SOLO, ODIYAIWUU.com — Timnas Mali U-17 memang membuktikan kelasnya dengan bermain bagus di babak semifinal Piala Dunia U-17 2023, tapi sayang laga final menjadi milik Prancis U-17. Les Bleus menang 2-1 pada pertandingan yang berlangsung di Stadion Manahan, Solo, Selasa (28/11) malam.
Di partai puncak Prancis akan menjamu Jerman pada Sabtu (2/12) di Stadion Manahan. Sementara Mali U-17 memperebutkan peringkat tiga melawan Argentina U-17, sehari sebelum final dilangsungkan atau Jumat (2/12).
Pada laga semifinal, Mali menunjukkan diri sebagai tim yang pantas diperhitungkan. Bahkan Mali mencetak gol lebih dalu di akhir babak pertama (45+4′) lewat kaki kapten Ibrahim Diarra.
Diarra memanfaatkan kesempatan dengan baik setelah bola buangan kiper Prancis malah jatuh di kakinya. Tanpa pikir panjang, dia langsung meneruskan. Bola masuk tanpa bisa dihentikan.
Untuk kali pertama pula kiper Paul Argney kebobolan. Sebelumnya sepanjang turnamen, Argney belum pernah kemasukan kecuali dalam adu penalti.
Sayang, permainan keras Mali menjadi bumerang buat mereka. Mereka harus kehilangan Souleymane Sanogo yang diganjar kartu merah.
Hasil VAR membuktikan Sanogo telah melakukan pelanggaran keras dengan melakukan tekel terhadap Sadi Aymen. Mali pun harus bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-55.
Unggul jumlah pemain jadi keuntungan Prancis. Tebukti mereka akhirnya menyarangkan dua gol ke gawang Mali. Gol pertama datang dari sundulan Yvann Titi di menit 56, yang memanfaatkan umpan tendangan bebas dari Ismail Bouneb.
Meski kebobolan, intensitas serangan Mali tidak berkurang. Sayangnya banyak peluang tercipta tetapi belum terkonversi gol.
Permainan semakin keras, kembali berakibat pelanggaran yang memberikan Prancis tendangan bebas di area tak jauh dari gawang Mali.
Bouneb pun mengeksekusi dengan baik dan menjadi gol di menit ke-69. Tendangan langsungnya yang melengkung menembus blokade pemain yang berdiri di depan gawang. Bola meluncur ke pojok kiri bawah gawang Mali tanpa bisa diantisipasi. Keunggulan untuk Prancis 2-1.
Dua kesempatan emas sesungguhnya kembali didapatkan Mali, sayang lagi-lagi belum bisa berbuah gol. Bahkan peluang emas di dua menit jelang pertandingan berakhir hanya membentur mistar atas gawang Prancis. Hingga peluit panjang berbunyi, keunggulan tetap untuk Les Bleus.
Pelatih Mali Soumaila Koulibaly mengatakan, sebenarnya tim asuhnya memainkan laga dengan baik. Namun, sedikit berubah ketika pemainnya diganjar kartu merah.
“Meski sulit tapi kami tetap berusaha menciptakan beberapa kesempatan untuk menyamakan kedudukan. Tapi sayang, kami tidak bisa melakukan yang terbaik. Saya sendiri juga telah memberikan masukan kepada pemain saat jeda minum, dan berharap mereka bisa lebih menikmati permainan. Jadi saya pikir kami hanya tidak beruntung kali ini,” kata Koulibaly.
Meski kalah dan gagal untuk kali pertama menatap final, dia mengaku timnya tetap gembira dengan hasil yang diraih. Secara keseluruhan dia menilai timnya bermain cukup baik.
Sementara itu, pelatih Prancis Jean Luc Vannuchi mengatakan, laga melawan Mali sudah diperkirakannya berjalan ketat. Anak asuhnya bermain intensif, bermain dengan baik. Memainkan serangan dari belakang di babak pertama. Kemudian bertahan untuk menyerang.
“Kami pun memenangkannya dan saya sangat puas dengan performa para pemain. Saat kami kebobolan di pertengahan babak pertama, rasanya sangat sulit. Tapi kami tetap optimistis karena saat melawan Spanyol kami juga tertinggal lebih dahulu,” kata Vannuchi.
“Jadi ini ibarat ulangan. Semua yang kami persiapan dalam latihan sesuai dengan yang kami perkirakan. Kami tidak khawatir. Karena kami hanya mengubah satu pemain di sayap untuk mengubah kecepatan dan lihat bagaimana kami bereaksi tadi,” ujar Vannuchi lagi.
Prancis baru pertama kali mencapai babak final Piala Dunia U-17 ini. Sebelumnya pencapaian terbaik negeri fashion itu adalah semifinalis di edisi 2019. Laga melawan Jerman di final nanti, akan menjadi final ulangan kejuaraan Eropa U-17 UEFA pada Juni 2023. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)