Garuda Terbang Menuju Fajar Baru
Malam perlahan pudar dan langit Timur mulai memerah
Garuda membentangkan sayapnya
Menyongsong fajar yang menjanjikan cahaya
Di setiap hembusan angin, ia membawa harapan
Menyebarkan mimpi-mimpi yang tersimpan di hati bangsa.
Dengan sayapnya yang perkasa
Garuda melampaui gunung-gunung tinggi
Melintasi lautan luas
Menyatukan semangat para pejuang, yang tak pernah gentar menghadapi badai
Fajar baru bukan sekadar janji, melainkan kenyataan yang sedang diraih.
Setiap kepakan sayapnya adalah langkah maju
Melintasi batas-batas yang dulu membelenggu
Menghancurkan belenggu ketakutan dan keraguan
Mengganti kegelapan dengan sinar keyakinan
Garuda terbang tinggi Melampaui mimpi-mimpi usang
Menciptakan realitas
Dimana anak-anak negeri tersenyum dalam damai.
Di bawah sayap Garuda, nusantara bersatu
Menyongsong hari baru dengan tekad bulat
Fajar bukan hanya simbol
Melainkan awal dari kebangkitan
Dari masa depan yang kita bangun bersama
Dengan keberanian, kebijaksanaan, dan cinta.
Garuda terus terbang, tak kenal lelah
Mengepakkan semangat ke seantero negeri
Mengajak kita bangkit dan bergerak
Menuju cahaya yang kini menyingsing.
Dan…
Ketika fajar tiba
Kita tahu, bahwa kita telah tiba
Di era baru yang penuh harapan dan peluang
Dimana Garuda terbang Bukan untuk dirinya,
tetapi untuk seluruh bangsa, menuju fajar yang membawa kejayaan bagi kita semua.
Nabire, 17 Agustus 2024
Untukmu Indonesiaku
Indonesia, namamu tersulam di peta dunia
Dengan warna yang pernah memancar penuh asa
Namun kini, adakah kau masih mendengar suara rakyatmu yang tenggelam dalam derita?
Langit biru menjadi saksi bisu
Kini dihiasi asap dari api ambisi
Hutan-hutan, paru-parumu, terbakar tanpa ampun
Hingga udara pun enggan singgah di negeri ini.
Kemana hilangnya rasa kasih, yang dulu menuntun kita pada persatuan?
Kini, raja-raja baru muncul dengan janji manis
Tapi rakyat kecil tetap terjepit di antara kepentingan.
Pohon demokrasi, yang kita tanam dengan harapan
Tumbuh miring, akarnya tercabut oleh kekuasaan
Sementara lautmu yang luas, kaya akan kehidupan
Dijarah, hingga nelayan tak lagi berani berlayar.
Kita bangga pada merah putih yang berkibar,
Tapi adakah kita ingat, siapa yang terlupakan?
Di pelosok desa, anak-anak bangsa masih tertatih
Menggapai pendidikan yang tak pernah sampai.
Indonesia, tanah air yang kucinta
Kritikku bukan tanda benci, tapi karena peduli
Kita perlu bangkit dari kelalaian
Mengembalikan keadilan, bagi semua yang terlupakan.
Ini bukan akhir, tapi awal
Untuk merajut kembali benang persaudaraan
Merawat luka-luka yang menganga
Membangkitkan kembali Nusantara
Menghidupkan kembali lagu yang pernah terhenti.
Nabire, 16 Agustus 2024
Eugene Mahendra Bala Duan lahir 18 Juni 1985 di Lewoleba, Lembata. Saat ini mengabdi sebagai guru di SMP YPPK Santo Antonius, Nabire, kota Provinsi Papua Tengah. Menulis opini di sejumlah media massa dan penikmat sastra.