Bupati Dogiyai Sampaikan Terima Kasih dan Permohonan Maaf kepada Paus Fransiskus di Takhta Suci Vatikan - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Bupati Dogiyai Sampaikan Terima Kasih dan Permohonan Maaf kepada Paus Fransiskus di Takhta Suci Vatikan

Bupati Kabupaten Dogiyai Yakobus Dumupa sekaligus umat Paroki Santa Maria Imaculata Mowanemani, Dekanat Kamuu-Mapia (Kammapi), Keuskupan Timika. Foto: Istimewa

Loading

MOWANEMANI, ODIYAIWUU.com — Bupati Kabupaten Dogiyai Yakobus Dumupa berterima kasih kepada Paus Fransiskus di Takhta Suci Vatikan sehingga atas doa dan tuntunan Roh Kudus, Sri Paus memilih dan menunjuk Pastor Dr Yanuarius Theofilus Matopai You, Pr menjadi Uskup Keuskupan Jayapura. Pastor Yanuarius adalah imam putra asli Papua yang saat ini menjabat Ketua Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Fajar Timur, Jayapura, Papua.

“Saya sebagai umat Katolik Indonesia di tanah Papua dan Bupati Dogiyai menyampaikan terima kasih dan apresiasi tulus kepada Bapa Suci karena telah memilih dan menujuk putra asli Papua, Pastor Yanuarius sebagai Uskup Keuskupan Jayapura. Kami umat Katolik khususnya tanah Papua merasa bersyukur atas anugerah dan karya Agung Tuhan atas peristiwa ini,” ujar Yakobus Dumupa kepada Odiyaiwuu.com dari Mowanemani, kota Kabupaten Dogiyai, Papua, Sabtu (5/11).

Yakobus, umat Paroki Santa Maria Imaculata Mowanemani, Dekanat Kamuu-Mapia (Kammapi), Keuskupan Timika, juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan semua pihak berdoa serta mendukung umat Katolik di tanah Papua yang khusuk dalam doa merindukan muncul Uskup orang asli Papua.

Menurut Yakobus, hampir dua tahun ia meneruskan suara-suara kerinduan umat Katolik Papua, baik yang tinggal di tanah Papua maupun di luar Papua agar Paus Fransiskus melalui KWI mempertimbangkan serius menunjuk seorang Uskup putra asli Papua yang melayani umat di Papua maupun di seluruh wilayah Indonesia.

“Selama ini, umat Katolik tanah Papua baik yang tinggal di gunung, bukit, lembah, ngarai, sungai dan hutan sangat merindukan seorang Uskup putra asli Papua. Sebagai umat Katolik dan pemimpin lokal, hampir dua tahun lebih kami menyuarakan hal ini. Dalam beberapa kesempatan bersamaa umat Katolik dan di hadapan anggota KWI saya tegas meminta dan mendesak harus ada Uskup orang asli Papua,” ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut Yakobus, bila dalam menyampaikan kerinduan dan aspirasi umat Katolik tersebut kurang berkenan, menyakiti hati Sri Paus yang juga pemimpin gereja Katolik sedunia, pihaknya secara pribadi maupun mewakili seluruh umat Katolik di tanah Papua memohon maaf sebesar-besarnya.

“Saya dan kita semua percaya bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan kehendak Tuhan. Karena itu, saya mengajak semua pihak khususnya umat Katolik di Indonesia khususnya di tanah Papua menyambut penunjukan Pastor Yan You sebagai Uskup Jayapura dengan penuh syukur. Kita percaya, apa yang terjadi saat ini merupakan rekayasa Ilahi. Mari kita sambut Uskup baru ini dengan gembira sembari berdoa kiranya semua tugas dan karya kita semua, umat Katolik sesuai kehendak Tuhan,” kata Yakobus.

Dalam pidatonya usai Misa konselebrasi yang dipimpin Uskup Keuskupan Bandung Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC besama sejumlah imam di Mowanemani, Yakobus mengatakan, keanekaragam dapat dirayakan di atas tanah Papua. Selama ini banyak orang asli Papua sudah menjadi pastor, suster, bruder, frater, dan lain-lain.

“Selama ini umat Katolik Papua mengharapkan agar harus ada Uskup orang asli Papua. Selama ini sudah ada Uskup dari Ambon, Kalimantan, Sulawesi, Timor, Jawa, Sumatera, dan lain-lain tetapi hanya orang Papua yang belum bisa jadi Uskup di negara ini. Mungkin karena dorang jelek, kah, bodoh kah sehingga dorang tara (mereka tidak) bisa jadi Uskup. Saya berharap suatu saat pengganti Uskup Bandung adalah imam orang asli Papua,” lanjut Yakobus, mantan misdinar Gereja Santa Maria Imaculata Mowanemani.

Yakobus, mantan anggota Majelis Rakyat Papua (MRP) itu juga sempat melayangkan surat terbuka kepada Paus untuk meminta dipertimbangkan menunjuk imam putra asli Papua menjadi Uskup di tanah Papua. Baik di Keuskupan Agung Merauke, Keuskupan Jayapura, Sorong-Manokwari, Agats-Asmat, dan Timika.

Bupati yang telah menulis belasan buku aneka tema itu mengatakan, suara-suara umat Katolik baik perorangan maupun secara kolektif terdengar kencang setelah sebelumnya hanya bertahan sebatas bisik-bisik. Mengapa muncul suara-suara kaum tak bersuara, voice of voiceless agar imam asli Papua diangkat jadi Uskup di tanah leluhurnya bertolak dari sejumlah alasan.

Pertama, jika sebelumnya mayoritas imam atau pastor merupakan orang non asli Papua, saat ini sudah banyak imam, pastor orang asli Papua. Hal ini berarti dari aspek ketersediaan sumber daya manusia (SDM). Dari aspek kemampuan, saat ini sudah ada imam atau pastor yang bisa diangkat menjadi Uskup di tanah leluhurnya sendiri.

Kedua, untuk menghilangkan ketidakpercayaan kebanyakan orang asli Papua terhadap biarawan dan biarawati, Uskup, pengurus gereja Katolik dan lembaga-lembaga milik gereja Katolik yang selama ini dikuasai oleh kelompok orang non-Papua yang dianggap menjalankan kekuasaan gereja yang banyak merugikan dan mengorbankan orang asli Papua.

Ketiga, Uskup orang asli Papua pasti akan lebih memahami kehidupan di tanah Papua dan orang-orang asli Papua sehingga lebih tahu bagaimana menggembalakan mereka agar gereja Katolik di tanah Papua lebih membumi dan berakar kuat.

“Alasan-alasan ini saya sampaikan bukan karena membenci orang non asli Papua terutama imam maupun Uskup orang non asli Papua. Sebab, saya paham bahwa kita harus hidup saling mengasihi. Ini semata-mata karena untuk menghargai harkat dan martabat orang asli Papua di negeri leluhurnya,” lanjut Yakobus, bupati berusia muda lulusan Program Magister Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :