JAKARTA, ODIYAIWUU.com — Perjalanan panjang mencapai puncaknya setelah resmi mendapat pengakuan Badan Dunia Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Unesco sebagai Warisan Dunia tak Benda atau Intangible Cultural Heritage. Pencapaian ini menjadi kebanggaan besar bagi bangsa Indonesia sekaligus menegaskan pentingnya pelestarian budaya nasional.
“Terima kasih kepada semua pihak yang sudah terlibat dalam memperjuangkan kebaya ke Unesco. Banyak sekali organisasi perempuan dan komunitas kebaya yang terlibat langsung dalam agenda besar ini, termasuk pemerintah melalui kementerian terkait dan lembaga teknis yang selalu mendampingi kami,” ujar Ketua Tim Nasional (Timnas) Kebaya Lana T Koentjoro kepada Odiyaiwuu.com di Jakarta, Sabtu (7/12).
Dalam momentum penuh kebanggaan ini, kata Lana, Timnas Kebaya juga baru saja meluncurkan buku berjudul Kebaya: Keanggunan yang Diwariskan karya Miranti Serad dan Emi Wiranto. Buku ini menjadi pengingat pentingnya kebaya sebagai simbol warisan budaya bukan sekadar indah dari aspek estetika.
Namun, lanjut Lana, lebih dari itu kebaya kaya akan nilai sejarah dan makna filosofis. Peluncuran buku ini diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak generasi muda untuk mencintai dan melestarikan kebaya.
Perjuangan pengakuan kebaya dimulai pada 2022 ketika Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia memberikan surat rekomendasi kepada Timnas Kebaya sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap inisiatif komunitas berkebaya. Gerakan ini bertujuan untuk memperjuangkan kebaya agar diakui secara internasional.
Timnas Kebaya aktif menggelar berbagai kegiatan di dalam dan luar negeri. Misalnya, Parade Kebaya Nusantara yang melibatkan diaspora, Car Free Day Berkebaya, Fashion Show Kebaya serta Talk Show yang menggali sejarah dan makna kebaya.
Selain itu, inisiatif tersebut turut mendorong penetapan Hari Kebaya Nasional guna melestarikan kebaya di kalangan generasi muda dan mendapatkan pengakuan dunia. Melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2023 Presiden Joko Widodo menetapkan tanggal 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional.
“Untuk pertama kalinya, Hari Kebaya Nasional dirayakan melalui Parade Kebaya Nusantara di Car Free Day Jakarta dan tujuh kota lainnya di Indonesia. Acara puncaknya berlangsung di Istora Senayan dan dihadiri langsung Bapak Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana sebagai bentuk dukungan penuh terhadap pengakuan kebaya sebagai warisan budaya dunia,” ujar Lana.
Puncak perjuangan ini tercapai dalam Sidang ke-19 Intergovernmental Committee on Intangible Cultural Heritage (ICH) Unesco di Asuncion, Paraguay, pada 4 Desember 2024. Dalam sidang tersebut, kebaya resmi ditetapkan sebagai bagian dari Daftar Representatif Warisan Budaya Tak Benda Unesco.
“Kami sangat bersyukur perjuangan bangsa Indonesia akhirnya membuahkan hasil. Usulan dari Indonesia diterima Unesco sebagai warisan budaya dunia. Hal ini menjadi kebanggaan sekaligus tantangan untuk terus melestarikan kebaya di generasi muda,” ujar Lana.
Lana juga menambahkan, pengajuan kebaya yang dilakukan bersama dengan Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand menegaskan bahwa kebaya sebagai simbol warisan budaya kawasan Asia Tenggara.
Pengakuan ini tidak hanya membawa kebanggaan budaya tetapi juga memberikan dampak positif secara ekonomi. Dengan meningkatnya permintaan, para pengrajin kebaya khususnya perempuan mendapat peluang untuk meningkatkan pendapatan sekaligus memperkuat posisi mereka dalam masyarakat.
“Kebaya kini menjadi bagian dari ekosistem ekonomi yang berkelanjutan. Pengakuan ini menciptakan peluang kerja baru dan memperluas akses pasar bagi komunitas pengrajin kebaya,” ujar Lana.
Di masa akan datang, Lana menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran generasi muda untuk mencintai dan melestarikan kebaya. Momentum ini harus dimanfaatkan untuk menjadikan kebaya tidak hanya sebagai identitas budaya, tetapi juga sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
“Kebaya adalah simbol keindahan, kebanggaan, dan keberlanjutan budaya kita. Pengakuan Unesco ini menjadi bukti nyata pentingnya kolaborasi antara pemerintah, komunitas budaya, dan masyarakat dalam melestarikan warisan leluhur,” katanya.
Menurut Lana, kini kebaya tidak sekadar menjadi ikon budaya Indonesia. Di saat bersamaan juga menjadi simbol pemberdayaan ekonomi dan identitas bangsa yang semakin dikenal di dunia internasional. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)