JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Yakoba Womsiwor, S.Sos, M.Si, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, dikabarkan meninggal dunia, Jumat (18/2) waktu Papua. Yakoba Womsiwor adalah dosen tetap sekaligus perintis Program Studi Hubungan Internasional di Fisipol Uncen.
“Telah meninggal dunia ibu Yakoba Womsiwor, dosen Fisipol Universitas Cenderawasih di Rumah Sakit Dian Harapan Jayapura. Saat ini jenazah masih berada di RS Dian Harapan dan akan disemayamkan di rumah Cikombong, Kotaraja Dalam,” kata Maria Duwitau meneruskan informasi berpulangnya Yakoba Womsiwor melalui grup WhatsApps di Papua yang diperoleh Odiyaiwuu.com, Jumat (18/2).
Doa dan ungkapan duka langsung disampaikan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia asal Papua Yan Permenes Mandenas, S.Sos, M.Si atas berpulangnya Yakoba Womsiwor. Mandenas, anggota DPR dan politisi Partai Gerindra, mengenang Almarumah Yakoba Womsiwor sebagai tokoh, akademisi, dan aktivis perempuan yang dimiliki Papua.
“Semoga Almarhumah mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya serta keluarga yang ditinggalkan dapat diberikan ketabahan,” kata Yan Mandenas, politisi muda yang juga Wakil Ketua Panitia Khusus Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua DPR RI.
Yakoba Womsiwor lahir di Biak, 22 April 1979. Selain tercatat sebagai dosen Fisip Universitas Cenderawasih, ia juga dikenal sebagai perempuan aktivis, artis, dan pelatih paduan suara. Yakoba juga pemilik Papua Canzone Quaya dan Wedding Organizer yang sangat familiar di kalangan masyarakat Papua.
Yakoba Womsiwor juga sering memandu debat kandidat calon pemimpin daerah di wilayah kota maupun kabupaten di Papua. Pada 25 Agustus 2007, Yakoba meraih gelar Magister Science (M.Si) di Universitas Indonesia. Kini, ia sedang melanjutkan studi untuk meraih gelar doktor pada sebuah universitas di Amerika Serikat.
Papua mampu
Yakoba Womsiwor adalah tipikal dosen dan perempuan aktivis yang tak suka berdiam diri saat dunia ditaburi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dunia digital malah membuka peluang bagi para penggiat media sosial seperti dirinya untuk memperkenalkan aneka kerajinan khas Papua.
Masyarakat Papua umumnya, kata Yakoba Womsiwor, memiliki kemampuan berkreasi yang luar biasa besar. Keterbatasan kemampuan teknologi masih menjadi masalah meski di lain sisi terlihat mulai membaik. Platform digital diakuinya dapat menjadi wadah pemasaran yang efektif terutama di masa pandemi Covid-19.
“Perempuan Papua khususnya, sangat cepat beradaptasi dan memiliki kreativitas yang sangat tinggi dan harus diperkenalkan dunia digital untuk memasarkan produk mereka,” ujar Yakoba Womsiwor saat berlangsung Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 Wilayah Supiori, Papua mengutip kronologi.id, Sabtu, (31/7 2021).
Melalui komunitas Papua’s Canzone, sejak 2009 Yakoba merangkul sejumlah pengusaha kecil yang umumnya perempuan. Dari situ, ia memperkenalkan dunia digital yang bermanfaat bagi pemasaran. Ia juga selalu berusaha mengedukasi anggota komunitas untuk selalu berperilaku positif di dunia digital.
“Ada yang menjadi tatacara aturan di dunia digital. Jika dipahami baik akan menimbulkan rasa percaya orang terutama bisnis yang kita lakukan itu akan membangun kepercayaan pada konsumen. Etika digital itu harus kita patuhi,” kata Yakoba lebih lanjut.
Sebagai pelaku usaha di dunia digital, Yakoba juga menekankan pentingnya berkomunikasi dengan bahasa yang dapat diterima publik tanpa menyinggung unsur SARA.
“Jika kita tidak menggunakan bahasa dengan baik, akan mendapat pengawasan dan kritik. Kritik memang membangun, tapi kita harus lebih memahami cara menggunakan dunia digital. Apalagi berkat digital, bisnis bisa meraup keuntungan yang luar biasa. Kalau kita gunakan secara positif, hasilnya juga positif,” ujarnya.
Saat ini Yakoba dan komunitas UMKM berbasis budaya yang ia bina, telah memiliki beberapa toko dan galeri di wilayah Papua. Beberapa produknya bahkan sudah sampai ke negara lain seperti Belanda dan negara-negara di Afrika.
“Ada teman-teman dari Belanda yang menjual produk kita di sana dengan mengggunakan label kami. Ada juga yang sudah buka toko di Afrika, Amerika dan bekerjasama dengan KBRI dan KJRI untuk memberikan tempat pameran untuk kita,” katanya.
Beberapa produk yang ia dan komunitasnya buat di antaranya adalah tenun tikar khas Papua hingga batik Biak seperti Arbur, Uryas, dan Mampenans.
“Lewat komunitas UMKM, saya bisa bantu mereka jual produk lewat website Wonderful Papua. Itu kepercayaan yang sudah kami bangun di dunia digital. Meraih kepercayan adalah modal utama untuk membuat kita terus berproduksi dan menjual produk dengan baik,” katanya bangga. Selamat jalan, ibu dosen Yakoba Womsiwor. Bahagia di Surga. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)