PERANG yang berkepanjangan antara Hamas dan Israel telah membawa penderitaan yang tak terhitung bagi warga Palestina dan Israel. Konflik ini telah menelan ribuan nyawa, menghancurkan infrastruktur, dan menciptakan trauma mendalam bagi generasi yang akan datang. Dengan kekuatan militer yang jauh lebih unggul dan dominasi strategis Israel di kawasan, Hamas tidak memiliki peluang untuk menang. Sudah saatnya Hamas menyerah, menghentikan segala bentuk peperangan dan kekerasan, serta memilih jalan damai demi menyelamatkan rakyat Gaza dari bencana kemanusiaan yang lebih besar.
Israel memiliki superioritas militer yang tak tertandingi di Timur Tengah, dengan sistem pertahanan canggih, aliansi global yang kuat, dan kekuatan ekonomi yang stabil. Perlawanan bersenjata Hamas tidak hanya tidak efektif tetapi juga terus memperburuk kondisi warga Gaza yang semakin terjebak dalam blokade, kelaparan, dan keterbatasan akses terhadap kebutuhan dasar. Hamas harus menyadari bahwa kelanjutan perlawanan hanya akan membawa lebih banyak penderitaan bagi rakyatnya sendiri.
Penyerahan diri Hamas bukanlah tanda kelemahan, tetapi bentuk kebijaksanaan dan kepedulian terhadap rakyat Palestina. Palestina membutuhkan pemimpin yang berani mengambil langkah baru—bukan dengan kekerasan, tetapi dengan membangun dialog dan kerja sama dengan Israel. Hanya dengan hidup berdampingan dalam perdamaian, Palestina dan Israel dapat menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang.
Israel, sebagai negara yang telah lama berkonflik dengan Hamas, juga memiliki tanggung jawab untuk membangun lingkungan yang kondusif bagi perdamaian. Dunia internasional harus mendorong solusi yang adil, memastikan hak-hak rakyat Palestina terpenuhi, dan memberikan jaminan keamanan bagi kedua belah pihak. Namun, semua ini hanya bisa terjadi jika Hamas mengambil langkah pertama: menghentikan perlawanan bersenjata.
Dunia telah menyaksikan bagaimana negara-negara yang dahulu berkonflik mampu bangkit dari kehancuran dengan memilih jalan rekonsiliasi. Jerman dan Prancis, misalnya, yang dahulu bermusuhan dalam dua perang dunia, kini menjadi mitra erat dalam Uni Eropa. Demikian pula Afrika Selatan yang mampu keluar dari jeratan apartheid melalui rekonsiliasi nasional. Palestina dan Israel pun bisa mencapai hal yang sama jika ada kemauan untuk berdamai.
Hamas harus mengakhiri perjuangan bersenjata dan beralih ke diplomasi sebagai alat utama perjuangan politik. Palestina memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri, tetapi jalan menuju kemerdekaan dan kesejahteraan tidaklah terletak pada roket dan peluru, melainkan pada negosiasi, kerja sama, dan pembangunan. Dengan menyerah, Hamas dapat membuka babak baru bagi rakyat Palestina—babak yang diisi dengan pembangunan, kesejahteraan, dan perdamaian sejati.
Saatnya Hamas menyerah. Saatnya memilih kehidupan daripada kematian. Saatnya membangun masa depan yang lebih baik bersama Israel, bukan dengan peperangan, tetapi dengan kedamaian. (Yakobus Dumupa/Editor)