JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Pihak RRI Jayapura bekerja sama dengan Korem 172/Praja Wira Yakthi (PWY) dan Badan Gizi Nasional (BGN) Papua Tengah menggelar acara dialog interaktif bertajuk Asta Cita di Ujung Timur Cerita, Sinergi, dan Kepedulian di Studio RRI Jayapura, Rabu (12/11) mulai pukul 100.00-11.00 WIT.
Dialog interaktif yang dipandu Ida Susilawati dari RRI Jayapura menghadirkan Kepala Seksi Teritorial (Kasiter) Kepala Staf Korem (Kasrem) 172/Praja Wira Yakthi Kolonel Inf I Wayan Deddy Suryanto, SE dan Koordinator Wilayah (Korwil) Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Badan Gizi Nasional (BGN Papua Tengah Marsel Asyerem sebagai narasumber.
Menurut Wayan Suryanto, dalam dialog interaktif tersebut dibedah beberapa isu krusial seperti makna dan implementasi Program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto di wilayah Papua, ujung timur Indonesia. Selain itu, strategi sinergi TNI dan Badan Gizi Nasional di Papua dalam mendukung Program Makan Bergizi Gratis.
Berikut isu partisipasi dan pelibatan masyarakat lokal dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam penyediaan bahan pangan serta tantangan pelaksanaan di lapangan seperti masalah geografis, logistik, higienitas hingga mencuatnya berita hoaks di tengah masyarakat.
Kemudian, peran aktif Bintara Pembina Desa (Babinsa) dan Koperasi Merah Putih dalam mendukung distribusi pangan local serta kegiatan karya bakti TNI sebagai wujud nyata kepedulian sosial.
“Delapan misi strategis Bapak Presiden dalam Asta Cita, salah satu fokusnya Adalah pembangunan sumber daya manusia, SDM. Kami selalu siap dan berperan aktif dalam mendukung program pemerintah melalui kegiatan ketahanan pangan, penyediaan air bersih, dan pengawasan Program Makan Bergizi Gratis. Kami ambil bagian sebagai pengawal dan akselerator dalam pelaksanaan program pemerintah di akar rumput,” ujar I Wayan di Jayapura, Papua, Rabu (13/11).
Menurut Wayan, dalam mendukung Program MBG pihaknya menegaskan, setiap dapur MBG wajib memiliki sertifikat laik hygiene dan dapur yang tidak memenuhi standar operasi prosedur, SOP akan ditutup sementara.
“TNI juga berperan aktif dalam mendukung distribusi bahan pangan dengan memberdayakan Babinsa sebagai penghubung antara dapur MBG dan masyarakat. Koperasi Merah Putih TNI juga berfungsi sebagai lembaga penyalur hasil pangan masyarakat ke dapur MBG. Kami melibatkan mama-mama Papua dalam kegiatan pertanian dan pengolahan pangan untuk mendukung ketahanan gizi anak-anak sekolah,” kata Wayan.
Wayan, prajurit berdarah Bali, menambahkan, pihak Korem Praja Wira Yakhti juga secara rutin melaksanakan kegiatan karya bakti seperti pembersihan sungai, penanaman 80.000 pohon, dan donor darah.
“Kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian TNI terhadap lingkungan dan masyarakat sekaligus mencegah terjadinya banjir di Jayapura,” ujar Wayan, mantan Komandan Kodim 1703/Deiyai, Papua Tengah.
Wayan menegaskan, TNI hadir bukan hanya untuk menjaga keamanan tetapi melayani masyarakat setulus hati. Ia juga mengajak masyarakat dan seluruh elemen bangsa khususnya di tanah Papua untuk bergandengan tangan dalam kerja-kerja kolaboratif membangun Papua agar warganya sehat dan sejahtera.
TNI sebagai anak bangsa, ujar Wayan, hadir bukan hanya sebagai penjaga keamanan, tetapi juga sebagai pelayan masyarakat. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, TNI tetap berkomitmen untuk membantu pemerintah dan rakyat Papua. Keberhasilan bangsa ini, katanya, bergantung pada niat dan kerja sama semua pemangku kepentingan, stakeholders.
“Saat kita bersatu dan bekerja dengan hati, maka semua tujuan akan lebih mudah tercapai. Ingatlah, orang gagal selalu mencari alasan, tetapi orang sukses selalu mencari solusi. Mari kita jadi bagian dari orang-orang yang memberi solusi untuk bangsa ini. Dari tanah Papua, kita wujudkan Indonesia yang maju, kuat, dan bermartabat,” ujar Wayan, Dandim “Lahan Kering”, julukan yang disematkan karena kegigihannya bersama prajurit memberdayakan lahan tidur warga saat mengabdi di Kodim Deiyai.
Sedangkan Marsel Asyerem menjelaskan, pelaksanaan Program MBG di Papua Tengah melibatkan masyarakat local. Lima puluh persen tenaga kerja di dapur MBG merupakan warga asli Papua. Program MBG memegang prinsip dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat serta menggunakan bahan pangan lokal seperti ubi, keladi, dan papeda.
Marsel dan Wayan juga sepakat ada sejumlah isu yang menjadi tantangan bersama pemerintah di tingkat lokal (grassroot) di tanah Papua dalam menyukseskan berbagai program pemerintah. Misalnya, informasi hoaks yang menyesatkan masyarakat seperti isu makanan beracun.
Kemudian, kondisi geografis Papua yang sulit dijangkau, harga bahan pangan tinggi di daerah terpencil, dan kurangnya sertifikasi higienitas dapur MBG.
“Program Asta Cita Bapak Presiden di Papua berjalan dengan baik berkat sinergi antara TNI, Badan Gizi Nasional, dan masyarakat. Pelaksanaan MBG di Papua melibatkan masyarakat lokal secara aktif, baik dalam produksi maupun distribusi pangan,” kata Wayan.
Selain itu, TNI berkomitmen untuk terus mengawal dan memastikan tidak adanya penyimpangan atau penyelewengan dana dalam Program MBG. Pentingnya sertifikasi higienitas dapur dan penerapan SOP menjadi kunci keberhasilan program. Kolaborasi lintas sektor perlu terus diperkuat untuk menjaga stabilitas sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat Papua.
Dialog interaktif tersebut juga menyodorkan sejumlah usul dan saran. Pertama, Pemerintah daerah perlu meningkatkan fasilitas transportasi dan infrastruktur logistik untuk mendukung Program MBG.
Kedua, diperlukan peningkatan pelatihan bagi tenaga dapur MBG dan Babinsa terkait SOP kebersihan serta manajemen gizi. Ketiga, RRI Jayapura diharapkan terus berperan sebagai media komunikasi publik yang positif dalam menyebarkan informasi pembangunan.
Keempat, TNI akan memperluas kegiatan karya bakti lingkungan dan sosial sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat. Kelima, setiap Korem dan Kodim diharapkan dapat mencontoh pola sinergi ini sebagai model nasional dalam pelaksanaan Asta Cita di daerah lain.
Dialog tersebut berjalan lancar dan sukses. Selama acara berlangsung, masyarakat aktif memberikan pertanyaan terkait pengawasan Program MBG, mekanisme kontrol Babinsa serta kebersihan dapur MBG di tanah Papua, ujung timur Indonesia. (*)










