Perspektif Pemekaran Daerah Otonom Baru di Tanah Papua (3) - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan
OPINI  

Perspektif Pemekaran Daerah Otonom Baru di Tanah Papua (3)

Methodius Kossay

Loading

Oleh Methodius Kossay
Kandidat Doktor Ilmu Hukum Universitas Trisakti

MASYARAKAT dan segelintir elite yang menginginkan pemekaran adalah kaum atau kelompok oportunis. Kelompok ini penganut oportunisme, sebuah aliran pemikiran yang menghendaki pemanfaatan kesempatan seluas-luasnya untuk mendulang untung menjulang untuk diri sendiri, kelompok atau suatu tujuan tertentu.

Kelompok ini abai melihat kepentingan dan kebutuhan komunal mayoritas masyarakat. Oportunisme dalam rumusan lain ialah tindakan bijaksana yang dipandu oleh keinginan, motivasi demi diri sendiri. Kelompok oportunisme yang memanfaatkan momen pemekaran wilayah tanah Papua menjadi daerah otonom baru provinsi cenderung bergerak dan berpikir dengan alur tunggal: demi mendulang untung untuk diri sendiri dan kelompoknya.

Motivasi utama dari kelompok oportunisme adalah mementingkan sikap egoisme dan dengan aneka dalil dan modus untuk mencapai tujuannya. Kelompok ini akan terus berkembang dan bergerilya di manapun mereka berada. Isu hangat Papua yang berkembanga saat ini tentang pemekaran daerah otonom baru provinsi di Papua menjadikan rencana pemekaran ladang kepentingan dan kekuasaan dalam meraup keuntungan pribadi, golongan dan kelompok tertentu.

Kelompok ini paham dan tahu situasi dan kondisi riil di Papua seperti ketidakadilan, diskriminasi, pelanggaran hak asasi manusia, dan lain sebagainya. Namun, dominasi ego serta kebrobrokan karakter dan moral menjadikannya mereka buta di atas kenikmatan materi di tengah jeritan rakyat Papua. Mudah dihasut, dimonopoli dan propaganda politik berkedok pembangunan dan kesejahteraan dalam payung otsus Papua. Kelompok ini akan terus bersuara di balik sokongan oknum elit, pengusaha, dan pialang politik tertentu.

Potret buram

Mentalitas para elit politik lokal di Papua yang haus jabatan dan kedudukan adalah potret buram dan pil pahit pahit yang harus diterima masyarakat Papua. Kelompok oportunisme dan para elit politik lokal yang berada dalam satu tujuan, berusaha untuk mengobok-obok Papua.

Mereka merebut kekuasaan bahkan berusaha meloloskan kepentingan pribadi dan kelompoknya di atas penderitaan rakyat sebagai pilihan sikapnya. Kelompok oportunis ini tanpa berpikir kritis dan logis tentang masa depan anak dan cucu di tanah Papua tapi seolah memenjarakan rakyat dan tanah leluhurnya demi kuasa dan perut.

Kondisi riil di internal jajaran pemerintahan daerah di tanah Papua sedang tidak sehat. Para bupati yang seharusnya memberikan spirit dan dukungan kepada Gubernur Papua ketika sakit, kini bergerilya lalu melancarkan aneka kepentingan politik, meninggalkan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengemban mandat publik di daerah, ibu bumi yang telah melahirkan dan membesarkan mereka.

Spirit orang Papua dalam konteks “bermufakat menyelesaikan masalah dan hidup bersama saling menjaga dan melindungi sebagai keluarga” yang diajarkan di honai secara turun-temurun oleh nenek moyang (para tetua adat) orang Papua, hilang ditelan zaman oleh kepentingan politik dan kekuasaan. Gubernur dan para bupati di Papua sejatinya menjadi figur dengan karakteristik yang dimilikinya masing-masing untuk mendongkrak pembangunan di daerah.

Maka Gubernur bersama para bupati di seluruh tanah Papua harus bersatu dalam membawa perubahan di Papua, tanah leluurnya. Atmosfer masyarakat Papua saat ini, khususnya di wilayah pegunungan sedang tercerai berai, dihantui rasa ketakutan dan kekhawatiran sepanjang hidup.

Dalam konteks rencana pemekaran daerah otonom baru di Papua. Indonesia sebagai negara demokrasi dalam menyampaikan aspirasi dan hak konstitusi yang akomodir oleh UUD 1945, maka masyarkat di Papua berhak untuk menyampaikan pendapat dan pandangan dalam pemekaran daerah otonom baru entah mendukung atau menolak.

Tatkala masyarakat tanah Papua menolak rencana pembentukan daerah otonom baru dengan tujuan menambah koleksi provinsi di Papua, di situlah kecerdasan elite tengah diuji. Saat ini Papua menjadi lembar ujian paling nyata melihat kecerdasan elite. Tak sekadar dari pusat namun juga dari tanah Papua, surga kecil yang jatuh di bumi.

Ujian itu (pemekaran) memastikan hati siapa sungguh mengabdi dan berkiblat kepentingan rakyat Papua. Tentu bukan kelompok oportunis yang bakal mendulang untung dalam rencana pemekaran ini. Who knows? (Bersambung)

Tinggalkan Komentar Anda :