sejak masih muda. Rasit tinggal di Pulau Arr. Setiap pagi dia bawa loangboat miliknya menuju Yerusel. Lama perjalanan sekitar 20 menit. Dia segera menyatu dengan Yerusel, pulau tak berpenghuni,” kata Petrus Boli Lamak, jurnalis TribunPapuaBarat.com saat dihubungi Odiyaiwuu.com di Sorong, Kamis (11/8).
Sinergi
Menurut Rasit, berhari-hari ia mengajak para pelajar dari Pulau Arar membersihkan rumput liar lalu menata Yerusel perlahan indah di mata. Namun, perjuangannya mengubah hutan menjadi tempat wisata unggulan di Papua Barat tidaklah mudah.
Mengubah Yerusel dengan pola penanganan ideal tak sampai akibat minim pengetahuan dan pelatihan. Satu-satunya sumber pengetahuan adalah berselansar di YouTube agar perlahan mendesain pulau itu makin eksotik.
Rasit lalu mengajak pelajar mendesain tempat nongkrong, lopo dan berbagai spot foto di bibir Yerusel. “Saya nonton di YouTube baru saya praktekkan di pulau ini. Ya, meski tak sama persis seperti yang kami nonton di YouTube tetapi paling kurang mendekati ideal sebuah kawasan wisata menarik bagi pengunjung,” kata Rasit lebih jauh.
Pembersihan hutan, lanjut dia, dilakukan atas izin pemilik hak ulayat. Setelah beroperasi, mulai awal Juni, kini tempat wisata ini sudah mulai ramai dikunjungi.
Selain pasir putih, di pulau ini juga terkenal dengan karang dan juga lopster bambu. Dengan tarif Rp 30 ribu pengunjung sudah bisa sampai ke tempat ini.
“Saya sudah minta izin sama pemilik hak ulayat di sini. Mereka izinkan kami untuk kelola. Untuk promosi kami patok harga Rp 30 ribu,” ujarnya.
Ia mengatakan, setelah dibuka sudah ada 100 orang yang berkunjung ke Yerusel. Jadi, keuntungan yang ia terima setiap bulannya Rp 1 juta. Namun, pengunjung tak sekadar menikmati wisata bahari. Mereka juga leluasa menikmati kepiting, saos, tomat, dan buah kelapa muda.
“Sekarang anak-anak sudah sekolah. Jadi, saya berikan kesempatan mereka sekolah dulu. Setelah itu, baru mereka bisa bergabung Kembali usai pelajaran,” katanya.
Ia bersama pelajar juga melakukan sosialisasi tempat wisata ini agar pengunjung semakin ramai. Dan, setiap pengunjung wajib menjaga kebersihan pantai.
Keamanan dan kenyamanan Yerusel juga tetap dijaga. Rasit menyediakan beberapa tong sampah agar pengunjung membuang sampah di tong itu agar pantai terhindar dari sampah. Selaku pengelola ia selalu mengingatkan pengunjung agar tertib membuang sampah.
“Kami selalu ingatkan mereka agar buang sampah pada tempatnya. Ini demi keberlangsungan ekosistem laut,” ujarnya.
Menggapai Yerusel sangat mudah. Para pengunung bisa naik longboad dari pelabuhan Halte Dom, Kota Sorong, Papua Barat menuju Yersel. Perjalanan ditempuh sekitar satu jam melewati perairan Teluk Sorong dan beberapa pulau lainnya.
Nah, bagi para pengunjung yang doyan melakukan perjalanan wisata di tanah Papua, Yerusel bisa jadi opsi menarik lainnya. Menjejakkan kaki di Yerusel lalu merasakan sensasi pesona wisata unggulan boleh jadi adalah kenangan lain dari tanah Papua, potongan surga yang luruh ke bumi. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)