Hentikan Stigma Negatif terhadap Orang Asli Papua - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Hentikan Stigma Negatif terhadap Orang Asli Papua

Hentikan Stigma Negatif terhadap Orang Asli Papua. Gambar Ilustrasi: Istimewa

Loading

SUDAH terlalu lama orang asli Papua hidup di bawah bayang-bayang stigma negatif yang tidak adil dan menyesatkan. Mereka kerap kali dipandang sebagai kelompok yang tertinggal, keras, bahkan berbahaya. Pandangan ini tidak hanya mencederai martabat kemanusiaan, tetapi juga memperpanjang diskriminasi sistemik yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari — mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga akses terhadap keadilan dan pembangunan.

Stigma ini tumbuh dan mengakar melalui narasi media yang tidak berimbang, kebijakan pembangunan yang eksploitatif, dan pernyataan-pernyataan pejabat publik yang sering kali tidak sensitif. Ketika terjadi konflik atau ketegangan di tanah Papua, orang asli Papua hampir selalu diposisikan sebagai pelaku, bukan sebagai korban dari ketidakadilan struktural. Padahal, banyak dari mereka hanya sedang memperjuangkan hak dasar atas tanah, budaya, dan masa depan mereka sendiri.

Fakta menunjukkan bahwa orang asli Papua memiliki kekayaan budaya, pengetahuan lokal, dan semangat hidup yang luar biasa. Dalam bidang olahraga, seni, musik, hingga pendidikan, banyak anak muda Papua telah menunjukkan prestasi yang membanggakan di tingkat nasional bahkan internasional. Namun, prestasi ini sering kali luput dari perhatian media arus utama. Yang lebih disorot justru kekerasan, kemiskinan, dan stereotip lama yang menyudutkan.

Sudah saatnya bangsa Indonesia, khususnya media massa, mengubah cara pandangnya terhadap orang asli Papua. Media memiliki peran strategis dalam membentuk opini publik dan memutus rantai prasangka. Dengan menyajikan pemberitaan yang adil, manusiawi, dan berbasis fakta, media bisa menjadi jembatan pemahaman antarwarga bangsa, bukan malah memperlebar jurang perbedaan.

Pemerintah pun memiliki tanggung jawab besar untuk menghentikan segala bentuk diskriminasi terhadap orang asli Papua. Ini bukan semata soal pembangunan infrastruktur, tetapi tentang pengakuan, penghormatan, dan pemberdayaan. Orang asli Papua berhak menentukan arah hidupnya sendiri, tanpa harus dicurigai atau dihambat hanya karena mereka berbeda secara fisik, budaya, atau sejarah.

Indonesia tidak akan benar-benar merdeka apabila sebagian warganya masih diperlakukan sebagai warga kelas dua. Kita tidak boleh lagi membiarkan stigma merusak harga diri dan masa depan generasi Papua. Yang dibutuhkan hari ini adalah keberanian moral untuk berkata cukup: cukup sudah ketidakadilan, cukup sudah pengabaian, cukup sudah stigma.

Hentikan melihat orang asli Papua dari lensa kecurigaan. Mulailah melihat mereka sebagai bagian utuh dari bangsa ini — yang setara, bermartabat, dan memiliki hak yang sama untuk dihargai, dihormati, dan diberi kesempatan. (Editor)

Tinggalkan Komentar Anda :