KOTARAJA, ODIYAIWUU.com — Gereja Kristen Indonesia (GKI) Pniel Kotaraja, Jayapura, Minggu Advent 1 melaksanakan Ibadah penamatan dan pengutusan kelulusan 41 siswa yang menyelesaikan pendidikan pada Program Sekolah Alkitab Malam (SAM) Angkatan 1 Kelas GKI Pniel Kotaraja dan Angkatan 120 SAM GKI di Tanah Papua, Minggu (27/11) pukul 09.00 WIT.
Ibadah pelulusan dan pengutusan SAM yang berlangsung di Gereja Kristen Indonesia Pniel Kotaraja, Papua dipimpin Pendeta Dr Rainer Scheunemann. Pembacaan Firman Tuhan diambil dari Yohanes 6:25-58 dengan tema khotbah: Yesus Roti Hidup Pemberi Hidup Kekal.
Kordinator SAM Kelas GKI Pniel Kotaraja Penatua (Pnt) Tahi Butarbutar dalam sambutannya, mengajak anggota Jemaat memanjatkan syukur dan pujian kepada Tuhan karena atas kasih dan bimbingan-Nya, peserta dapat menyelesaikan proses pembelajaran selama tujuh bulan dengan lancar dan sukses. Pembelajaran dengan waktu selama 270 jam tersebut dimulai dari 5 Mei hingga 22 November 2022.
“Program SAM sangat penting untuk meningkatan kapasitas pengetahuan Alkitab bagi pelayanan majelis jemaat di GKI Pniel Kotaraja. Tahun 2022, kami sukses menyelesaikan Program Pembinaan Jemaat SAM Angkatan 1 dengan peserta sebanyak 41 orang. Mereka adalah alumni SAM tahun 2022. Tahun depan, diharapkan anggota majelis dan warga jemaat yang ingin terlibat dalam pelayanan dan belajar bersama dapat mengikuti program ini,” ujar Butarbutar.
Penatua GKI Pniel Kotaraja Dr Ir Johni Jonatan Numberi, M. Eng, IPM mengatakan, kegiatan belajar melalui SAM merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai seorang majelis jemaat dalam mempeajari Alkitab dengan penuh kerendahan hati. Melalui SAM, peserta dibina untuk menjaga kesaksian hidup dalam semua tindakan, perilaku di manapun mereka berada baik dalam kehidupan berjemaat, berbangsa maupun dan bernegara.
“Kita dibekali Alkitab untuk membantu pelayanan di jemaat sesuai tugas keterpanggilan gereja bersekutu, bersaksi, dan melayani. Kita manusia harus mampu mengasah tiga kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual, intelligence quotient yang didapatkan di kampus, kecerdasan emosional, emotional quotient yang dididik dan dibina keluarga, dan kecerdasan spiritual, spiritual intelligence,” ujar John yang juga Dekan Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih, Jayapura.
Menurut John, kecerdasan spiritual menjadikan manusia benar-benar utuh secara intelektual, emosi dan spiritual, serta dapat menjembatani diri sendiri dan orang lain. Hal ini beralasan karena kecerdasan spiritul membuat manusia lebih mengerti tentang siapa dan makna dirinya. Kecerdasan spiritual juga membuat seseorang dapat memberikan tempat di dalam dirinya atau orang lain.
Makna-makna tersebut, kata John, pada akhirnya akan mendidik dan membentuk pribadi seseorang yang memiliki budi pekerti baik, beretika utuh, dan memanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari baik lingkungan sosial, keluarga, maupun menghadapi masalah biasa.
“Dengan demikian, bila seseorang meski menghadapi masalah berat sekalipun tetapi bila ia tekun dalam doa, menghadapi masalah dengan tenang bermodal kekuatan spiritual, maka ia menjadi penyaur berkat bagi sesama,” kata John lebih jauh.
Dalam Ibadah Pengurus Pusat SAM GKI di Tanah Papua Pendeta Herman Saud, M.Th sekaligus memberikan sambutannya. Pendeta Herman didampingi Wakil Ketua Majelis Jemaat, Pnt Christin Mano bersama Staf Ahli Kementerian Sosial RI Bidang Rehabilitasi Sosial Pnt Dr Drs Benhur Tomi Mano, MM (BTM). Hadir juga Sekretaris Majelis Jemaat Pnt Dr Septinus Saa, M.Si dan pengajar SAM Pendeta Sosor Manurung, M.Miss serta alumni SAM Angkatan 1 GKI Pniel Kotaraja. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)