ABEPURA, ODIYAIWUU.com — Komunitas Sastra Papua (Kosapa), Sabtu (2/9) pukul 14.00 WIT meluncurkan (launching) sekaligus membedah buku Mencari Serpihan Bara Di Bumi Surga, bunga rampai (antologi) puisi karya penulis muda Papua Alex Giyai bertempat di Aula Asrama Tunas Harapan Yakode, Padang Bulan, Abepura, Jayapura, Papua.
“Peluncuran dan diskusi buku mengusung tema kegiatan Membaca Papua Melalui Puisi. Sehingga bagi Anda sekalian yang mencintai sastra Papua dapat berpartisipasi dalam kegiatan ini,” ujar Koordinator Kosapa Hengky Yeimo melalui cuitannya di grup WA Kosapa dan dikutip Odiyaiwuu.com di Jakarta, Sabtu (2/9).
Siapa Alex Giyai? Giyai lahir 24 April 1990. Ia pemuda asli Papua yang dikenal getol menggerakkan semangat literasi dan mendorong anak-anak di Papua mengenal dan mencintai buku. Situs sastrapapua.org menulis, Giyai lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Muhammadiyah Jayapura.
Keseharian Giyai dilukiskan lebih enjoy mengenakan sandal jepit dan suka wara wiri menyambangi berbagai ruang pameran buku. Ia pernah pula menyambangi panggung hiburan dalam rangkaian Hari Aksara Internasional (HAI) yang berlangsung di Lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan.
“Wajahnya khas lelaki dari ujung timur Indonesia, berjanggut panjang dengan rambut keriting, tampak indah ketika diterpa cahaya matahari,” tulis situs yang digawangi kebanyakan para penulis muda Papua yang terhimpun dalam Kosapa.
Giyai juga ‘orang nomor satu’ Taman Bacaan Gerakan Papua Mengajar (GPM). Kehadiran Giyai di Makassar juga diganjari penghargaan atas keuletannya membangun budaya baca di Papua lewat GPM, taman baca di mana ia juga tercatat sebagai salah satu inisiatornya.
Selain Giyai, GPM juga digerakkan sejumlah inisiator lain seperti Yohana Pulalo. Semangat itu lalu menjalar ke sejumlah kolega sesama pegiat dan penulis dalam diskusi-diskusi lebih jauh. Semisal Agus Kadepa, Andi Tangihuma, Alfonsa Wayap, Hendrikus ‘Hengky’ Yeimo, dan Arnold Belau (sekadar menyebut beberapa nama).
Namun jauh sebelum lahir taman bacaan, Pulalo mengumpulkan anak-anak setelah melihat anak-anak dari mama-mama Papua yang berjualan di Expo Waena. Setiap sore Pulalo mengajar.
“Itu sampai dua bulan, sehingga teman-teman lain tergerak dan bersama mendorong kelompok belajar,” ujar Pulalo. Perjalanan GPM akhirnya menyentuh usia belasan tahun. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)