SALATIGA, ODIYAIWUU.com — Direktur Percik Institute, Salatiga Haryani Saptaningtyas SP, M. Sc, Ph. D, Sabtu (9/12) pukul 09.00-15.00 tampil membahas tentang teori dan praktik analisis sosial saat berlangsung Pelatihan Analisis Sosial dan Penulisan Esai Bagi Mahasiswa Papua di Gedung F Kampus Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Selain Haryani, tampil juga Dr Thung Julan (Peneliti BRIN).
“Analisis sosial tidak sekadar metode tetapi perspektif, cara pandang dan pendekatan. Ada perbedaan antara analisis sosial dan penelitian. Kalau analisis sosial menemani masyarakat mengidentifikasi masalah, merumuskan rencana dan implementasi untuk perubahan sosial,” kata Haryani.
Menurut Haryani, salah satu nilai atau prinsip dari analisis sosial adalah harus dilakukan secara terus-menurus. Analisis sosial tidak sekadar metode tetapi sebagai senjata untuk perubahan sosial. Dalam analisis sosial harus ada dampak setelah melakukan pendampingan kepada masyarakat. Sedangkan pada penelitian lebih bersifat subjektif, seorang peneliti mengetahui permasalahan, rumuskan masalah sendiri dan mengusulkan solusi.
Sedangkan Dr Thung Julan membahas materi, Menganalisis Relasi Sosial Dalam Masyarakat Majemuk. Dalam paparannya ia mengatakan, interaksi antar kelompok bersifat dinamis. Namun penelitian tentang relasi sosial umumnya bersifat statis, memotret. Seringkali penelitian tentang relasi sosial tidak berkontribusi banyak terhadap hubungan yang konfliktual.
“Meneliti dan mencari solusi adalah dua hal yang berbeda. Ketika melakukan penelitian awal, jangan mencari solusi. Yang dicari adalah pemahaman tentang apa yang dipetakan dan dikatagorikan. Mencari solusi adalah penelitian pada tingkat berikutnya setelah kita paham dinamika yang ada di dalam masyarakat. Tanpa pemahaman yang utuh, pencarian solusi akan menemui kegagalan, atau yang didapat adalah solusi palsu,” katanya.
Selain itu, Thung menambahkan setiap orang mesti menempatkan diri dalam konteks kehidupan sehari-hari yang kompleks. Tidak ada yang sederhana dalam kehidupan karena banyak hal saling terkait. Artinya, sejak awal harus berpikir kompleks. Namun, harus mengkategorikan temuan di lapangan ke dalam konsep yang mudah dipahami, jangan memakai teori yang rumit.
Pelatihan diselenggarakan selama tujuh hari, mulai 8-16 Desember 2022. Pelatihan dengan mengangkat tema Bersama Menulis Papua ini merupakan kegiatan kolaboratif antara UKSW dengan BRIN, UGM, Universitas Brawijaya Malang dan Departemen Gugus Tugas Papua Pengurus Pusat Pemuda Katolik. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)