Akademisi Universitas Cenderawasih Sebut Seks Bebas Picu Penyebaran Masif HIV/AIDS di Papua - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Akademisi Universitas Cenderawasih Sebut Seks Bebas Picu Penyebaran Masif HIV/AIDS di Papua

Foto ilustrasi HIV/AIDS. Sumber foto: regencyhealthcare.in, Jumat, 21 Februari 2025

Loading

JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Penyebaran virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang dan melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia yang menyebabkan penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Papua, terjadi secara masif.

Akademisi Universitas Cenderawasih Marinus Mesak Yaung mengatakan penyebaran HIV/AIDS membuat banyak generasi muda Papua meninggal di usia muda. Banyak juga perempuan muda dan ibu-ibu yang terinfeksi HIV/AIDS. Akibatnya, mereka tidak produktif dalam hidup. Mereka bisa produktif dalam hidup jika ada pendampingan. 

“Dugaan saya, penyebaran penularan HIV/AIDS yang semakin masif dan cepat di Papua dipicu perilaku seks bebas yang tidak terkontrol. Faktor utama dan dominan seks bebas bisa berpotensi membuat satu generasi Papua akan hilang,” ujar Marinus di Jayapura, Papua, Sabtu (10/5).

Marinus mengatakan, saat ini Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura menjadi salah satu pusat penyebaran dan pertumbuhan HIV/AIDS terbesar di Papua. Penyebaran HIV/AIDS membuat masyarakat seperti hidup berdampingan dengan maut. 

“Jika kita tidak bisa kendalikan perilaku seks yang sehat, maut akan akhiri hidup kita. Karena kapan dan dimana saja, kita berhubungan seks dengan pasangan lain potensi terinfeksi sudah diatas 90 persen,” ujar Marinus lebih lanjut 

Marinus menegaskan, HIV/AIDS itu maut. Warga Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura sedang hidup dengan maut di sekitarnya. Warga yang sudah terkena HIV/AIDS, malah terus menyebar penyakit maut tersebut dengan perilaku seks bergonta ganti pasangan secara masif dan normal. Itu merupakan realita sosial Papua saat ini. 

“Maut HIV/AIDS disebarkan, didukung kesadaran warga untuk berperilaku seks yang sehat sangat rendah. Bisa dibuktikan, saat ini, setiap hari dan minggu ada orang Papua meninggal dunia akibat HIV/AIDS,” kata Marinus. 

Marinus mengusulkan agar pihak komunitas Gereja mengambil tanggung jawab menghentikan perilaku seks bebas yang tidak sehat di Papua. Ia percaya, komunitas Gereja memiliki ‘kuasa’ untuk menyelesaikan masalah sosial penyebaran HIV/AIDS dan perilaku seks bebas warga masyarakat Papua. 

“Emas dan perak tidak ada pada gereja, tetapi gereja punya Tuhan Yesus Kristus. Gereja harus berikan kepada Papua untuk menyelamatkan generasi muda Papua dari ancaman maut HIV/AIDS,” kata Marinus, warga Kota Jayapura.

Data Dinas Kesehatan Provinsi Papua tahun 2024 menyebutkan, kasus penularan HIV/AIDS sejak Januari hingga Desember mencapai 21.129 orang. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2023 sebesar 18.471 orang.

“Jumlah warga yang terinfeksi HIV/AIDS hingga Desember 2024 tercatat 21.129 orang tersebar di sembilan kabupaten dan kota di Papua,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Papua dr Arry Pongtiku mengutip papua.tribunnews.com di Jayapura, Sabtu (3/5).

Menurut Arry, pengidap kasus HIV/AIDS kebanyakan berada pada usia produktif atau generasi muda di Papua. “Paling banyak yang terkena penyakit HIV/AIDS berusia 14-49 tahun di Papua mencapai 19.288 orang,” katanya.

Berdasarkan jumlah penyebaran HIV/AIDS tahun 2024, Kota Jayapura sebanyak 8.864 kasus, Kabupaten Jayapura 5.480, Biak Numfor 3.374, Kepulauan Yapen 2.069, Keerom 522, Waropen 286, Supiori 253, Sarmi 205, dan Kabupaten Mamberamo Raya 76 kasus. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :