Prabowo Hanya "Omon-Omon"?

Prabowo Hanya “Omon-Omon”?

Loading

SAAT Prabowo Subianto dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia, harapan masyarakat melambung tinggi. Selama masa kampanye, ia menebar janji untuk membawa Indonesia menuju kemakmuran dengan visi besar tentang kedaulatan pangan, pertumbuhan ekonomi yang pesat, peningkatan kesejahteraan rakyat, dan transformasi pertahanan negara. Namun, kini pertanyaan yang mengemuka: apakah Prabowo benar-benar akan menepati janjinya, ataukah semua hanya sekadar “omon-omon” belaka?

Janji politik kerap menjadi senjata utama dalam menarik simpati rakyat. Dalam sejarah politik Indonesia, tidak sedikit pemimpin yang berhasil meraih kekuasaan dengan retorika manis tetapi kemudian gagal memenuhi ekspektasi publik. Dalam konteks ini, Prabowo menghadapi ujian besar. Rakyat akan menagih realisasi janji-janji yang ia lontarkan selama kampanye. Apakah program makan siang gratis bagi siswa dan santri akan benar-benar terwujud secara masif dan efektif? Apakah target pertumbuhan ekonomi yang tinggi bisa tercapai dalam situasi ekonomi global yang penuh tantangan?

Kinerja pemerintahan Prabowo akan ditentukan oleh langkah konkret dalam 5 tahun kepemimpinannya. Sejauh mana ia bisa mengonsolidasikan pemerintahan, memastikan stabilitas politik, dan mengambil kebijakan strategis yang nyata? Jika hanya sibuk dengan pencitraan dan wacana tanpa aksi nyata, maka ia berisiko dicap sebagai pemimpin yang hanya banyak bicara tanpa bukti.

Selain itu, salah satu tantangan terbesar yang akan menentukan kredibilitas Prabowo adalah sejauh mana ia mampu memberantas korupsi dan menjalankan pemerintahan yang bersih. Reformasi birokrasi dan transparansi dalam pengelolaan anggaran akan menjadi tolok ukur apakah pemerintahannya benar-benar serius dalam memperbaiki tata kelola negara.

Beban ekspektasi rakyat begitu besar. Jika Prabowo mampu membuktikan bahwa janji-janjinya bukan sekadar “omon-omon”, maka ia akan dikenang sebagai pemimpin besar yang membawa perubahan. Namun, jika janji-janji itu hanya sekadar retorika, rakyat tidak akan segan untuk mengingatnya sebagai bagian dari sejarah politik yang penuh kekecewaan.

Saat ini, bola ada di tangan Prabowo. Apakah ia akan menulis sejarah baru bagi Indonesia, ataukah hanya menambah deretan pemimpin yang gagal memenuhi janji? Jawaban atas pertanyaan ini akan terungkap dalam lima tahun ke depan. (Yakobus Dumupa/Editor)

Tinggalkan Komentar Anda :