JAKARTA, ODIYAIWUU.com — Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Paul Finsen Mayor (PFM) mendesak Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto untuk mencopot Brigjen TNI Endra Saputra Kusuma ZR, SE dari jabatannya sebagai Komandan Resimen Induk Kodam (Danrindam) XVII/Cenderawasih.
Desakan senator Daerah Pemilihan (Dapil) Papua Barat merespon statemen Endra Kusuma yang hendak menutup dan membongkar GKI Immanuel Ifar Gunung di komplek militer Rindam Cenderawasih, Jayapura. Statemen tersebut memicu protes dan aksi massa dari jemaat gereja.
Senator PFM menilai, statemen Danrindam Cenderawasih merupakan tindakan kurang simpatik, arogan dan sangat berbahaya. Bahkan pernyataan tersebut berpotensi memicu terjadinya perpecahan antar umat beragama di tanah Papua.
“Sangat disayangkan pernyataan Danrindam XVII/Cenderawasih tersebut. Sebagai pimpinan militer seharusnya mempunyai kepekaan hati nurani, mampu menjaga lisan dan bertindak bijak agar tercipta kedamaian di wilayahnya. Ini justru kontradiksi. Danrindam justru memunculkan indikasi perpecahan antar agama,” ujar Paul Finsen Mayor melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (14/11).
PFM, anggota Komite I DPD RI membidangi masalah politik, pemerintahan, hukum, HAM, pertahanan dan keamanan yang bermitra dengan TNI-Polri, mendesak Panglima TNI untuk mencopot Danrindam Cenderawasih.
Senator yang juga Ketua Kerukunan Keluarga Papua (KK Papua) menilai, pernyataan tersebut menimbulkan gejolak di masyarakat serta kalangan anggota TNI sendiri. Pasalnya, kata PFM, seolah-olah ada upaya membenturkan antar anggota muslim dan nasrani.
“Jangan bermain-main dengan orang Papua terkait isu agama. Apalagi Danrindam baru sebulan di Papua. Sebaiknya mempunyai empati dan memahami kepercayaan masyarakat Papua. Karena kami, orang Papua selain adat istiadat, kami juga menjunjung tinggi agama kami,” katanya.
PFM juga mengingatkan, seorang prajurit TNI memegang teguh Sapta Marga dan Sumpah Prajurit yang merupakan pedoman dalam menjalankan tugas dan juga pedoman dalam kehidupan sehari-hari sebagai abdi negara.
“Lalu dimana Sapta Marga dan Sumpah Prajurit itu, kalau justru menimbulkan gejolak dan mengusik kedamaian Masyarakat,” ujar Ketua Dewan Adat Papua Wilayah III Doberay ini retoris.
Di Papua sendiri, sebut PFM, secara umum suasana sedang kondusif. Praktis tidak ada persoalan besar di masyarakat yang disebabkan oleh isu agama. Namun, riak-riak kecil seperti kasus ini bisa membesar jika tidak segera diredam. Untuk itu, pihaknya berharap agar kasus ini sebaiknya menjadi atensi serius agar tidak memicu persoalan baru.
Sementara itu, pihak Kodam Cenderawasih menegaskan, video yang beredar di media sosial terkait aksi penyampaian aspirasi jemaat Gereja GKI Imannuel Ifar Gunung, Sentani, bukan persoalan yang berkaitan dengan agama. Namun, bentuk ketidaknyamanan yang kini telah masuk dalam proses mediasi antara kedua pihak.
Kepala Penerangan Kodam Cenderawasih Letkol Inf Tri Purwanto, SIP menekankan pentingnya menjaga toleransi antarumat beragama di Papua yang selama ini dikenal kuat dan harmonis.
“Ini bukan permasalahan agama. Ini murni terkait ketidaknyamanan yang dirasakan jemaat, berita tentang pembongkaran gereja itu tidak benar/Hoaks dan saat ini sudah ditangani melalui proses mediasi antara pengurus jemaat dan pihak Rindam Cenderawasih,” ujar Tri di Jayapura, Jumat (14/11).
Tri mengatakan, mediasi tersebut dilakukan langsung Kusuma bersama Pendeta Mince Manyakori, S.Si, dan sejumlah perwakilan jemaat. Dalam pertemuan itu, Kusuma menyampaikan komitmennya menjaga kerukunan umat beragama di tanah Papua serta membuka ruang komunikasi terkait pemakaian lahan yang berada di area Rindam bila dibutuhkan jemaat.
Pihak jemaat disebut telah memahami maksud baik Danrindam dan situasi pascamediasi berlangsung kondusif.
Tri kembali mengimbau seluruh tokoh agama, tokoh masyarakat, dan seluruh warga Papua untuk menjaga keharmonisan dan tidak mudah terprovokasi informasi yang belum tentu benar.
“Kami mengajak semua pihak untuk terus menjaga toleransi antarumat beragama. Perselisihan ini akan ditindaklanjuti dengan baik oleh Kodam XVII/Cenderawasih. Papua adalah rumah bersama yang kedamaiannya harus dirawat,” kata Tri.
Tri menambahkan, dengan penyelesaian yang mengedepankan dialog dan sikap saling menghormati, pihak Kodam Cenderawasih berharap hubungan antarumat beragama di Papua terus terjaga dan menjadi contoh kerukunan bagi daerah lain di Indonesia. (*)










